30 April 2016

#enamsepuluh bagian akhir - 6 mei 2016, pukul 3 pagi

Untuk akhir dari #enamsepuluh

Sesak di dada tak kunjung hilang. Terasa panas dingin menjalar ke segala bagian. Mendengar kabar yang tak ingin didengar, membuat kepala berdetak tak karuan, —serta jantung berdenyut seakan berputaran.—Tuhan, apa ini hukumanmu kepada hamba?

Decitan hati yang kukira menyatu, —padahal tidak, hanya bayangan semu—kamuflase hati yang meyakinkanku untuk memilih, kini sia-sia terbakar api cemburu. Kenyataan terkadang pahit memang. Seandainya dulu yang kulihat nyata, mungkin tak terasa sakit seperti ini. 

Bodohnya aku yang buta pada rasa yang ditorehkan gelap pada siang. 

Bodohnya aku yang berharap pada lebah yang baru saja bisa terbang.

Seandainya sanggup untuk kutorehkan kepadamu, Mah ... Sakitnya sungguh sesesak ini. Lain kali, aku tak ingin merasakannya lagi. Cukup sudah sayatan di hati, berbekas hingga aku nanti. Maaf atas lancangnya aku, karena kini aku hilang selera, Mah ... Tapi, hanya senyuman yang sanggup kuperlihatkan. Terlalu kurang ajar rasanya bila harus menyakiti hatimu dengan kenyataan yang aku buat. Kututup rapat hingga tenggelamlah sudah ke dasar laut. Agar kau tak tahu, seperti apa aku yang baru, Mah.

Menghilang sudah wajahku kini, luntur bersama air mata malam yang hanya dilihat oleh bayanganku di cermin kamar.
Ekspektasi gugur bersamanya. Orang yang selama dua tahun ini kukira sama, ternyata tidak sama sekali. Ingin kupecahkan saja kepala ini, agar sesak tak lagi terasa bila ingat ucapnya yang sungguh tak kukira. Tapi, akhirnya kenyataan terungkap ke permukaan. Pengakuan itu datang juga! Menghitamlah sudah tubuh ini, pahit menahan perih yang tak bertepi. 





Kini kutahu akhir dari puisi.
Kucukupkan hingga di sini.

21 April 2016

#KororKisahorror bagian 5 - Pesugihan


"Saya tidak bisa jika harus Mama!" seorang gadis menggebrak meja rias.

Di luar sana, terdengar teriakan penonton yang memadu kasih atmosfer malam. Gemanya menelusup setiap pasang telinga untuk ikut serta dalam indahnya waktu. 

Ella, begitulah para penggemar memanggil gadis itu. Berkali-kali sudah Ella harus menelan sakitnya mimpi yang terhempas, hingga dia pun menemukan cara ini ... Pesugihan. Hal yang sukses membuat Ella menjadi biduan dangdut ternama.

"Kau lupa jika semua ini bisa kau dapat berkat aku?" tiba-tiba saja, sesosok wanita menampakan dirinya.

Ella yang semula sedang menatap bayangannya di cermin pun terkejut. Tak biasanya mahluk itu mendatanginya. Padahal, butuh ahli spiritual untuk bisa berinteraksi dengan mahluk itu. 

"Maa—mau apa Nyai di sini?" dengan suara bergetar serta jantung berdegup tapak kuda, Ella bertanya.

"Waktumu sudah habis sayang," dengan senyum mematikan.

"Tidak! Sudah cukup hanya Teh Euis yang Nyai bawa!" Ella menentang. Begitulah cara kerja pesugihan. Mengorbankan sanak keluarga, untuk dijadikan tumbal.

"BERANINYA KAU MENENTANG SAYA!" tatapannya berubah tajam, dengan iris merah menyala. Ella masih terpaku menatap mahluk itu dari cermin. Keringat dingin mulai bercucuran ...

"KAU AKAN MENYESAL!" mahluk itu mencakar lengan Ella.

"AWW! SAYA TIDAK MAU BERSAMAMU LAGIII!" dengan menahan perih, Ella berusaha melawan. 

"KAU SUDAH MELANGAR, NIKMATI PENYESALANMU!" mahluk itu mencekik Ella hingga rintihan kesakitan terdengar. 

"NIKMATI INI!" tambahnya.

Kuku tangannya yang tajam, menusuk, lalu mengoyak jantung Ella hingga darah berwarna hitam keluar dari sana. Ella mengerang kesakitan meregang nyawa .... 

~*~

"Ella, kausudah siap?" tanya sang manajer. Ella terlihat sedang duduk kaku di depan meja rias.

"Saya siap." Dengan tatapan tajam merah menyala.

20 April 2016

#enamsepuluh bagian 5 - Abur

Untuk #enamsepuluh bagian 5



Hitam itu kelam biru gelap kesakitan aku mau jadi batu hitam 
dan berbaur 
bersama auramu

Kulempar tubuh ini masuk ke dalam lubang gelap tak bertepi 
hingga biru
juga bisu

Ingin kuajak kau melayang bercampur langit gelap dini hari
namun sulit
tak bisa kuraih

Seandainya biru itu cerah
kenapa tubuh ini belah
sesak sudah napasku
menghitamlah jadi abu


#####


Banyak orang beranggapan bahwa cinta harus memiliki, harus bersama, dan saling mengucap kata cinta. Tapi, bagaimana dengan orang sepertiku? —yang hanya bisa merangkak tidur dalam dunia mimpi, berkhayal tentang cinta yang tak lazim untuk bersatu.

Jika langit gelap tiba, kuceritakan tentang betapa sulitnya aku menahan diri agar hilang ambisi untuk terus memikirkanmu. Meski sekuat topan aku mengelak, ternyata badai semakin berkecamuk dan mengoyak hati serta pikiran. Pada akhirnya, tak ada hari yang berhasil kulewati tanpa adanya kamu dalam pikiranku.

Jika boleh jujur, angin malam itu jahat, ya? Hujan pun sama. Selalu kejam mendahului tanganku yang belum bisa menyentuhmu secara langsung. Belum lagi air yang membasuh tubuh letihmu, selalu bisa memberi kenyamanan yang lebih dari apa yang bisa aku berikan.

Maafkan aku yang selalu cemburu pada setiap detik kebahagian kecil yang kau rasakan. Karna aku selalu ingin menjadi alasan bahagiamu setiap waktu. Tapi, bagaimana bisa? Aku hanya bisa bermimpi tanpa tepi. Melayang pada malam, hingga jatuhnya aku pada nyata. Kau bagai langit yang sangat sulit untuk aku gapai. Kau begitu jauh, diperparah dengan dinginnya keadaan antara aku dan kamu. Sebesar apa pun rasa ikhlas yang aku tuai, selalu kalah dengan mimpi dan harap yang aku tanam. 

Jika kini kau bahagia dengan siapa pun dia yang ada di sampingmu, ucapkan salam serta rasa terimakasihku karena selalu membuat senyum terukir lagi di wajahmu. Aku sadar bahwa aku tak mampu. Bagai kayu yang ditekan pada batu, sampai kapan pun kita sulit menyatu.

Ini sudah tahun ke-2, dan aku masih sama kepadamu.



Bandung, 20 April 2016.





16 April 2016

#KORORkisahorror bagian 4 - Pintu mematikan dimensi lain




"Selalu seperti yang kubayangkan. Aroma roti jagung, mengepul memenuhi atmosfer dapur rumahku. Manisnya selalu terbayang menelusup hingga ke sukma. Dan cintaku, sangat suka dengan roti jagung ini."


----


"Rizka sayang, aku sudah lapar." Sosok pria tampan dengan senyum buah leci serta tatapan legit coklat karamel, menghampiri dapur hanya dengan bercelana dalam saja. Tubuhnya—terutama bagian perut—sangat indah, bak tembok Cina dengan beberapa lekukan kokoh, selalu meminta untuk diberi jilatan selamat pagi.

      "Sebentar lagi ... Mandilah dulu, Bim ... Aku tak sempat untuk menjilat perutmu," ucap Rizka masih fokus dengan roti hangat yang baru saja dia keluarkan dari oven. Rizka sempat menguap beberapa kali karena rasa kantuk hasil begadang semalaman.

       "Aku malas ... Udara pagi ini terlalu damai jika harus dihujani riak air dari shower kamar mandi." Lelaki itu pun duduk di kursi meja makan, sembari membetulkan CD-nya yang sedikit melorot.

       "Selalu saja begitu ... Ok, rotinya sudah siap. Selamat makan! Aku ke kamar dulu, ya?" ucap Rizka sembari memberikan roti jagungnya kepada Bima. Setelahnya, Rizka pun bergegas menuju kamar.

       Rizka sangat menyukai musik. Setiap pagi, dia rutin menonton acara musik di TV. Meski dewasa ini tak banyak acara musik berbobot, untuk acara musik amazing, Rizka sulit untuk melewatinya. Jika para host sudah menyanyikan jingle song mereka, seketika itu juga dia menggila. Kemarin, kaki kasurnya patah akibat kerasnya dia melompat-lompat sembari menyanyi "lalala, yeyeye" di atas kasur. Hari ini, entah apalagi yang akan rusak ....

        Sesampainya di kamar, Rizka pun segera menyalakan TV. Tapi ternyata, kasur kamar terlihat melambai-lambai seakan membujuk Rizka untuk melanjutkan tidurnya yang tak puas. Rizka pun tak bisa berkutik lagi, karena kini, matanya terasa berat dan mulai mengantuk. Tanpa berpikir apa-apa lagi, dia pun bergegas menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur, tanpa memperdulikan lagi acara musik kesayangannya.

       Kurang lebih baru dua menit Rizka terpejam, tiba-tiba saja matanya terasa panas akibat cahaya yang sangat menyilaukan. Cahaya itu sukses mengusik tidurnya yang baru saja dimulai, membuatnya terjaga dalam seketika. Karena penasaran, Rizka pun membuka matanya, lalu segera bangkit untuk mencari tahu sumber cahaya tersebut.

      Sungguh terkejutnya dia ... Dilihatnya pintu kamar yang semula kusam, berubah menjadi indah berwarna kuning dengan cahaya yang sangat terang menghiasinya! Seketika itu juga udara kamarnya berubah menjadi panas. Tanpa diminta, kaki-kaki Rizka pun melangkah mendekati pintu tersebut, dengan lengan yang ia gunakan sebagai penghalang untuk melindungi matanya dari serangan cahaya.

      Semakin dekat, udara pun terasa semakin panas. Tanpa pandang buluh lagi, Rizka pun segera membuka pintu tersebut, dan ... "AAAAA!" terdengar suara teriakan yang ramai dan juga menyeramkan, keluar dari dalam sana. 

      Gelap ... Di dalam sana sangat gelap! Rizka sempat ragu untuk melanjutkan langkahnya. Tiba-tiba ...

       "Batu, tunggu aku! Jangan cepet-cepet." Terdengar suara anak kecil dari dalam sana.

       "Kamu lama banget, sih ..." suara lain juga ikut menyusul untuk didengar. Hal ini membuat Rizka semakin penasaran. Dia pun memberanikan diri untuk masuk ke dalam pintu itu, dengan jantung degup tapak kuda, serta hati yang semakin tak karuan. Setelah langkahnya sampai di dalam sana, ternyata pintu itu membawa Rizka ke sebuah lorong kamar, dan beberapa cahaya pun mulai menyala. —Cahaya itu berasal dari lilin-lilin yang menempel di tembok kiri dan kanan—Tanpa dia sadari, pintu itu menutup dengan sendirinya ...

       "Tempat apa ini?" tanya Rizka dalam hati.

        "Hahahaha, Ayo cepat batu!" suara anak kecil tadi terdengar lagi. Sumber suara itu terdengar jelas berada di belakang Rizka. Karena panik dan juga takut, Rizka pun segera membalikan tubuhnya. Tiba-tiba saja, dua anak perempuan berlari saling berkejaran keluar dari kegelapan, menerobos tubuh Rizka hingga Rizka pun terdorong, lalu jatuh.

        "Awww!" teriak Rizka kesakitan. Kedua anak perempuan itu yang ternyata kembar, berhenti dan menoleh ke arah Rizka. Salah satu dari mereka mengulurkan tangannya untuk membantu Rizka berdiri.

       "Maaf Kak," ucapnya. Ternyata, mereka berdua sangat lucu! Rambutnya keriting kepang dua, dengan mata belo yang sangat indah. Gaun merah muda di atas lutut yang mereka kenakan, terlihat indah dan juga serasi.

       "Ka-kalian siapa?" tanya Rizka dengan tangan yang masih terasa sakit, akibat terbentur sesuatu yang tak ia ketahui apa itu.

      "Aku Batu, ini Adikku, Bata." Anak yang membantu Rizka berdiri pun mengenalkan dirinya disertai senyuman hangat. Bisa Rizka tebak jika Batu adalah kakak dari adiknya Bata, yang terlihat lebih pemalu dibandingkan Batu. Karena sedari tadi, Bata hanya diam bersembunyi di balik tubuh Batu, sembari memeluk boneka beruang kecil.

       "Oh iya, saya Rizka," Rizka pun ikut memperkenalkan dirinya. "ini tempat apa, ya?" tanya Rizka penasaran. 
Bukannya menjawab, Batu dan Bata malah berlari sembari tertawa meninggalkan Rizka.

        "Hei, tunggu!" teriak Rizka sembari mengejar kedua anak kembar itu, tapi ternyata, dengan cepat mereka hilang ditelan kegelapan.

        "Ke mana mereka? Bata? Batu? Kalian di mana?" tanya Rizka berteriak. Tiba-tiba saja, Rizka mendengar suara teriakan yang disertai tangisan histeris dari salah satu pintu kamar. Karena takut hal buruk terjadi kepada Batu dan Bata, Rizka pun segera mendekati sumber suara itu dengan tergesa-gesa. Setelah sampai, Rizka langsung membuka pintu itu.

       Dan ... Dari dalam sana, ada sesuatu yang sangat mengejutkan Rizka! Dilihatnya Batu sudah terbaring di atas kasur dengan bermandikan darah. Dan Bata, hanya menangis sembari memeluk boneka beruangnya di samping Batu.

       Rizka bertanya kepada Bata dengan panik, "Apa yang terjadi?!" namun, Bata tak menjawab apa-apa. Dia hanya menangis histeris, sembari menatap kembarannya yang sudah tak bernyawa.

       "Siapa yang melakukannya?!" tanya Rizka sekali lagi. Namun tiba-tiba, Bata berteriak, diikuti tubuhnya yang terjatuh dari atas kasur. Rizka yang panik pun segera mendekati Bata, dan lagi-lagi Rizka dibuat terkejut! Bata sudah terbaring di lantai, dengan tambang yang tiba-tiba saja sudah melingkar di lehernya! Dengan cepat, seseorang telah menarik tambang itu yang langsung membuat tubuh Bata terseret ke dalam sisi gelap kamar ini.

        "AAAAAKKK!" Rizka pun berteriak dengan histeris. Nafasnya terengah-engah, seakan sudah berlari 10 KM jauhnya.

        "Wah, cuma mimpi ternyata?!" ucapnya tak percaya. Rizka terduduk di atas kasur,  dengan keringat dingin yang membasah di segala bagian tubuhnya.

       "Roti jagungmu kali ini tidak enak." Tiba-tiba saja Bima masuk ke dalam kamar, mengejutkan Rizka yang masih shock akibat mimpi tadi.

       "Maaf sayang ..." jawab Rizka singkat. Ditariknya nafas dalam-dalam, lalu dihembuskan secara perlahan. Rizka memejamkan matanya dengan harapan bisa merasa lebih tenang. Saat dia membuka mata lagi, dia pun terkejut! Tepat di belakang Bima, ada Batu dan Bata yang berdiri kaku sambil memandang kosong ke arah Rizka! Wajahnya sangat pucat ... Dihiasi lebam di beberapa bagian, serta darah kering yang menghiasi baju mereka!

        Batu dan Bata pun mengarahkan telunjuknya ke arah Bima. Tanpa Rizka sadari, Bima sudah berdiri tepat di samping dirinya yang masih duduk di atas kasur. Belum sempat memahami apa maksud dari ini semua, sebilah pisau sudah menggorok leher Rizka hingga nafasnya tercekik. Semua terjadi dengan cepat tanpa Rizka tahu apa penyebab pasti mengenai hal ini.

        Rizka kini terjebak dalam kegelapan. Mati tanpa ketenangan, terikat di dalam pintu indah yang tak bisa dilihat oleh semua orang. Jika kalian merasa tersadar dari tidur yang tak lelap, lalu melihat satu pintu yang sangat indah, jangan masuk ke sana! Karena nyatanya, kalian terjaga dalam mimpi! Sekali masuk ke sana, jiwa kalian "mungkin" akan tersesat, atau sesuatu yang buruk akan terjadi kelak.




"Aku Rizkayanto Purmono. Bima si lelaki berparas tampan itu ternyata jahat. Jangan dekati dia!"




-tamat-

2 April 2016

From: Aries, To: Gemini, with susu coklat bagian 3

"Cerita Tuhan memang selalu mengejutkan. Terkadang, Tuhan membuat skenario hidup agar yang datang pasti akan pergi suatu saat nanti. Dan siapa sangka bila yang pergi ternyata akan kembali, sore ini mungkin?"




3-a. When i see you again ...


Lelah bukan tujuan yang dicari hari ini. Meski teriknya memperparah suasana lapangan yang kian panas, tapi peluh bercucuran memberi semangat. Aries berbaris di barisan paling belakang, sejajar dengan para mentor laki-laki untuk memantau para casis yang sedang berbaris pada apel pulang. Bukan hal baru bahwa acara baris berbaris seperti ini merupkan hal yang paling dibenci oleh banyak orang. Selain panas, sudah tentu pegal. Tapi tidak bagi Aries.

       Sejak dia kecil, Aries sangat menyukai baris berbaris. Saat yang lain mengeluh bila diminta untuk upacara bendera, Aries adalah orang yang paling bersemangat untuk ikut andil dalam upacara bendera. Dia sangat tertarik untuk melihat pasukan pengibar bendera yang berbaris rapih dan tegap, dengan formasi yang cantik serta suara lantang dari sang komandan. Dia akan tersenyum senang bila acara pengibaran bendera dimulai. Tapi untuk apel, Aries tertarik untuk memperhatikan barisan siswa yang berdiri rapih dari belakang, atau depan. Bahkan bila memungkinkan, dia ingin melihatnya dari berbagai sudut.

        Siang itu, tepat pukul dua, dia sedang fokus mengamati barisan casisnya. Bila ada yang tak sejajar rapih, dia akan mendekat dan merapihkan. Setidaknya, ada satu hal yang dia syukuri dari kegiatan MOS yang tak dia inginkan ini. Tapi, meskipun dia fokus terhadap barisan casis yang dia bimbing, dia jua sesekali melikrik tiga barisan ke kana yang di mana, berdiri seorang lelaki dengan pakaian mencolok, berbeda dari yang lain.

        Setelah selesai apel pulang, para siswa langsung dibubarkan oleh guru pembina dengan tertib dan rapih. Tapi tidak untuk para panitia. Mereka diharuskan untuk mengikuti evaluasi kegiatan di ruang panitia. Dengan malas, Aries berjalan mengekor yang lain.

        Bau brengsek slash bau keringat alay dan bau matahari, seketika memenuhi ruangan panitia saat Aries terduduk di kursi yang sudah dibentuk melingkar sejak hari pertama MOS. Asal kalian tahu, Aries sangat tidak suka bau tak sedap. Mungkin, bisa dibilang hanya Aries lah yang masih terlihat segar dan wangi meski berkali-kali terkena panas dan keringat. Entah parfume apa yang dia pakai. Tapi hampir semua orang yang berdekatan dengannya, sangat suka dengan harum Aries yang menyerupai bayi. Dia punya racikan pewangi pakaian sendiri serta parfume andalannya yang akan membuat baju dan tubuhnya wangi sepanjang hari.

       Tak memakan waktu banyak, evaluasi berjalan cepat hari ini. Setelahnya, Aries bergegas keluar sekolah lalu menuju kantin depan sekolah untuk membeli susu coklat dan sedikit bersantai menghirup udara segar. Kantin terlihat ramai, tapi menyisakan satu meja kosong yang langsung Aries duduki. Mbak-embak kantin yang sudah hafal betul dengan wajah Aries, langsung menghampiri dengan membawa susu kemasan, dua buah.

       "Hai! Mau pesen ini kan? Nih uda saya bawain hehe. Ohiya, kemarin belum bayar loh ... dipangil-panggil tapi malah nggak denger. Untung kamu ganteng," ucap embak pelayan kantin sembari memeluk gemas nampan yang selalu dia bawa.

        Aries hanya tersenyum dan mengeluarkan dompetnya. Si Embak kantin langsung melotot saat melihat dompet Aries yang tebal. Pasti duitnya banyak nih ... gumam si embak dalam hati sambil sesekali melirik nafsu ke arah dompet yang akan dibuka oleh Aries. Matanya terus mengikuti arah gerak dompet, hingga badannya sedikit condong ke arah kanan.

        "Eh ... ngutang dulu nggak apa-apa kan? Nggak ada receh nih." GUBRAK. Si embak jatuh. Aries mendekatkan kepalanya ke arah si Embak sambil berbisik. "Ngutang dulu ya, Mbak?" lalu tersenyum manis. Sadar pesonannya mematikan, Aries menggunakannya untuk meluluhkan hati si embak. Bagai diserang petir cinta, suara datar nan serak Aries pun sukses membuat si embak gelagapan.        

        "Aduh kok mendadak gerah ya? Emm iya nggak apa-apa kok!" si embak menjadikan nampan yang dia pegang sebagai kipas. Jelas seklai jika wajahnya merona malu. Dia segera berlari menjauh untuk menenangkan diri. Jika dilihat versi Crayon Shincan, mungkin kepala si embak sudah tumbuh benjolan karena tadi terjatuh hingga kepalanya tebentur nampan. Dan saat dia berlari menjauh, bisa dibayangkan bahwa dia berlari dengan tubuh bergetar seperti jelly yang dikelilingi oleh lope-lope karena melting (baca: melayang tinggi)

       Dalam sekejap, suasana berubah melow. Aries terus memikirkan tentang lelaki tadi, lelaki berseragam putih abu yang mengaku murid baru yang baru saja pindah (lagi) ke kota ini. Apa dia jatuh cinta pada pandangan pertama? Hem ... jawabannya setelah yang sat—

        "Hai kak!" suara cempreng dari salah satu mahluk ajaib memotong kata-kata si penulis (aku). Derryl yang merupakan casis yang Aries bimbing, mendekat lalu duduk di depannya tanpa permisi. Dengan antusias, dia bertanya kepada Aries.

        "Kok sendiri? Aku temenin yahhhhhh?" Aries tak menjawab. Justru dia membuat mimik wajah seperti sedang makan permen yang terasa asam. Saat Derryl berkata "Yahhhh," mulutnya terbuka lebar hingga lalat dan ketek preman langsung keluar dari sana, Enggak. Yang bener itu mulutnya Derryl bauk banget! Bauknya sampe nusuk tenggorokan. Tapi Derryl tak menyadari itu. Malah, dia mendekatkan wajahnya ke arah Aries dan terus saja berbicara. Aries hanya bisa menutup matanya panik dan berdoa "Ya Tuhan, jauhkanlah hamba dari godaan syetan yang kelaminnya membingungkan ini, Aamiin"

        "Kak! KAK?! Innalillahi ..." Derryl mengusap wajah Aries yang matanya sedang terpejam seakan Aries telah menutup usia.

         Aries pun terkejut. Dia segera bertanya "Apa?!" dengan panik karena wajanya kini hanya beberapa jengkal saja dengan Derryl.

       "Kakak diajak ngobrol malah diem! Itu ada yang lainnya, Gemini dan lain-lain Kak!" dengan kesal Derryl mengulang perkataannya yang tadi tak Aries dengar karena sibuk memejamkan mata. Derryl menunjuk ke arah Gemini and the genk, dan Aries melayangkan pandangan ke arah yang Derryl tunjukan.

        Mampus ... pasti berisik banget nih ada mereka. Batin Aries. Gemini dan yang lainnya langsung melambaika tangannya. Satu perempuan berkerudung malah berjalan mendekat. Dan beberapa detik selanjutnya, mereka semua langsung berpindah meja, bergabung dengan Aries.


                            ~*~


Musik dari iPhone yang tersambung ke speaker milik seorang lelaki terdengar cadas. Lagu dari MCR - Welome to the black parade membuat sakit telinga sang Mama yang mulai mengajukan protes kepada anaknya.

        "GIOVANNI PUTRA LAGA, JANGAN KENCENG-KENCENG DENGER LAGUNYA!" sambil menarik kabel speaker dari sumber listrik.

        "Mama apaan sih? Lagi enak juga ah!" sang anak ikut protes dengan perlakuan mamanya. Beberapa menit lalu, sang anak sedang menikmati udara sore hari di halaman belakang, tepat di kursi yang berada di dekat kolam renang. Rumahnya memang mewah, tipikal orang kaya dengan warna rumah yang didominasi putih. Niatnya untuk melepas lelah setelah seharian mengikuti kegiatan MOS pun gagal.

       "KAMU BISA NGGAK SIH KALAU DENGER MUSIC TUH JANGAN KENCENG-KENCENGGG! SAKIT TELINGA MAMA TAUUU!" tak bisa santai, mamanya berbicara dengan suara tingginya Dijah Yellow. Falsh, tak enak didenger, dan tak kalah membuat sakit telinga!

       "Gigi pengen santai bentar mah ... capek tau abis ikut MOS." Sang anak berjalan mendekat ke arah mamanya hingga mereka berhadapan, tepat di dekat kolam renang.

       Merasa kasihan, sang mama yang sangat memanjakan anak laki-laki satu-satunya ini pun langsung memeluk sang anak dengan penuh perhatian. "Uuuu kasian ya anak Mama. Emm tapi bauk banget ya belum mandi!" sambil mendorong sang anak hingga terjatuh ke kolam renang. Sang mama pun tertawa dengan puas.

      Namun, rupanya di dalam kolam renang sudah ada buaya raksasa yang siap menerkam sang anak. Mengetahui itu, sang mama pun panik dan berteriak histeris. "TOLONG-TOLONGGGG! GIGIIII! CEPET NAIK SINI AYOO!" 

       Tak kalah histeris, sang anak pun ikut menjerit panik seperti perawan yang akan diperkosa satpam komplek. "MAMAAAA! TOLONGGGG!"


"GIGIIIIIIIIIII!"

"MAMAAAA!"

"GIGIII!"

"MAMAAA!"

"GIGIII!" saling bersahutan terus hingga penulis tersadar bahwa ini hanya khayalannya saja.

JEBYUWARR! *anggap saja suara air*


       Dengan panik, tersedak air kolam, serta hidung memerah, sang anak menyembul ke permukaan kolam dan langsung protes kepada mamanya. "Ihh Mama apaan sih! Jahat!" lalu memukul manja Mamanya, enggak.


      "Hahaha kamu sih nyebelin! Uda cepet mandi, terus siap-siap latihan balet" enggak. "Hahahah kamu sih nyebelin! Uda cepet mandi!" mamanya membantu sang anak naik ke pangkuan Tuhan yang maha esa, EH ke daratan ...

.

.

.

    "It's been a long day, without you my friend...  And i'll tell you all about it when i see you again." Giovanni bernyanyi saat berjalan ke luar dari kamar mandi di kamarnya. Dia telanjang, dengan handuk yang dikalungkan di lehernya.

      Dia terkejut, di atas kasurnya sudah ada Jupe yang sedang duduk sexy menggunakan lingering transparan berwarna merah, Topi cowboy, sepatu boats, dengan membawa seutas pecut. Tatapannya sangat menggoda, dengan bibir bagian bawah yang berulang kali digigitnya. Hal itu membuat Giovanni bangun. IYA, BANGUN DARI KHAYALAN KOTORNYA.

       Setelah dia sadar, dia segera menuju meja belajarnya, lalu memegang sebuah figura kecil yang menampilkan foto dirinya saat masih kanak-kanak dulu. Foto itu memperlihatkan dirinya yang terlihat sedang merangkul satu orang bocah laki-laki yang sedang menangis. Dia sangat ingat dengan kejadian itu ...

       Jauh beberapa tahun silam, dia sedang bermain ke dufan bersama bocah laki-laki yang ada di foto, dan orangtua Giovanni. Saat itu, sang bocah lelaki sedang menangis karena tak boleh menaiki wahana ontang-anting oleh penjaga wahana karena masih terlalu kecil. Dia terus menangis di depan pagar yang memisahkan dirinya dengan wahana itu. Lalu, Giovanni mengajaknya untuk kembali ke tempat keluarganya berada. Sambil membantu si bocah berjalan, Giovanni kecil terlihat seperti memeluk padahal sedang merangkul. Melihat kejadian langka itu, dari kejauhan, mama Giovanni pun tertarik untuk memotret secara diam-diam. Dan ternyata hasilnya bagus! Lalu mamanya mengabadikan foto itu pada sebuah figura kecil, dan menyimpannya di kamar Giovanni sambil berkata "Dua jagoan Mama lagi akur!".

       Hatinya kini terasa sakit. Seketika itu pula dia mendadak sedih. "Lo uda makin keren ya sekarang, nggak nyangka gue. Tapi, lo inget nggak ya gue siapa?" gumamnya pelan dengan seutas senyum kecut, sembari mengusap-usap kaca figura.



                              ~*~



3-b. Tahun ajaran baru dimulai!!

"Duh Gusti ... Tadikan aing uda bilang, Kak Aries itu emang hot banget! James Reid aja kalah tuh!" ucapnya sembari berjalan menuju kelasnya di lantai dua. Beberapa murid yang ada di koridor menatap Gemini dengan tatapan heran. IYALAH yang mereka pikirkan itu Gemini berbicara sendiri, sudah pasti orang yang melihat akan heran dan menganggap dirinya gila. 

        "Kayanya, aing jadi artis sekolah deh semenjak MOS kemarin. Banyak pisan yang ngeliatin gini euy!" ucap Gemini sekali lagi. Murid-murid yang ada di koridor pun mulai berbisik dengan tatapan sinis. Gemini langsung berlari masuk ke kelas karena merasa tak nyan mendapati tatapan seperti itu.

         "Ngeselin! Masih pagi juga uda pada cari masalah! Kalo aing nggak lagi laper, uda aing tonjok deh muka mereka, ishh!" Gemini membanting tasnya ke meja dengan kencang. Derryl yang sudah ada di kelas pun langsung menoleh heran.

        "Nu gelo ih pagi-pagi marah-marah ..." sambil memegang sapu, Derryl mendekat ke arah Gemini dengan gaya centilnya. (Nu gelo = Orang gila).

        Ceritanya, Derryl sedang piket di kelas yang pagi ini masih kosong. Tapi bukannya membersihkan sampah yang masih berserakan,  dia malah membuat konser mini di depan kelas. Dia menjadikan sapu sebagai microphone, lalu dia bergoyang layaknya bintang dangdut. Goyangannya sangat erotis! Tapi suaranya? Bagai sayur kurang garam kurang enak kurang sedap . (Coba kalian bayangkan saat almarum Olga Syahputra lip sync lagu dangdut sambil joget super heboh. Kurang lebih Derryl itu mirip beliau. Lucu pokonya! Moodbooster banget!.) Namun, konsernya terganggu saat Gemini masuk ke kelas secara tiba-tiba ...

       "Kamu teh kenapa atuh pagi-pagi uda marah-marah? Pecah perawan hah?!" bagai cacing kepanasan, tubuh Derryl bergerak tak karuan saat berbicara. Kepalanya bergerak ke kiri dan kanan mirip tarian bolo-bolo. Begitulah ciri khas saat dia berbicara, lebay!

       "Eh siah ngomongnya nggak dijaga!" Gemini pun memukul pantat Derryl dengan kesal. "Kesel aja sih pagi-pagi uda banyak yang ngeliatin gitu ... pasti gara-gara MOS kemarin deh. Nyebelin!" Gemini menggigit tasnya dengan kesal.

      "Nggak apa-apa kali, tandanya kamu teh uda jadi artis sekolah! Bagus euy, artis tahun ajaran baru hahah," Derryl mulai beraksi. Saat dia berkata "Artis sekolah," dia pun berpose imut mengikuti Nabilah JKT48, dengan tangan berbentuk "v" serta bibir yang dibentuk seperti bebek. Seketika itu juga Gemini keguguran.

       "Guys! Tadi gue liat Kak Aries dibonceng sama cowok dong!" tiba-tiba Syeril masuk ke dalam kelas dengan membawa kabar yang sukses membuat Gemini jantungan.

         "WHAT?!" JENG JENG JENG JENG ... Gemini kaget. Dia langsung terduduk lemas.

          "Ah bener dugaan aku! kayanya dia gay deh. Asik!" Derryl malah bersorak gembira.

          "Nggak mungkin! Bapaknya kali itu? Iyakan Sye? Ayo bilang iya!" Gemini menguncang-guncang tubuh Syeril dengan tak sabar.

         "Bukan! Dia tuh pake seragam putih abu juga kaya kita ..." gumam Syeril dengan nada kecewa.

         "Kita harus cari tau ini!" Gemini tiba-tiba berdiri dengan menggebrak meja. Entah sejak kapan dia menjadi berlebihan seperti sekarang. Sepertinya, virus Derryl sudah menyebar.

        "Eh... lu gay ya?" tanya Syeril penuh selidik, sambil memegang pundak Derryl. Namun Derryl hanya berkata "kepo deh" lalu lanjut menyapu lagi sambil bernyanyi dangdut.



                             ~*~



"Maahh aku berangkat ya uda telat nih!" Giovanni berlari ke dapur yang di mana mamanya berada, sedang mengganti keran air yang rusak. Mamanya memang tomboy, dia pandai melakukan banyak pekerjaan laki-laki dan mau terjun langsung untuk mengerjakan, meski dia punya banyak asisten rumah tangga.

       "Eh ... sarapan dulu Gi!" respon Mamanya tanpa melihat ke arah Giovanni yang kini sudah berdiri di belakang dirinya.

       "Nggak ah, takut telat nih hehe. Salam dulu Mah." Giovanni menarik paksa tangan Mamanya yang basah untuk dicium. "Bye Mah!" tambahnya lagi sambil berlari ke garasi rumah.


       "Dasar bujang ..." mamanya melanjutkan kegiatannya lagi.

       Saat dijalan, Giovanni iseng melewati kawasan yang sudah tak asing lagi bagi dirinya. Dulu, dia pernah tinggal di kawasan ini. Dia masih inget betul setiap belokan yang ada di sana meskipun sudah banyak perubahan di sana-sini. "Wah ... warung ceu Enah uda nggak ada ya." Gumamnya kecewa, lalu membuka helm-nya. Dia menghentikan motornya tepat di depan sebuah rumah mewah yang dulu adalah warung.

        "Tiba-tiba, dari arah belakang muncul sekumpulan vampire yang kelaparan. Mereka mencari darah suci! Tapi nggak jadi. Yang ada, malah Aries yang tiba-tiba berdiri kaku di belakang Giovanni yang sedang duduk di atas motornya.

        "Dulu kita suka beli ice cream di sini. Terus kita kumpulin stick ice cream-nya biar dapet PS 2 yang ternyata bullshit." Tiba-tiba Aries berbicara dengan nada datar seperti biasanya, yang membuat Giovanni terkejut.

       Giovanni pun menoleh ke belakang dan mendapati Aries yang sedang berdiri dengan pandangan yang tak bisa dia artikan. "Ari?" gumam Giovanni tak percaya.

       "Yang kemarin di sekolah ternyata beneran elu ya. Lo masih inget tempat ini ternyata hahaha," tawa Aries terdengar dipaksakan. Aries mendekat lalu bertanya "apa kabar?"

        Giovanni turun dari motornya. Dia segera mendekat ke arah Aries. "Baik. Lo?" Giovanni balik bertanya, namun hanya dijawab dengan jembol yang Aries angkat seolah-olah dia berkata "oke."

        "Mau bareng?" tanya Giovanni. Tanpa menjawab, Aries langsung naik ke motor ninja milik Giovanni. Mereka pun berangkat sekolah bersama. 

        Entah harus mengungkapkan kebahagiannya seperti apa, Giovanni hanya bisa diam sambil tersenyum geli. Ternyata lo masih inget gue ya, gumamnya dalam hati, lalu melajukan motornya.

       Selama di perjalanan, mereka saling diam. Ada perasaan aneh yang tiba-tiba saja Giovanni rasakan. Aries yang sekarang terlihat sangat berbeda. Bukan hanya postur tubuhnya yang lebih tinggi dari dirinya, tapi juga karena Aries berubah menjadi cuek dan dingin seperti es. Giovanni mengharapakan sebuah pelukan kerinduan dari Aries, tapi, itu tidak terjadi. Aries tak terlihat excited seperti yang dia rasakan. Alhasil, mereka saling berdiam diri hingga sampailah mereka di depan gerbang sekolah.



                            ~*~


Keadaan sekolah sudah cukup ramai. Terlihat banyak murid yang menggunakan seragam cerah sebagai tanda bahwa mereka adalah murid baru yang sudah resmi diterima di SMA Negeri 610. Saat Aries dan Giovanni sampai di gerbang sekolah, beberapa sorot mata memperhatikan mereka. Tak sedikit yang terlihat kaget dengan kedatangan Aries yang dibonceng oleh seorang lelaki berseragam sama, putih abu.

       "Thanks," jawab Aries datar, sambil turun dari motor. Giovanni tersenyum, lalu melajukan motornya ke parkiran.

       Saat Aries melangkah masuk ke dalam sekolah, dia disapa oleh dua orang siswi yang dia yakini adalah siswi kelas 10. "Pagi Kak Aries ... ini buat kakak," salah satu siswi memberikan sekotak coklat untuk Aries. Mereka terlihat salting saat ditatap bergantian oleh Aries. 

       "Thanks ya," jawab Aries sambil sedikit tersenyum. Diyakini bahwa kedua siswi tersebut akan segera masuk rumah sakit karena diabetes.

        "Wess Bro Arie! Pagi-pagi uda nentengin hadiah aje nih. Motor lo mana?" sapa seorang lelaki yang berjalan dari arah parkiran sekolah. Dia bernama Erick, teman satu kelasnya Aries.

         "Iya nih, bagi dong!" yang sekarang berbicara adalah Bimbim, yang memiliki postur tubuh paling kecil. Dia juga teman sekelasnya Aries.

        Tanpa memberikan jawaban apa pun, Aries langsung memberikan kotak coklat yang dia pegang kepada Bimbim. "Aih so sweet banget kamu ngasih aku coklat pagi-pagi, makasih ya," sedikit bercanda, Bimbim memberikan reaksi seperti seorang gadis yang baru saja diberikan iPhone 6 dari Om senang *Loh.

        "Hahaha apaan sih lo!" kata Aries sambil mendorong kepala Bimbim pelan. "Motor gue rusak euy, haha," tambahnya. Bisa dibilang, ini tawa pertama Aries setelah hampir tiga minggu tak bertemu kawan-kawannya. Pusat tawa terbesar setiap orang sudah pasti saat bersama dengan tema-teman dekatnya. Apalagi jika mereka itu konyol. Setuju? Setuju.

Mereka pun berjalan bersama menuju kelasnya.

          "Eh, ke kelas aja duluan gih. Gue mau liat si Abu dulu," Kata Aries kepada teman-temannya. Mereka pun mengerti, lalu pergi meninggalkan Aries sendiri.

         Aries berjalan menyusuri koridor sepi yang membawanya ke sebuah tempat yang menjadi salah satu tempat favorite-nya. Dia mengeluarkan sesuatu dari tasnya, lalu dia membuka pintu jeruji besi yang ada di sana, lalu masuk ke dalam tempat itu. Dia membuka lagi pintu kayu kecil sambil berkata "Morning Abu!" dengan gemas. Dia pun menggendong Abu dengan penuh kerinduan seperti sudah tak bertemu lama, padahal dia baru sehari tak bertemu Abu.

        "Laper ya laper? Nih makan dulu," sambil memberikan wortel yang sengaja dia bawa dari rumah. Dengan lahap, Abu pun makan wortel yang Aries bawa.

         Abu merupakan salah satu kelinci yang ada di sekolahnya. Aries membelinya di salah satu pet shop, dan sengaja menyimpannya di sekolah karena jika di simpan di rumah, dia takut jika Abu akan berubah menjadi hidangan makan malam oleh papanya.


                            ~*~


"Ya cukup untuk hari ini, silahkan istirahat." Pak Tur pun keluar dari ruangan Gemini. Semua murid yang tadi sempat mengantuk karena ceramah pak Tur yang setiap minggunya selalu diulang-ulang pun mendadak segar kembali.

         "Ge, jajan yuk?" ajak Riskiya kepada Gemini. Di kelas, Gemini duduk bersama Riskya di meja paling depan, sebelah pojok kanan, tepat di depan meja guru.

          Berbeda dengan Beby dan Syeril, mereka lebih memilih duduk di belakang agar bisa sedikit santai seperti main HP, bercermin, atau tidur. Derryl? Dia duduk di belakang Gemini bersama Tomo yang merupakan lelaki culun yang sangat pendiam. Tak ada pilihan untuk Derryl, hampir semua teman lelaki di kelasnya tak menerima Derryl untuk duduk di samping mereka. Begitupun Andrew. Katanya, Andrew malas jika duduk bersama Derryl. Sudah pasti berisik!.

          "Ge! Cari kelas kak Aries yuk?!" tiba-tiba Syeril mendekati meja Gemini dan Riskiya. Disusul Beby dan Derryl. Gemini pun mengangguk setuju, lalu mereka semua keluar kelas.

         Memang kamu sudah tau kelasnya Aries? Setelah sampai di tangga sekolah, Gemini mendengar sebuah suara yang mengingatkan dia akan sesuatu hal, bahwa mereka semua belum tahu Kak Aries itu ada di kelas 11 apa. "Eh kan kita belum tau Kak Aries ada di kelas mana ..." gumam Gemini kecewa, sambil menghentkan langkahnya. Otomatis mereka semua yang sedang menuruni anak tangga pun ikut berhenti. Kecuali Derryl ...

           Dia sedang asyik bercermin dengan cermin yang dia pinjam dari Syeril. –Sumpah ya, dia centil banget! Lebih centil dari perempuan tulen malah.– Karena terlalu asyik bercermin, dia yang ada di deretan paling belakang saat turun tangga pun menabrak pundak Beby yang ada di depannya. Dia tak tahu bahwa teman-temannya berhenti mendadak. Jadilah dia kaget, hingga menjatuhkan cermin yang sedang dia pegang.

PRAKKK. *anggap suara cermin jatoh*

         Mereka semua pun menoleh ke belakang untuk melihat Derryl yang mengaduh karena menabrak pundak Beby yang penuh otot, enggak.

        "Derryl? CERMIN GUE!" teriak Syeril histeris.

         "Aww!" tiba-tiba ada suara orang kesakitan dari lantai bawah.

         "Mampus ... kena orang!" gumam Derryl panik. Seketika itu pula wajahnya berubah pucat.

         "SIAPA YANG LEMPAR KACA INI KE GU— elu lagi?!" tiba-tiba seorang lelaki muncul dari lantai bawah, berpapasan dengan Gemini yang berdiri paling depan.

         Gemini mendadak kaku, dia ingat betul siapa lelaki yang ada di depannya ini. Lelaki ini adalah lelaki yang pernah terlibat satu kejadian kecil di tempat photocopy-an dekat sekolah. Gemini pernah menjatuhkan botol minum si lelaki ini hingga bajunya basah.

         "Bu ... bukan saya kang!" Gemini langsung membela diri dengan panik.

         "Minggir-minggir!" tiba-tiba Derryl menerobos barisan secara paksa untuk mendekat ke arah lelaki itu.

         "Sorry, tadi aku yang jatuhin kaca itu, nggak sengaja hehe," ucap Derryl langsung mengakui perbuatannya di depan wajah si lelaki tampan itu secara langsung.

        Lelaki itu pun mendadak bisu dihadapkan oleh spesies macam Derryl. "Kok mirip Kak Aries ya?" tiba-tiba Beby membuka suara. Semua yang ada di situ pun langsung menyadari akan pernyataan Beby tersebut. "Eh iya!" celetuk Riskiya.

       Saat mendengar nama Aries disebut, tiba-tiba saja lelaki itu tersentak. "Kayanya Aries terkenal banget ya di sekolah ini ...?" ucap si lelaki sambil memberikan cermin yang dia pegang kepada Derryl, lalu menuruni anak tangga menuju lantai bawah lagi. Di tengah perjalanan, dia terhenti dan berkata "Nggak usah panggil kang, gue sama kok kelas 10." 

       Gemini terkejut mendengar pengakuan lelaki  yang belum dia ketahui namanya itu. Mereka semua terdiam dalam bisu, memperhatikan pundak si lelaki yang sudah menghilang, mendahului untuk turun ke lantai bawah.

        "Lo kenal dia?" tanya Syeril yang langsung dijawab gelengan kepala oleh Gemini.


                            ~*~


       Keadaan kantin yang selalu ramai jika bel istirahat sudah berbunyi, selalu menjadi pemandangan yang tak sedap untuk dilihat. Terkadang, para murid yang "rusuh" dan tak tertib selalu membuat kekacauan. Berdesak-desakan saat memiih snack atau minuman, sudah menjadi pemandangan yang tak asing lagi. 

       Tak sedikit murid yang mengambil keuntungan saat melihat keadaan kantin yang penuh sesak. Ada yang mengambil snack atau minuman tanpa bayar, ada yang mencuri kesempatan "colak-colek" lawan jenis, ada pula yang kejam menyiksa dirinya ... yah malah nyanyi.

      Sebenarnya, kantin di sekolah ini tidak kecil. Ukurannya sangat luas! Kursi dan meja yang tersebar rapih, membuat banyak murid merasa nyaman saat menyantap makanan yang mereka beli atau mereka bawa dari rumah. Di sekeliling meja dan kursi ada banyak penjual makanan berat. Seperti nasi goreng, mie goreng, nasi uduk, bakso, sushi, burger, dan masih banyak lagi. Hanya saja, tempat untuk membeli snack atau minuman ada di dalam satu ruangan yang tak begitu luas. Bisa dibilang, lebih mirip warung ... di situlah tempat berdesak-desakan paling parah.

       Pagi ini, Aries memilih untuk membeli burger dan susu coklat kemasan saja, lalu pergi ke lapangan untuk bermain bulu tangkis. Salah satu kebiasaan Aries lainnya adalah berolahraga saat jam istirahat. Selain itu, dia memang malas untuk diam di kantin. Terlebih karena didominasi murid kelas 10 yang notabene masih baru di sekolah ini, jadilah mereka semua masih rajin untuk memperhatikan gerak-gerik Aries.

       "Pegangin bro, gue maen dulu!" sahut Aries setelah sampai di lapangan, sambil memberikan burr yang dia beli, namun tetap memegang kotak susu coklat kemasan.

      "BUAT GUE NIH BRO?" Erick harus berteriak karena Aries sudah berlari menjauh. Namun Aries seperti tak mendengar, tapi Erick tetap mengigit burger yang dia pegang. Sudah pasti Aries tak akan memakannya karena keasyikan main bulu tangkis. Daripada dibuang, lebih baik Erick makan saja.

       Erick, Bimbim, Dito dan Zeno yang merupakan kawan satu kelas Aries, duduk di mimbar upacara sambil memperhatikan Aries yang sedang main bulu tangkis melawan kaka kelas.

     "Itu anak ya, istirahat bukannya makan, eh malah olahraga mulu ckck," tiba-tiba Bimbim berbicara. Sontak yang lain langsung memandangnya dengan tatapan terkejut.

      "Anjrit! Aslinya? Baru dikasih coklat doang maneh uda perhatian gitu ih ke si Aries. Parah!" Erick berbicara dengan nada tak percaya.


      "Wah bahaya nih! Jangan deket-deket sono!" kini Dito yang berbicara. Dito merupakan lelaki cubby, namun memiliki wajah yang berjerawat. Dia selalu menjadi bahan lawakan teman sekelasnya.

       "Apaanlah, mikirnya aneh-aneh kalian mah! Wajarlah temen perhatian mah. Emang kalian mau kalo si Aries tiba-tiba pingsan gara-gara kaga makan? Gue sih ogah entar harus gotong dia ke UKS. Berat coy!" bela Bimbim penuh ekspresi. Semua langsung diam dan mulai sibuk memperhatikan Aries lagi.

        Zeno yang merupakan playboy sekolah, hanya asyik bermain HP tanpa memperhatikan ucapan teman-temannya. Dia memang punya dunia sendiri ... selalu sibuk dengan bermain HP. Sudah pasti dia sedang chatting dengan pacar barunya. Hampir semua cewek di sekolah pernah dia pacari. Apalagi sekarang tahun ajaran baru, dia pasti sedang gencar-gencarnya untuk mencari mangsa terbaru. Parah memang ... teman-temannya sudah clelah untuk memberitahu bahwa apa yang dia lakukan itu sangat tak ada gunanya.

        Di tempat lain, Gemini sedang berjalan di koridor sekolah bersama teman-temannya. Matanya menangkap sosok yang sudah seminggu ini rajin mengganggu pikirannya. "Eh itu Kak Aries di lapangan!" ucap Gemini penuh semangat. Teman-temannya pun –minus Beby– langsung bersemangat mencari keberadaan Kak Aries.

       "MANA MANA?!" Derryl sepertinya yang paling heboh. "AWWW KEREN BANGET!" tuhkan, dia yang paling heboh. Bingung deh, sebenarnya, Derryl itu suka perempuan apa pria ya?

       "Iya keren banget, ya ampun ..." Syeril terlihat terkagum-kagum.

       "Duh gusti, imut banget ya dia main bulutangkis sambil minum susu ultra gitu! Kaya bocah tapi lucu. Enak, disedot terus Kak!" lirih Gemini tanpa sadar yang langsung membuat teman-temannya lagi-lagi keheranan.

        "Ah Kak Aries mulu, bosen! Ayo ke kelas ah!" Beby langsung menarik paksa tangan Riskiya, karena hanya Riskiya dan dirinyalah yang tak begitu heboh saat melihat Kak Aries.






Bersambung...




.

.

.

.

.




Alhamdulillah uda sampe ke bagian 3. Terimaksih yang uda baca dan vote. Buat yang lain, kalau suka sama story ini jangan lupa vote ya? dishare juga dong biar makin semangat nih lanjutinnya kalau banyak yang baca :D




Aku post bagian baru itu antara jam 11 malam sampe 2 pagi.




Aku juga masih nunggu kritik saran dan komentar kalian di wattpad, bukan di askfm ya :') soalnya di askfm suka ga kebaca gara-gara tenggelam question-nya... jadi mending di sini aja ya kritik, sarannya, di kolom komentar.




terimakasih banyak!! salam susu coklat buat  kamu yang mungkin baca tulisan ini :)

28 Maret 2016

From: Aries, to: Gemini, with susu coklat bagian 2

"Untuk sebagian orang: Terkadang, rumah di mana keluarga berada, terasa bukanlah rumah. Beberapa orang lebih suka berkeliaran di luar rumah untuk mendapatkan kebahagiaan serta ketenangan yang tak bisa mereka dapati di rumah tempat mereka tinggal."




2-a. KELUARGA?


Matahari menyinari kota Bandung dengan sangat "nangung".  Pukul setengah empat sore, Aries baru bisa pulang ke rumah. Ini baru hari pertama, tapi kakinya serasa lepas dan kabur berlarian entah ke mana. Nggak gitu juga sih ... Tapi sumpah, hari pertama ini sangat melelahkan dan super pegal! Untuk enam hari kedepan, Aries masih harus menjalani hari-hari seperti ini. Di saat kawan-kawan kelas 11 dan 12 lainnya sedang libur sekolah, dia sudah masuk sekolah mendahului yang lainnya dengan kegiatan yang melelahkan seperti MOS ini.

        Tak mau menunggu tugas lainnya datang dari sang Ketua OSIS, Aries segera pulang dengan pintu ke mana sajanya Doraemon. Ya, seandainya ada, dia pasti akan menggunakan pintu itu agar segera sampai ke rumahnya. Untuk berjalan saja, dia sudah tak mampu jika bukan karena terpaksa mengesot sepanjang jalan. Apa pun dia lakukan, asal dia bisa segera sampai di rumah –di kamar tidur kesayangan lebih tepatnya.– meski kakinya tak mampu lagi menopang bobot tubuh penuh dosanya itu.

       Ah, dia harus naik angkot! Mengingat itu, Aries kesal bukan main. Kalau saja papanya tak berbuat aneh terhadap motor kesayangannya itu, dia pasti tak perlu repot-repot naik angkot untuk berangkat ke sekolah. Hubungan Aries dengan sang papa memang tak harmonis. Tiga hari lalu, tepatnya hari Jumat, mereka bertengkar. Papanya mengamuk karena Aries berbuat ulah di sekolah. 

         Dia makan nasi kuning di kelas saat jam pelajaran pertama sedang berlangsung. Kalian tahu? Jam pelajaran pertama itu adalah jamnya guru paling killer di sekolah! Dengan cueknya Aries memakan nasi kuning di atas meja. Saat ditanya kenapa dia berani makan di kelas oleh gurunya Bu Tika, dengan datar dia menjawab "Laper, belum sarapan Bu. Nanti kalau tiba-tiba stroke gara-gara kelaperan, gimana?" sontak satu kelas tertawa mendengar alasan Aries. Akhirnya dia dikeluarkan dari kelas dan dihukum berdiri di koridor hingga jam pelajaran pertama selesai.

        Tapi, bukannya melakukan hukuman, Aries malah pergi ke perpustakaan. Hampir semua guru tahu jika Aries paling suka diam di perpustakan. Bukan, bukan untuk baca buku pelajaran. Dia sangat nyaman diam di perpustakaan karena di sana, wifi sekolah selalu kencang! Sehingga dia bisa internetan gratis dengan cepat. Salah satu kegemarannya adalah streaming film di youtube. Jika kebetulan wifi mati, ya Aries akan menumpang tidur di perpustakaan. Karena bu Tika tak kuat dengan tingkah laku dari murid nakal tapi ganteng melebihi Aliando ini, dia segera menelpon papanya Aries dan melaporkan kelakuan Aries. 

         Papanya yang terkenal sangat tempramental pun langsung tersundut emosinya. Saat bertemu Aries di rumah, beliau langsung mengamuk. Dirusaklah motor anaknya itu hingga body dan lampunya rusak. "Jupe!" panggil Aries terhadap motor kesayangannya yang memiliki body "besar" sama seperti Jupe. Karena tak mau ambil resiko ditilang polisi, dia pun membiarkan si Jupe istirahat di rumah. Dia tak punya cukup uang untuk membawa si Jupe berobat.

         Masalahnya tak begitu fatal dan "Nakal", tapi papanya tetap saja mengamuk. Sebenarnya, Aries tahu jika selama ini dia selalu dijadikan pelampiasan amarah papanya jika sedang kesal atau mumet karena satu masalah. Dia yakin, saat itu papanya sedang ada masalah, dan saat mendapati laporan dari bu Tika, menjadikan papanya berubah segalak hulk.

         Tiba-tiba saja, Aries malas untuk pulang ke rumah saat mengingat kejadian tentang papanya yang merusak si Jupe. Dia pun segera berjalan ke luar sekolah dengan kaki yang diseret paksa karena pegal. Dia memilih duduk di salah satu kantin yang menjual beraneka ragam jajanan khas kaki lima. Dia membeli satu kotak susu coklat kemasan, dan segera meminumnya hingga habis. Ya, dia sangat suka susu coklat, apalagi jika susunya ada dua ....

Tiba-tiba ...

         GEDUBRAK! Raisa jatuh dari langit tepat di depan matanya!Enggaklah. Tiba-tiba saja, Aries mendengar suara orang terjatuh. Saat dilihat, ternyata embak-embak pelayan yang lagi bawa susu dua, –eh apa empat ya? Pokoknya lagi bawa susu soda!– terjatuh di depan matanya hingga gelasnya pecah! Ini pasti karena efek kegantengan Aries yang membuat embak-embak pelayan itu tak konsentrasi ... Bukannya membantu, Aries malah bergegas pergi meninggalkan kantin.

       "Ganteng, bayar dulu!" teriak si embak pelayan, namun Aries tetap berjalan cuek.



                              ~*~



"Maneh kuduna dengekeun mun aing ngomong teh!" PLAKKK!

       Terdengar suara ribut dari dalam rumah. Baru saja Aries sampai, sudah disuguhi oleh pertengkaran. Itu pasti papa dan mamanya Aries yang bertengkar. Yang tadi berbicara adalah papanya. Dia berkata "Kamu harusnya mendengarkan perkataan saya!" dalam bahasa Sunda. Memang, keadaan rumah mereka selalu seperti ini. Belum lagi selalu ada suara kereta yang semakin memperparah keadaan. Sudah hampir 3 tahun Aries hidup dalam lingkungan yang tak sehat ini. Dia mencoba bertahan, meski seringkali merasa tak tertekan.

          "Assalamualaikum ..." Aries mengucap salam seraya menampakan wajahnya di depan sang papa dan mama. Dilihatnya sang mama sedang menangis dengan terduduk di lantai, sambil memegangi pipinya. "Pasti KDRT nih." Dalam hati Aries berbicara.

      "Kenapa baru pulang hah? Kerjaan maneh teh keluyuran weh terus nyak!" sambil melayangkan tangannya, papanya Aries hendak menampar namun berhasil Aries tahan.

      "Saya baru pulang sekolah, capek habis jadi panitia MOS. Nanti aja marah-marahnya, saya mau istirahat." Dengan datar tanpa ekspresi, Aries segera berlalu meninggalkan papanya menuju kamar milik Aries yang berada di lantai atas. Sebelum naik tangga, Aries sempat melirik ke arah Mamanya yang kini sedang berdiri dengan senyum dipaksakan. Mamanya berbicara "Uda, masuk kamar" tanpa suara, namun Aries bisa mengerti dengan pergerakan mulut mamanya itu.

       Sakit ... Sakit sekali. Hati Aries sangat hancur melihat keadaan keluarga, terutama mamanya yang selalu menjadi korban KDRT sang papa. Dia menahan sesak yang kian menjalar, lalu masuk ke kamarnya untuk segera terlelap. Didengarnya lagi suara ribut-ribut dari lantai bawah. Papanya pasti merusak sesuatu lagi seperti biasa. Karena tadi, yang terdengar adalah suara benda pecah belah.



                               ~*~



Bintang berkelip mempercantik malam yang dingin. Gemini baru saja selesai menyiapkan perlengkapan MOS besok. Sejak hari ini, dia berubah menjadi lebih semangat untuk mengikuti MOS. Alasannya sudah jelas, karena ingin bertemu dengan kak Aries. Saat dia mencoba untuk tidur, bayangan akan wajah Aries terus tergambar nyata di pikirannya. Dia tersenyum gemas mengingat kejadian demi kejadian di sekolah tadi. "Duh Gusti, dia mirip banget James Reid tapi versi lebih gantengnya!" ucapnya dalam lamunan.

        Gemini merupakan salah satu penggemar aktor, sekaligus model, sekaligus penyanyi asal Filipina, Jemes Reid. Dan semenjak bertemu dengan Aries, sepertinya resmi menggeser posisi James Reid di hati Gemini. Ini memang gila, tapi ini nyata. Gemini belum pernah berpacaran! Sejak dia remaja, dia bersumpah tak mau berpacaran jika bukan dengan James Reid. Dan dia, tak pernah menganggap bahwa di dunia ini ada pria yang kadar ketampanannya melebihi James Reid. Maka dari itu, dia tak pernah tertarik dengan pria di sekolah ataupun di mana-mana.

         "Kak Aries, mulai malam ini, kamu resmi jadi idolaku ..." gumamnya sebelum dia tertidur.

         Keesokan harinya, pukul empat pagi lebih 35 menit Gemini sedang bersiap untuk acara MOS hari ke-2. Tak seperti biasanya, kali ini dia tak banyak mengulur-ngulur waktu seperti kemarin. Semua tertata rapih dan teratur. Dia yang cuek, untuk pertama kalinya mulai memperhatikan penampilan. Berkali-kali dia melihat bayangannya di cermin hanya untuk memastikan apa rambutnya sudah terlihat rapi atau belum. Berulang kali juga dia memoleskan wajahnya dengan bedak dan beberapa alat make-up yang kemarin sore dia ambil secara diam-diam dari kamar Ibunya.

         "Nah, aing siap sekarang!" dengan senyum sumringah, Gemini menatap bayangannya sekali lagi di cermin kamar. Dia segera membawa tas dan perintilan-perintilan MOS lainnya yang tak ingin dia lupakan seperti kemarin. Saat dia ke ruang makan, ternyata ibunya belum memasak apa pun. Saat dia hendak berpamitan ke kamar Ibunya, ternyata ibunya masih mengaji sehabis tadi salat subuh bersama.

         Gemini adalah anak tunggal. Ayahnya sudah meninggal saat Gemini baru menginjak umur tujuh tahun. Gemini tak pernah tahu apa penyebab ayahnya meninggal dunia. Jika dia bertanya, sang Ibu hanya menjawab "Lebih baik kamu berdoa saja nak buat Ayah kamu ..." hingga akhirnya Gemini pun tak ingin mencari tahu lagi tentang hal itu.

        "Bu ... Gege pamit sekolah dulu ya? Nanti pulangnya langsung bantu Ibu kok! Gege pergi dulu, takut telat! Assalamualaikum Bu!" dengan terburu-buru, Gemini berbicara dari pintu kamar ibunya, lalu segera pergi tanpa menunggu ibunya selesai mengaji. (Gege merupakan panggilan Gemini di rumah.)

         Langit gelap tak menyurutkan semangat Gemini untuk sampai di sekolah tepat waktu. Meski langit masih gelap, beberapa orang yang berlalu-lalang di jalanan terlihat jelas sedang melayangkan tatapan aneh dan tidak suka kepada Gemini. "Apaan sih pada ngeliatin aing gitu? ewh!"

        Tanpa ambil pusing, Gemini langsung menaiki satu angkot yang berhenti di pinggirian jalan. Di dalam sana, sudah ada tiga orang wanita, EH BUKAN. Mereka bukan waniya tulen, tapi mereka ... Begitulah, pasti kalian tahu, kan?. Posisinya, satu orang yang berbadan semok dengan baju super ngetat berwarna perak dengan belahan dada hingga ke perut, duduk di sebelah kanan angkot, tepat di depan pintu keluar. Jadi saat Gemini naik, yang pertama dia lihat adalah gundukan gunung yang hampir terlepas dari sangkarnya. Maka dari itu Gemini sempat mengira bahwa yang duduk di dalam angkot itu adalah perempuan.

        Satu orang lainnya duduk di sebelah kanan si semok, tepat di belakang sopir angkot. Dia tak menggunakan pakaian wanita seperti yang lainnya, tapi, dia menggunakan celana jeans dengan jaket hitam yang kupluknya hampir menutupi semua wajah. Tapi saat Gemini naik ke dalam angkot, si dia pun membuka kupluknya dan terpampanglah wajahnya yang full make-up dengan kepala botak.

         Satu orang lagi yang duduk di sebelah kiri dekat pintu, memiliki badan kurus kering dengan rambut pirang yang diikat percis seperti Jinny oh Jinny. Dia menggenakan pakaian India yang bagian belakangnya terbuka hingga ke pinggang. Terpampanglah garis merah bekas kerokan di punggungnya. Dan satu lagi, dia bau ketek! BANGET.

        Gemini memilih duduk di pojokan sebelah kanan sambil menutup hidungnya dengan jaket yang dia pegang. Sumpah, bau banget! Sampai tertelan dan mengendap di tenggorokan baunya! Hweekkk.

       "Mau ngelenong di mana, Neng?" tanya si semok, disusul suara tawa dari yang lainnya. Tak menjawab, Gemini hanya mendelikan matanya dengan sangat tak bersahabat. Gemini yang semula duduk mengarah ke depan, kini berbalik ke belakang. Sepertinya, pemandangan jalan di belakang lebih menarik dilihat daripada arah depan yang sangat-sangat merusak mata.

       "Mereka kali yang mau ngelenong ... ewh!" Gemini berdialog sendiri.



                            ~*~



2-b. DEWA CINTA PENOLONG


Singkat cerita, akhirnya Gemini sampai di sekolah. Karena masih pukul setengah enam pagi, Gemini belum diperbolehkan masuk ke dalam kelas oleh keamanan yang berjaga di gerbang depan. Dia dan beberapa casis yang sudah datang pun diminta untuk berbaris di lapangan dengan atribut MOS yang lengkap. "Anjrit ketek si cungkring masih kerasa banget di tenggorokan aing ..." gumam Gemini pelan. 

        Semakin lama, semakin banyak casis yang sudah datang. Lapangan depan hampir penuh oleh para casis. Beberapa keamanan berjaga di sekeliling barisan percis seperti  menjaga tahanan yang sedang senam pagi. Hanya di Indonesia ya, Masa Orentasi Sekolah tetapi seperti ini? hahaha.

        "Yang atributnya nggak lengkap, langsung memisahkan diri dari barisan ya! Langsung baris di sebelah kanan saya." Sebagian casis yang tak menggunakan atribut lengkap pun menurut dan segera memisahkan diri. Wajah cemas tergambar nyata di wajah mereka. Gemini yang semula berada di tengah barisan pun terpaksa harus maju beberapa langkah hingga dia berada di bagian paling depan barisan, karena para casis yang ada di depannya harus berpindah posisi.

        "Kamu, iya kamu! Maju ke depan!" keamanan wanita yang kemarin menegur Gemini karena membawa parfume pun memanggil Gemini ke depan, jauh di dekat mimbar yang digunakan ketos untuk berbicara menggunakan microphone.

        Gemini yang kebingungan pun menurut dan segera berlari ke depan. "Balik kanan! Menghadap ke temen-temen kamu!" dengan tegas keamanan itu berkata. 

       "Kamu mau sekolah atau main ke mall hah?! Kemarin uda ketauan bawa parfume, sekarang dateng ke sekolah pake make up! Mau tebar pesona kamu?!" dengan kasar, keamanan itu pun membuka paksa topi yang digunakan Gemini. Terpampanglah wajahnya dengan jelas. Puluhan pasang mata memandangnya dengan terkejut. Sebagian ada yang menahan tawa, sebagian lagi ada yang memandang khawatir. "yang lain diam!" tambah beberapa keamanan lain kepada semua casis.

         Merasa dipermalukan, tiba-tiba saja air matanya jatuh tanpa permisi. Bukannya kasihan, si keamanan yang belum diketahui namanya itu malah membentak Gemini. "Nggak usah nangis dek! Manja banget kamu ya!" Gemini hanya menunduk menahan tangisnya agar tak semakin pecah.

         Merasa sudah kelewatan batas, satu pria yang sedari tadi memandang dari kejauhan pun mendekat. "Udah woy, lo kelewatan!" dengan nada tegas, berbeda dari biasanya. 

        Semua orang yang berada di lapangan kaget dengan kedatangan pria ini, termasuk Gemini yang langsung membuat jantungnya berdegup cepat. Aries datang untuk menyudahi drama bodoh yang dilakukan keamanan ini.

        "MOS itu harusnya ngenalin lingkungan sekolah, bukan mengintimidasi junior kaya gini. Gue tau lo pengen balas dendam gara-gara dulu lo ngerasa disiksa senior makannya lo ikut jadi keamanan kan? Tapi lo salah besar kalau lo kaya gini!" bagai superhero penyelamat, Aries berbicara dengan ucapan tajam namun sedingin es. Si keamanan pun hanya bisa diam. Para casis pun mulai terdengar ribut dengan opininya masing-masing yang tak terdengar jelas oleh Gemini, Aries atau orang-orang yang ada di depan lapangan.

         "Sudah-sudah, mentor-mentor yang putra langsung bawa casisnya ke lapangan dalem ya, sebentar lagi apel pagi mulai. Ayo, dari barisan paling kiri dulu, tertib!" mengambil alih agar keadaan tak semakin memanas, Sam yang merupakan Ketua OSIS pun berbicara demikian. Si keamanan wanita ini pun memberikan perintah untuk Gemini agar kembali ke barisan. Sambil mengusap air matanya, Gemini kembali ke barisan dengan kepala tertunduk.

        Sepanjang apel pagi, Gemini hanya melamunkan kejadian tadi. Kejadian saat dia dipermalukan senior, hingga saat dia dibela oleh Aries slash dewa cinta penolong. Dia merasa malu dan sakit hati, meskipun sedikit senang karena tadi Aries membantunya. Tapi tiba-tiba, tatapannya kabur. Dia pingsan!



                             ~*~



Tiba-tiba saja keadaan berubah menjadi panik. Setelah mengetahui Gemini pingsan, orang pertama yang sadar akan kejadian itu adalah Lea yang kebetulan sedang berdiri di barisan Gemini, di barisan paling belakang. Lea segera memanggil tim medis dan mereka membawa Gemini ke UKS. Dengan sabar Lea menunggu Gemini di UKS hingga dia sadar.


        "Eh Dek ... kamu uda sadar ya, kamu kenapa bisa pingsan?" tanya Lea sembari mengelus rambut Gemini yang sedang terbaring lemas di kasur UKS. Kaget mendapati dirinya ada di sebuah ruangan, Gemini langsung berusaha bangkit dari posisi awalnya.

         "Eh jangan dipaksain kalau masih lemes ..." ucap Lea sambil membantu Gemini duduk.

         "Teh, kenapa saya di sini, Teh?" tanya Gemini heran, dengan mimik wajah ketakutan.

         "Kamu pingsan, ih! Belum sarapan ya?" tanya Lea perhatian. Gemini hanya menganggukan kepalanya. Sudah Lea duga, kebanyakan casis yang pingsan saat apel pagi memang karena mereka belum sarapan. Sisanya karena sakit, atau pura-pura saja agar mereka tidak ikut apel pagi. Kalian yang mana?



                            ~*~



Di lapangan depan, kebetulan sekali Aries sedang memperhatikan casis yang kena hukuman akibat terlambat atau tidak membawa atribut lengkap. Tapi lama-lama, Aries muak juga dengan pemandangan itu. Sangat kentara bahwa para senior terlalu berlebihan memberikan hukuman. Lagipula, atribut yang harus casisi bawa juga sangat tak masuk akal dan terkesan "gak penting" untuk Aries. Daripada dia emosi dan menonjok satu-satu senior yang bertingkah seenaknya itu, dia memilih untuk pergi ke luar sekolah –tepatnya ke kantin depan– untuk membeli susu coklat kemasan.

        Namun tiba-tiba, saat dia sampai di gerbang depan, dia dihadang oleh sekelompok preman yang memiliki badan kekar dan besar, dengan mengenakan singlet yang membuat bulu ketiak mereka yang panjang berterbangan. Tapi ternyata itu tidak benar-benar terjadi guys! Saat dia sampai di gerbang depan, dia melihat seorang pria berseragam SMA sedang duduk menyendiri di kursi kayu yang ada di dekat gerbang. Dia terlihat sangat gelisah. "Apa dia anak baru, ya?" tanya Aries dalam hati.

        Dengan setengah hati, Aries pun mendekat ke arah pria itu. Saat menyadari ada seseorang yang sedang berjalan mendekat, pria itu pun langsung berdiri dan menunjukan wajahnya. 

DEG.

        Tiba-tiba saja Aries menghentikan langkahnya. Keringat dingin mulai bercucuran. Pria itu tersenyum ramah kepada Aries. Namun, Aries hanya diam tanpa menunjukan ekspresi apa pun. Setelah hening untuk beberapa saat, akhirnya Aries pun bertanya.

        "Anak baru?" tanya Aries dengan nada datar dan tatapan yang sulit diartikan. 

        Pria itu tersenyum semakin lebar dan menjawab, "Iya. Tapi baru tau kalau masih MOS. Kemarin aku ke sini juga, gara-gara masih MOS, jadi aku nunggu di sini sampe jam 10 an. Eh sekarang juga masih MOS ya hehehe" tawanya dipaksakan.

         "Malah curhat. Kelas berapa?" tanya Aries masih dengan intonasi datar namun menusuk.

         Lelaki itu mengangkat kedua tangannya dan menunjukan sepuluh jarinya sembari cengengesan "10 hehhe" jawabnya.

       "Oh casis. Kenapa diem di sini? Kenapa langsung pake seragam SMA? Kan harus ikut MOS dulu. Kelas 10 apa?" Mendadak Aries menjadi cerewet–Meskipun masih dengan intonasi datar dan wajah tanpa ekspresi ... Dingin banget men!

        "Soalnya nggak tau ... nggak tau juga kelas mana. Soalnya baru pindah lagi ke Bandung, Hehe" jawabnya polos. Aries tak berkata apa pun lagi. 

         Dia langsung membalikan badannya dan berkata "ikut gue" yang langsung dituruti oleh si pria.

       Aries membawa si pria ke lapangan depan. Di sana ada Hesti yang merupakan sekertaris dalam acara MOS ini. Dia pasti punya lembaran absensi yang bisa digunakan untuk mencari tahu dimana kelas pria ini. "Casis, nggak tau kelas mana dan di mana. Dia juga nggak tau kalo lagi MOS. Coba lo cek, gue mau masuk dulu". Aries langsung mengutarakan maksudnya kepada Hesti yang bahkan tak menyadari kehadiran Aries karena terlalu sibuk dengan berkas yang dia pegang. Beberapa pasang mata dari casis yang sedang di hukum pun mencuri pandang ke arah Aries yang memang mencolok dan selalu menjadi pusat perhatian.

        "Loh ... tunggu! Kalian kembar?!" Tiba-tiba saja Hesti berteriak hingga membuat Aries yang semula sudah mau pergi, menghentikan langkahnya. Sontak para casis yang sedang di hukum pun memperhatikan Aries dan si pria yang ada di dekatnya seperti ingin membandingkan.

        Aries menggeleng dan melanjutkan langkahnya. Setelah sampai di dekat ruang piket, dia berhenti dan membalikan tubuhnya untuk melihat sekali lagi ke arah lapangan luar. Dilihatnya si pria sudah sibuk berbicara dengan Hesti. Aries menghembuskan nafasnya panjang ....



                             ~*~



"Yauda nih makan roti dulu, Dek. Ini minumnya." Sibuk membawa roti dan air putih untuk diberikan kepada Gemini, Lea tak menyadari bahwa Gemini tak memberikan reaksi apa pun. Saat Lea melihat wajah Gemini, dia terkejut mendapati Gemini yang pucat dengan mata melotot hampir menggelinding ke luar dari kelopak matanya.

       "Dek ... Dek! Kamu oleng, ya? Enggaklah ... "Dek ... Dek! kamu kenapa Dek?" tanya Lea sembari mengguncang tubuh Gemini pelan. Namun, Gemini tetap mematung. Karena panik, Lea segera berlari ke luar ruangan dan memanggil teman-teman medisnya. "Medis ... medissss!" dengan panik, Lea berteriak. Semua tahu suara Lea itu sangat tak enak didengar. Sudah pasti kuping orang-orang yang mendengar suaranya itu akan kesakitan. Tapi sialnya, anak medis tak ada di dekat UKS. Lea pun segera berlari ke lapangan di mana para casis sedang apel pagi. Untung ada Bagus di sana, salah satu tim medis yang memang ramah.


       "Gus! Tolong gue gus! Itu ... yang tadi pingsan, maa-ma ssa aneh banget! Cepet ke UKS!" dengan panik Lea menjelaskan maksudnya. Mereka berdua segera berlari menuju UKS yang jaraknya lumayang jauh dari lapangan karena ada di sisi pojok kanan sekolah.

       Hampir sampai di UKS, mereka mendengar suara perempuan yang sedang menjerit-jerit. Saat sampai di UKS dengan nafas tercekik karena lelah berlarian, Lea dan Bagus menemukan Gemini yang sedang mengamuk percis seperti orang yang kerasukan! Keadaan kasur sudah berantakan. Sprei putih yang digunakan untuk membalut kasur pun sudah terjatuh ke lantai. Gelas yang tadi Lea bawa untuk diberikan ke Gemini pun sudah pecah di lantai. Posisi Gemini kini berjongkok percis seperti Tarzan, dengan mata melotot dan jeritan yang tak terhentikan.

       Karena sangat panik, Lea mematung mendapati pemandangan seperti ini. Untuk pertama kalinya dia melihat orang kerasukan secara langsung. Bagus juga ikut panik, "LE... PANGGIL GURUUUUU!"

        Setelah tersadar, Lea segera berlari ke lapangan lagi dan berteriak dengan suara cemprengnya. "PAK, BUK, ADA YANG KERASUKAN DI UKS! ADA YANG KERASUKANNNN!" sontak suaranya yang menyamai suara guru pembina yang sedang memberi arahan di mimbar menggunakan microphone pun membuat hampir semua orang yang ada di lapangan menolehkan pandangannya ke arah Lea.

        "Eh ... eh ... kok pada ngeliatin gue sih? Aduh ... gue cantik ya? Aduh ... gue malu jangan diliatin ah!" dengan salting, Lea bergerak-gerak seperti menahan kencing dengan memainkan roknya. Pipinya memerah dan beberapa bulu pun berterbangan dari rok abunya ...

        "Siapa yang kerasukan?!" suara pak Tur yang merupakan guru PAI menyadarkan Lea dari aksi tebar pesonanya. Lea menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Anu em ... i ... Itu Pak di UKS ada casis kerasukan!" Setelahnya, beberapa guru dan keamanan –termasuk Sam si ketua OSIS– pun ikut berlari menyusul pak Tur dan Lea ke UKS. Untuk sementara, lapangan diambil alih oleh bu Sulis agar kondisi para siswa bisa tenang kembali. Karena saat mendengar ada yang kerasukan, semua casis langsung heboh.



                             ~*~



2-c. SI MATA ELANG



"HAHAHA! Kocak banget kalo inget tingkah laku Teh Lea waktu panik, sampe diliatin sama semua orang di lapangan gitu," Syeril berbicara.

        "Iya bener! Dia malah tebar pesona tuh! Hahaha," Riskiya menambahkan.

       "Lagian maneh sih ngapain pake kerasukan juga? Hhahaha," Beby mendorong pundak Gemini.

        "Ih katanya serem siah maneh kerasukan kaya maung (baca:Harimau) gitu, rawrr!" tambah Derryl sambil menirukan tangan harimau.

         "Yaudasih jangan dibahas ah malu aing!" Gemini mulai sebal dengan teman-temannya.

       Sepulang acara MOS hari ke dua ini Gemini dan teman-teman sekelasnya berkumpul di kantin depan sekolah sembari membahas apa yang baru terjadi terhadap Gemini tadi pagi.

1. Gemini jadi korban senior keamanan, kena marah dan dipermalukan

2. Gemini ditolong serta dibela oleh Aries yang merupakan bintang SMA 610 Bandung.

3. Gemini pingsan saat apel pagi.

4. Gemini kerasukan di UKS.

          Lengkap sudah, Gemini akan mendadak terkenal di sekolah karena kejadian ini. Entahlah, dia harus berbangga hati atau tidak jika menjadi sorotan banyak orang. Nama dia akan terus terkenang akibat kejadian ini.

      "Lagian kamu kenapa pake make-up menor segala ke sekolah?" tanya Andre meminta penjelasan. Andrew merrupakan cowok keturunan Chinese yang memiliki postur tubuh tinggi dan badan yang berotot. Tipikal pria perkasa deh dia itu! Bahkan, Gemini sempat mengira jika perutAndrew itu sixpack!.

        "Aing sih ... em ... apaan ah, nggak menor kok!" Gemini mengelak.

        "Nggak menor kumaha? Jelas banget bibir sama pipi maneh merah banget tau! Muka maneh juga kaya tepung, putih pisan!" tambah Derryl dengan gaya centilnya. Anak yang satu ini, Derryl, memang sangat rusuh. Suaranya serupa dengan toa jika sedang berbicara, kenceng banget!. Dia centil, dan sudah pasti sangat heboh melebihi emak-emak yang rebutan beha diskonan di mall. Meski terlihat memiliki kepribadian menyerupai perempian, tapi dialah sumber tawa di kelas.

       "Iya ih, kaya mau ngelenong lo!" tambah Beby yang merupakan cewek tomboy, yang memiliki keberanian melebihi Derryl. Semua curiga jika jiwa mereka tertukar ...

       "Makannya, jangan kebanyakan melamun Ge!" kata Riskiya yang merupakan cewek islami dengan kerudung berbentuk segi tiga khas anak pesantren. Dia yang paling santai dan kalem di antara semua anak di kelas. Kesukaannya membaca komik dan menggambar manga. Suaranya bagus! Mirip suara-suara di film anime!.

        "Lain kali, kalau mau dandan tuh minta ajarin ke gue kali Ge!" sahut Syeril menyombongkan diri, sambil tatapannya tetap fokus ke cermin yang dia bawa. Syeril merupakan cewek yang diprediksikan akan menjadi primadona sekolah. Dia berasal dari Jakarta, dan dia sangat cantik! Baru dua hari di sekolah, sudah banyak orang yang minta untuk kenalan.

         Keadaan mendadak hening, karena Gemini tak merespon perkataan teman-temannya. Dia memilih untuk melamun sambil memandang sesuatu yang belum teman-temannya sadari apa itu.

        "Yeh malah ngelamun! Liatin apa sih?!" tanya Syeril. "Itukan kak Aries! OH MY GOD, SI GANTENG KALEM! SI MATA ELANG!" Syeril mulai heboh. Begitupun dengan Derryl.

        "IYA ... GANTENG BANGET ASTAGA!" tambah Derryl.
 
       "Heee? Lo suka cowok?" tanya Andrew kaget. Tapi Derryl hanya berkata "Kepo" lalu kembali memandang Kak Aries dengan wajah berseri. Sedangakan Riskiya hanya senyum-senyum malu sembari sesekali melirik ke arah kak Aries. Hanya Beby yang santai meskipun dia mengakui kegantengan Kak Aries.

       "Alah ... masih gantengan aku juga! Badannya juga bagusan aku ah!" Andrew mulai kesal dengan sikap teman-temannya yang terlalu berlebihan memandang Kak Aries.

       "Kenapa dia ganteng banget, sih? Tapi kenapa dia sendirian di situ? Apa perlu aing temenin dan pijetin gitu?? Aihh lucu banget minum susu ultra gitu ... pengen deh disedot-sedot juga! Uhh James Reidku!" gumam Gemini penuh penghayatan. Semua langsung memandang kaget ke arah Gemini.

       "Ehh ... em anu ... EH itu apaan sih si Derryl malah deketin Kak Aries!" tak bisa memberikan pernyataan apa-apa, Gemini langsung mengalihkan perhatian teman-temannya. Dilihat oleh semua bahwa Derryl tiba-tiba sudah ada di dekat Kak Aries bahkan hingga dia duduk di sebelahnya Kak Aries! Wajahnya terlihat seperti singa yang menemukan mangsa. Dia sangat agresif sekaligus genit!.

      Derryl terlihat sedang mengajak bicara Kak Aries dengan antusias. Namun Kak Aries hanya diam menutup mata tanpa menunjukan reaksi risih atau tertarik dengan kehadiran Derryl. "Kayanya, Kak Aries lagi tidur deh? Si Derryl maen ganggu aja lagi ya! Dasar banci gatel!" umpat Gemini kesal.

        Namun tiba-tiba, Derryl menyentuh wajah Kak Aries yang membuat para cewek heboh dan histeris.

"ANJRIT APAAN SIH PEGANG-PEGANG GITUUU!"

"YA ALLAH, BUKAN MUHRIMMMM!"

"DASAR BENCONG KEGATELANNNN!"

"WOY JANGAN CUBIT TETEK GUE WOY SAKIT!"

Yang terakhir itu suara Andrew yang teteknya dicubit paksa oleh Syeril tanpa sadar karena kesal. 

        Namun tiba-tiba, Kak Aries melayangkan pandangannya ke arah dimana Gemini berada. Derryl juga sama, tapi dia sambil menunjuk ke arah Gemini dan yang lainnya. Merasa kaget dan malu karena ketahuan sedang menatap Kak Aries, Gemini pun langsung senyum dan melambaikan tangannya. Begitupun Syeril dan Riskiya.

       "Anjir dia ngeliatin aing dong!" Gemini bersuara denga mulut tertahan karena gemas. 

       "Apaan, dia ngeliat gue tau!" Syeril ikut bersuara sambil terus tersenyum dan melambaikan tangannya. Mereka berdua pun terlibat debat yang tak penting. Namun justru Riskiya lah yang mencuri start dengan berjalan menuju meja Kak Aries mendahului yang lain.

       "Astagfirullah Ummi deketin Kak Aries! Bukan muhrim ih, dosa!" kata Syeril dengan nada sebal, lalu segera berlari menyusul dan disambut tawa oleh Andrew. Akhirnya, sore itu pun mereka habiskan bersama dengan Kak Aries.






Bersambung....

.


.


.


.


Asik uda bagian 2 nih! Terima kasih buat para readers! Terima kasih juga yang uda kasih kritik dan saran ke akun ask.fm aku ask.fm/Monyet_TAMPAN .


Jangan lupa vote+share kalau kalian suka sama story ini.

Aku sangat mengharapkan kritik dan saran serta komentar dari kalian semua, di sini loh!

Maaf bila ada salah kata, kalimat, typo dan sebagainya. Aku nulis ini jam 11 malam dan baru selesai sekarang, jam 1:45 pagi, jadi, Ya... pasti ada salah-salahnya he he he.

Aku kasih jarak antar paragraf sedikit lebih jauh karena ada yang komentar kalau dibuka via mobile, paragraf-nya jadi nyatu. Jadi, aku lebihin deh. Semoga gak nyatu lagi ya... cukup aku dan kalian semua aja yang bersatu dalam ikatan susu coklat. :))

21 Maret 2016

From: Aries, To: Gemini, with susu coklat

"Masa lalu adalah kenangan. Buruk atau tidaknya memori masa lalu, tetap akan terkenang dalam ingatan. Meskipun kita berhasil melupakan sejenak, jika ada hal yang mengingatkan lagi akan hal tersebut, kenangan itu akan muncul kembali."




1-a.  MANA ANGKOTNYA?


Suara kereta yang melaju cepat, terdengar sangat nyaring hingga membuat kuping siapa pun yang mendengarnya berdarah, enggak. Suara kereta yang melaju cepat, terdengar sangat nyaring  di telinga Senin pagi ini. Berjalan malas dengan kaki yang sengaja ditendangkan pada kerikil di jalanan, seorang pria berjalan dengan penampilan yang terliihat berantakan. Dia memang tipikal pria yang cuek dengan penampilan. Tapi justru, itu yang membuat banyak wanita menaruh perhatian kepadanya. Ini adalah hari pertama Masa Orientasi Sekolah untuk siswa baru di sekolahnya, salah satu SMA Negeri ternama di Bandung. SMA D0a PaPh4 terSh4yaNkk namanya ... bukan. SMA Negeri 610.

           Dia memang salah satu panitia. Jadilah pukul lima pagi lewat tiga menit ini dia sudah berangkat sekolah. Rambutnya yang hitam ikal, selalu terlihat berantakan membuat sebuah gelombang ke arah kanan. Bibirnya yang merah segar, selalu terlihat basah dan berwarna merah menggoda, cocok untuk dijadikan cap bibir pada surat cinta anak SMA. Kulitnya putih, dengan hidung yang tak begitu mancung tapi tak pesek juga, namun terlihat sangat pas di wajahnya. Alis mata yang hitam tebal, serta tatapan mata coklat setajam elang, bisa membuat banyak perempuan mendesah terpana pada pandangan pertama. "Ughh ..."

           Pagi ini, dia terpaksa berangkat sekolah menggunakan kendaraan umum. Motor kesayangannya rusak, akibat ulah sang papa yang marah tempo hari karena kelakuan sang anak sematawayangnya di sekolah. Rumahnya ada di salah satu kawasan padat penduduk di kota Bandung, yang sangat dekat dengan jalur kereta api. Ya, ada rel kereta api yang membelah jalan raya di dekat belokan rumahnya. Maka dari itu, rumahnya tak pernah terasa benar-benar sepi. Terkadang bising dengan suara kereta yang hampir 25 menit sekali terdengar.

          "Harusnya nggak perlu kaya gini! Pengap deh nanti naik angkot bareng emak-emak bauk ketek yang abis pulang dari pasar, ah!" sembari terus berjalan, Aries berbicara pada angin. Padahal, dulu dia sangat suka berjalan kaki di kawasan rumahnya. Tapi sekarang, dia sangat membenci hal ini. Sudah tak ada kawan yang menemaninya berjalan. Dulu, dia punya teman sepermainan semasa dia kecil. Mereka sangat dekat dan selalu terlihat berjalan bahkan berlarian bersama seperti anak kembar yang tak bisa dipisahkan. Dengan girangnya, mereka saling berlarian diiringi canda tawa saat akan berangkat maupun saat pulang sekolah. Kedua bocah lelaki itu, adalah bocah paling terkenal di kawasan mereka. "Duo kurcaci ganteng" sebutan dari ceu Enah si penjaga warung dekat rumahnya. "Eceu/Ceu" merupakan panggilan di tanah sunda untuk ibu-ibu kepada ibu-ibu lainnya.

          "Mana pula angkotnya? Sepi banget ini jalan. Kayanya, gue senam lantai di tengah jalan juga nggak akan mati ketabrak becak!" katanya dengan kesal. Sampailah dia di jalan raya tepat di depan beberapa bangunan, di sebelah rel kereta. Langit saja masih gelap, mungkin sopir angkot masih terlelap. Lalu datang ibu peri berukuran kotoran kuku, dan merubah lampu stopan menjadi angkot gaul lengkap dengan speaker dan lampu disko kerlap-kerlip yang mendendangkan lagu sambalado remix, enggaklah.

            Entahlah ... Terlalu banyak berbicara pagi ini, dia terlihat sangat aneh dan kacau. Pasalnya, dia dikenal dengan sikap yang sangat pendiam serta dingin, sedingin es. Bukan tanpa alasan dia menjadi pendiam. Semenjak terpisah dari kawan semasa kecilnya, dia pun berubah menjadi orang yang memiliki kepribadian ganda. Jika di depan banyak orang, dia akan menjadi sesosok pendiam yang sangat dingin dan cuek. Tapi jika dia sedang sendiri, tanpa sadar dia akan berubah menjadi seseorang yang cerewet. Seperti kali ini, dia sangat cerewet terhadap dirinya sendiri ....

           Daripada terlambat, dia memilih menunggu angkot sembari berjalan. "Woy Aries! panitia harus ada di sekolah paling lambat pukul enam pagi ya!" katanya, sambil berjalan dengan menirukan ucapan ketua OSIS di sekolahnya, full dengan ekspresi mulut yang meledek.

          Sekolah, bisa ditempuh 15 menit jika dia menggunakan motor. Tapi kemarin, semenjak dia tak menggunakan motor, dia harus menempuh perjalanan selama 25 menit dengan angkot. Itu pun jika dia pergi pukul lima pagi ... Entahlah jika dia berangkat pukul 6. Tapi sekarang? Berapa waktu yang dia perlukan untuk sampai di sekolah jika keadaan seperti ini? Ah, bukan waktunya untuk membahas soal matematika!

           "Tiiiittt besar panjang!" Bukan!. "Tiiittt!" suara klakson motor berbunyi berulang kali dari arah belakang. Lampu depannya menyilaukan mata saat dia membalikan badan untuk melihat si empunya motor. "Siapa sih? Tolol kali ya? Jalanan kosong gini ngapain mepetin gue sih!" batinnya. Tak mau merespon lebih banyak, dia terus berjalan meninggalkan motor itu hingga si empunya motor langsung melesat meninggalkannya. "Bangke!" umpatnya kesal.


                            ~*~


"Duh Gusti ... Telat nih kayanya? Ah paling apel pagi dulukan ya ...?" kelewatan santai, salah satu perempuan berseragam putih biru ini duduk manja di dalam angkot yang kosong. Ini sudah pukul lima pagi lewat 13 menit, dan dia masih stuck di stopan ini. Wajahnya cantik tipikal gadis asian. Kedua mata indahnya dengan iris berwarna coklat, dibalut oleh bulu mata yang lentik. Rambutnya dikuncir sebelah dengan pita berwarna hijau. Satu sisinya sedang disisir paksa hingga rambutnya rontok. Percis seperti "neneng Pe-ak."

           "Elah ... kusut banget rambut aing. Ribet ah acara MOS harus kaya ondel-ondel beginian ya!" dengan susah payah, akhirnya dia berhasil menyisir rambut kusutnya, lalu menguncirnya menjadi dua di kiri dan kanan. 

           "Ah! Name tag aing ketinggalan lagi ... Duh Gusti ...kenapa nggak ngingetin sih ah!" dengan santainya dia mengeluh sendiri sembari mengacak-acak isi tasnya, membuat mata si sopir angkot melirik heran dari kaca spion.

           Mata indahnya menangkap sesosok pria yang sedang berjalan dengan frusasi, di pinggiran jalan yang jaraknya tertinggal di belakang angkot. "Widih rajin juga jam segini uda berangkat sekolah. Apa dia ikut MOS juga ya?" Perempuan ini berbicara sendiri lagi.

          Dan lagi-lagi, mata si sopir angkot melirik dari kaca spion, namun ketahuan oleh si perempuan aneh. "Liat apa?! Kalau nyetir, fokus mang!!" Ucapnya dengan tegas.

        "Duh si eneng, judes banget deh." Si sopir mengeleng-gelengkan kepalanya, ckck. Perempuan ini pun hanya merespon dengan mata melotot dan lidah yang menjulur, lalu berpaling lagi ke arah pria di pinggir jalan yang sekarang jaraknya sudah semakin dekat dengan angkot yang dia tumpangi.

Mereka saling beradu tatap ... 

        "Ganteng ..." lirihnya tanpa sadar saat melihat wajah tampan si pria di pinggir jalan itu. Dia pun tersipi malu sembari terus menerus melihat ke arah pria yang kini bertingkah aneh. "Lah ... kenapa dia nari-nari gitu sih?" raut wajah kaget bercampur bingung pun dia tunjukan.

Lalu angkot pun melaju lagi ...



                          ~*~



1-b. MENTOR DADAKAN


 "Bangke! Gue jadinya harus lari-lari gini deh. Sekalinya ada angkot, eh malah nggak mau berenti. Cape juga lari-lari ke sekolah kaya tadi." Aries tiba di sekolah dengan bermandikan keringat dingin di pagi hari yang masih terasa sejuk tanpa matahari ini.

      "Wehh kenapa baru sampe jam segini kang?! Masa pantia baru sampe sih?! Lari cepet!" Baru dia sampai di gerbang, sudah disambut dengan teriakan salah satu anak paskibra yang menjadi keamanan di acara MOS ini. Dia pun langsung berlari menuju ruang panitia.

       Sesampainya di sana, semua panitia sudah bersiap-siap. "Assalamualaikum ..." ucap Aries memberi salam.

      "Aries. Kenapa baru dateng hah?" si ketua OSIS menyambut dengan tak ramah. 

      "Orang mah lagi ngucap salam, aturannya tunggu sampe beres terus jawab, baru deh tanya kaya gini kang ..." Aries merespon dengan datar. Si ketua OSIS pun diam.

      "Eh Rie ... Tadi diklaksonin kenapa diem aja? Padahal saya mau ajak bareng tuh tadi," belum sempat Aries duduk untuk beristirahat, salah satu panitia bernama Renaldy menyapanya. 

       "Oh itu elu?" jawab Aries datar, "Lagian lo bukannya turun atau panggil nama gue, malah klaksonin gue kaya PDPJ aja ..." tambahnya. (PDPJ adalah Pria Di Pinggir Jalan). Dia menutupi fakta bahwa dia kecewa karena ternyata yang tadi berada di motor itu adalah Renaldy. Jika dia tahu itu Renaldy, sudah pasti dia tak perlu bersusah payah berlarian menuju sekolah.

       Renaldy hanya "hehehe" saja karena malas dengan respon Aries yang dingin. "Rie ... Lo bimbing kelas 10-2 ya? Solanya kita kekurangan mentor buat bimbing calon siswa nih. Ga masalahkan?" ketua OSIS bernama Sam itu langsung meminta Aries untuk menjadi Mentor dadakan. Aries pun menyanggupi itu meskipun setengah hati. Dia pun segera merapihkan pakaiannya, menggunakan topi, dan berlari ke luar ruangan untuk briefing dengan mentor lainnya.



                             ~*~



Di tempat lain, tepatnya di tempat photocopy dekat sekolah, si perempuan aneh sedang sibuk menggunting kertas karton berwarna hijau. Dia sedang  membuat name tag untuk melengkapi perlengkapan MOS yang tertinggal. Padahal, waktu sudah menunjukan pukul enam pagi, dia sudah terlambat!. "Aihh uda maen jam 6 aja! Duh Gusti ... Gimana dong?!" Perempuan ini mulai panik. Saat terburu-buru menggunting karton, tangannya tak sengaja menyenggol sesuatu.

SYWERRRZZZSSS *anggap aja suara air tumpah*

       "Aduh ... basah kan jadinya!" pria dengan suara kesal terdengar mengaduh. Dengan panik, perempuan ini pun segera berbalik badan dan mendapati sesosok pria berseragam SMA yang sedang memegang botol minuman. 

       "Aduh ... kang, maaf maaf! Nggak sengaja soalnya saya buru-buru!" dia mengira bahwa pria itu adalah kakak kelasnya karena menggunakan seragam putih abu. 

       "Basah baju gue jadinya! Lagian ribet banget sih lu ah!" botol minum yang tadinya akan diminum oleh si pria, ternyata tersenggol tangan si perempuan aneh ini tanpa  disengaja.

       "Maaf atuh kang kan nggak sengaja saya ... maaf sekali lagi ya! Saya buru-buru kang, mau ikutan MOS! Assalamualaikum!" dia langsung memberi salam kepada si pria, disusul dengan ciuman tangan, lalu segera berlari menuju gerbang sekolah yang sudah tertutup.

       "Dasar cewek sedeng! Gue juga mau ikutan MOS tapi gak ribet kaya dia tuh!" si pria mengomel sendiri.



                            ~*~



TOK TOK TOK ... suara pintu diketuk kasar. "Kang Aries, keluar sebentar." Suara salah satu keamanan di acara MOS memanggil Aries untuk keluar dari ruang kelas. Setelah mengikuti apel pagi bersama para calon siswa baru, Aries yang susah payah menggiring para casis (Calon Siswa) menuju kelas degan berbaris rapih penuh aturan, tak bisa merasa santai sedetik pun. Baru dia duduk di kursi kelas, dia sudah harus keluar lagi. 

       Ini bukan keinginannya untuk ikut andil dalam acara MOS. Tapi mau bagaimana lagi? daripada dia mendapatkan nilai jelek di mata pelajaran IPS, mau tak mau dia harus menuruti permintaan wali kelasnya Bu Marni yang merupakan guru mata pelajaran IPS. Aries sudah tak menggumpulkan tugas sebanyak 3x dan itu membuat nilai di raport kenaikan kemarin ditulis palsu. Beginilah cara Aries untuk menebus hutang nilainya ... untung saja walikelasnya baik, sehingga dia masih bisa naik kelas.

      "Kenapa?" tanya Aries datar. "Oh iya jangan panggil gue kang dong, nggak suka." Tambahnya lagi. Salah satu keamanan sekolah yang tak Aries kenal ini, menggunakan name tag kecil bertuliskan "Bunga Pratimi" di dadanya yang membuat Aries mendengus sinis.

      "Saya disuruh Kang Sam buat panggil kamu. Tuh kamu di suruh ke lapangan depan, ada casis yang belum tau kelasnya dimana. Mungkin beberapa dari mereka masuk ke kelas kamu. Sekalian bawa kertas absennya!" dengan tegas dan tak kalah jutek, priaini mengutarakan maksudnya. "Cepetan!" tambahnya dengan membalikan badan untuk pergi meninggalkan Aries.

      Ya ... Namanya Aries ... Siapa pun orang yang tak mengenal dirinya dengan baik, jika harus terlibat percakapan dengannya, pasti saja menjadi emosi dan seketika itu suasana pun berubah menjadi tegang. "Siap Kang Bunga!" jawabnya datar.

      Pria itu pun membalikan badannya lagi "Bunga? Apa maksud kamu hah?!"  suasana semakin memanas, pria itu emosi! Namun, Aries tetap terlihat tenang sedingin es. Dia tak menjawab, hanya menunjuk dada si pria dengan dagunya. Pria itu pun segera mengikuti petunjuk Aries dan dia kaget mendapati name tag-nya bertuliskan nama orang lain. Wajahnya kini memerah karena malu... "Ehh anu ... ketuker ini he he he ..." sembari melepaskan name tag-nya.

      Aries pun segera masuk ke dalam ruangan lagi untuk membawa kertas absen. "Gue keluar sebentar" katanya memberikan penjelasan kepada pasangan mentornya, Hanggiani.

      Sembari mengusap peluh yang terasa kian membasah di jidatnya, Aries segera berlari ke lapangan luar. Mata para casis perempuan di kelasnya pun terus memperhatikan gerak-gerik Aries hingga sosoknya menghilang di balik pintu. Sudah menjadi hal yang wajar jika Aries menjadi pusat perhatian banyk orang ....

         Setelah sampai di lapangan depan, Aries mendapati Sam dan beberapa casis sedang berbaris di sana. Menyadari kedatangan Aries, Sam segera melayangkan pandangan ke arah Aries. Begitupun para casis, terutama para casis perempuan ...

        Untuk gambaran, sekolah ini memang memiliki dua lapangan. Siapa pun yang datang ke sekolah ini, setelah memasuki gerbang depan atau gerbang utama, akan melihat parkiran sekolah yang sangat luas. Setelah masuk sedikit lebih ke dalam, akan disuguhi oleh pemandangan lapangan depan yang biasa digunakan untuk basket, dengan suasana yang teduh oleh pepohonan yang dilengkapi oleh kursi tribun di sekelilingnya.

        Setelah itu, ada ruang piket yang di lindungi oleh gerbang dalam. Gerbang itu yang menjadi patokan untuk para siswa yang bersekolah di sini, apa mereka datang tepat waktu atau tidak. Jika gerbang itu tertutup, tandanya mereka sudah terlambat. Biasanya, akan ada guru piket yang berjaga di sana. Guru itu akan menggiring siswa dan siswi yang terlambat datang menuju ke lapangan basket untuk dikenai hukuman. Jika kebetulan guru piket itu guru yang baik hati, gerbang itu akan terbuka hingga pukul setengah delapan pagi.

       Jika sudah berhasil masuk dari gerbang dalam, akan disuguhi oleh taman dengan kolam ikan dan berbagai tanaman cantik yang ada di sana. Jika belok kiri, akan ada kandang jeruji besi berukuran besar yang ditinggali oleh banyak kelinci. Di situ, para siswa dan siswi bebas bermain bersama kelinci-kelinci yang ada di sana dengan syarat tidak menyakiti dan membawanya keluar dari kandang. 

        Tapi, jika belok ke kanan, kita akan disuguhi oleh pemandangan water fall dinding yang di dindingnya bertuliskan "WELCOME TO 610 SENIOR HIGH SCHOOL" dengan lampu putih yang bersinar di sisi kiri dan kanan. Di depanya, ada lemari kaca yang berisi banyak piala yang berjejer memanjang sebagai tanda bahwa murid di sini sangat berprestasi. Setelah itu, akan ada tiga belokan. Jika ke kiri akan membawa kita ke ruang guru dan masjid sekolah. Jika belok kanan, akan membawa kita ke berbagai lab, koperasi, dan juga taman. 

         Jika memilih jalan lurus, akan membawa kita ke lapangan bagian dalam atau lapangan utama yang berada di sisi kiri. Biasanya, di sana itu dijadikan tempa upacara atau apel pagi. Di sekeliling lapangan ada bangunan dua tingkat yang terdiri dari banyak kelas yang biasa dihuni oleh kelas 10 hingga 12, perpustakaan, kamar mandi, ruang bilas dan ruang ganti, serta ruangan lainnya. Dan jauh lebih ke dalam lagi, ada kantin utama yang menjual beraneka ragam makanan, ruang OSIS, berbagai sanggar ekskul, dan juga gudang sekolah. Di sana ada gerbang belakang yang biasa digunakan oleh siswa yang ingin mingat kelas. Kuncen gerbang itu adalah penjual siomay yang jika diberi rokok satu bungkus saja sudah mau membukakan pintu untuk orang yang memberi rokok tersebut.

        "Aries ... coba kamu cek nama mereka satu-satu, apa ada salah satu dari mereka yang berada di daftar absen kelas kamu?" Sam mendadak berbahasa formal jika di depan para casis. Aries hanya mengangguk. Setelahnya, Aries segera menghampiri satu per satu casis yang sedang berbaris rapih yabg berjumlah tujuh orang itu, dan membaca satu-satu name tag-nya.



                             ~*~



"Loh,  itukan cowok yang tadi nari-nari di jalankan ya? Oh dia kakak kelas aing ternyata!" si perempuan aneh berbicara pelan dengan gemas. Dia mengigit bibir bawahnya, dan menarik-narik rok biru yang dia kenakan karena gemas sekaligus senang mendapati pria  ganteng tadi yang ternyata adalah kakak kelasnya. Dia salah tingkah!.

      "Ladiesa Geminian Senja" Aries mengejah salah satu nama dengan datar. 

      "Aduhh dia wangi banget!" makin tak karuan, si perempuan aneh bernama Gemini ini pun menjadi semakin salah tingkah saat Aries menghampiri dirinya. "duh Gusti ... tinggi banget, hot pisan!" tambahnya pelan, sembari menahan pergerakan mulutnya agar tak terbuka lebar. Aries hanya mendelik heran dengan tingkah laku cewek ini yang sedang berbicara sendiri. "Duh Gusti ... matanya!" Gemini terus berdialog sendiri dengan menekan-nekan giginya gemas.

      "Yang masuk kelas gue Cuma satu, Ladiesa Geminian Senja aja." Aries berbicara kepada Sam dengan nada datar.

     "Yauda, mana orangnya? Langsung ikutin Kakak ini ya!" sahut Sam. Gemini pun mengacungkan tangannya dengan girang, dan segera mengikuti Aries yang sudah mendahuluinya berjalan masuk ke dalam sekolah.

       Selama membuntuti Aries, Gemini senyum-senyum sendiri. Dia juga terus berdialog sendiri dengan memuji-muji Aries.
 "Duh ganteng banget! Mirip James Reid!"
 "Aduh matanya nggak nahan!"
 "Mana wangi banget ini cowok!" "Kenapa aing jadi kaya gini sih? Bukan aing banget ah!" dan dialog lainnya dengan suara pelan tertahan.

       "Awas tong sampah!" suara cempreng entah siapa pemiliknya, menggelegar membuat Gemini tersadar. Namun dia terlambat, dia sudah menabrak tong sampah yang tak berdosa hingga dia tersungkur tepat di samping tong sampah yang kini sampahnya berserakan. 

     "Anjrit! Sakit banget!" reaksi yang terdengar dari Gemini. Suara tawa pun menghiasi kejadian ini. Banyak kakak kelas panitia MOS yang melihat kejadian ini. Tapi tidak untuk Aries, dia hanya diam dengan wajah datar melihat Gemini terjatuh.

       "Lo nggak apa-apa?!" salah satu panitia MOS, perempuan, menghampiri Gemini. Perempuan ini cantik, dengan rambut semi merah panjang. Namanya Lea. "Kalian malah ngetawain dia ya! Lo lagi Rie, bukannya bantuin dia eh malah ngeliatin doang!" dengan kesal Lea pun meluapkan amarahnya kepada semua orang yang ada di tempat kejadian. Aries pun mendekat dan menggulurkan tangannya tanpa seucap kata pun.

        Gemini yang wajahnya memerah karena malu, kini semakin menjadi-jadi hingga wajahnya terasa panas saat Aries menyodorkan tangan untuk membantu berdiri. "Ma-mmm-aak kasih Kang ... ma-m-a kasih Teh! Hehe" Gemini menggaruk rambutnya yang tak terasa gatal ... Awkward!. Namun, Aries hanya menaikan sebelah alis matanya dengan senyum tipis yang manis.

       "Duh, bajunya jadi kotor tuh ... pasti bau sampah! Bersihin dulu pake air gih" sahut Lea perhatian, sembari mengarahkan jari telunjuknya ke arah keran air yang tak jauh dari tempat mereka berdiri. "Ii-iiya teh. Punten ..."

       Setelah selesai membersihkan bajunya yang kotor, Gemini masih merasa risih karena bajunya memang ternyata bau sampah. Dia pun segera mengeluarkan parfume dari tasnya. 

       "Wihhh mau sekolah apa maen ke mall? Bawa parfume segala kamu dek!" sahut salah satu keamanan wanita yang tak sengaja lewat di belakang Gemini dengan nada seniornya. Gemini hanya menunduk dan berniat memasukan lagi parfume yang belum dia pakai ke tasnya. Namun, ada tangan yang menahan tangan Gemini. Saat Gemini menoleh, ternyata itu Aries!. Dia memberikan komando tanpa kata dengan menganggukan kepalanya saja. Gemini mengerti, lalu segera menyemprotkan parfum  itu sekali, ke bajunya.

       Setelahnya, mereka segera berjalan ke arah kelas. Saat sampai dan masuk ke dalam kelas, Aries berkata "Duduk" kepada Gemini. Tanpa menunggu komando kedua kalinya, Gemini langsung duduk di kursi kosong yang ada di barisan paling depan.

     "Sorry, tadi gue ada urusan sebentar." Kata Aries kepada semua casis di kelasnya. 

      Pasangan mentornya segera mendekat ke arah Aries dan berbisik "Ngomongnya formal Rie."

      Aries pun segera meralat ucapannya. "Maksudnya, saya ..." mereka berdua kini berdiri di depan kelas percis seperti guru yang sedang mengajar.

     
      "Oh iya, kenalin, saya Aries. Ini Hanggiani," kemudian diam satu detik. 

       "Hanggiani apa sih?" sambil berbisik ke arah kirinya. 

       "Amaniah Putri" jawab Hanggiani. 

       "Ya itu, dengerkan?" tanya Aries kepada semua casis. 

       "Denger kang!" jawab mereka kompak. Semua mata tertuju ke arah Aries. Tak sedikit yang terlihat mencuri senyuman saat memandang Aries, terutama para casis perempuan.

       "Oh iya, jangan panggil saya 'Kang' ya, Kakak aja" sahut Aries sekali lagi, dengan senyum yang sangat manis. Gemini yang duduk tepat di hadapan Aries pun hampir pingsan hingga masuk rumah sakit akibat senyuman mematikan itu, enggak. Gemini yang duduk tepat di hadapan Aries pun menjadi salah tingkah karena senyuman itu.

       "Kak Aries gantengku..." gumam Gemini pelan.





Bersambung....