20 April 2016

#enamsepuluh bagian 5 - Abur

Untuk #enamsepuluh bagian 5



Hitam itu kelam biru gelap kesakitan aku mau jadi batu hitam 
dan berbaur 
bersama auramu

Kulempar tubuh ini masuk ke dalam lubang gelap tak bertepi 
hingga biru
juga bisu

Ingin kuajak kau melayang bercampur langit gelap dini hari
namun sulit
tak bisa kuraih

Seandainya biru itu cerah
kenapa tubuh ini belah
sesak sudah napasku
menghitamlah jadi abu


#####


Banyak orang beranggapan bahwa cinta harus memiliki, harus bersama, dan saling mengucap kata cinta. Tapi, bagaimana dengan orang sepertiku? —yang hanya bisa merangkak tidur dalam dunia mimpi, berkhayal tentang cinta yang tak lazim untuk bersatu.

Jika langit gelap tiba, kuceritakan tentang betapa sulitnya aku menahan diri agar hilang ambisi untuk terus memikirkanmu. Meski sekuat topan aku mengelak, ternyata badai semakin berkecamuk dan mengoyak hati serta pikiran. Pada akhirnya, tak ada hari yang berhasil kulewati tanpa adanya kamu dalam pikiranku.

Jika boleh jujur, angin malam itu jahat, ya? Hujan pun sama. Selalu kejam mendahului tanganku yang belum bisa menyentuhmu secara langsung. Belum lagi air yang membasuh tubuh letihmu, selalu bisa memberi kenyamanan yang lebih dari apa yang bisa aku berikan.

Maafkan aku yang selalu cemburu pada setiap detik kebahagian kecil yang kau rasakan. Karna aku selalu ingin menjadi alasan bahagiamu setiap waktu. Tapi, bagaimana bisa? Aku hanya bisa bermimpi tanpa tepi. Melayang pada malam, hingga jatuhnya aku pada nyata. Kau bagai langit yang sangat sulit untuk aku gapai. Kau begitu jauh, diperparah dengan dinginnya keadaan antara aku dan kamu. Sebesar apa pun rasa ikhlas yang aku tuai, selalu kalah dengan mimpi dan harap yang aku tanam. 

Jika kini kau bahagia dengan siapa pun dia yang ada di sampingmu, ucapkan salam serta rasa terimakasihku karena selalu membuat senyum terukir lagi di wajahmu. Aku sadar bahwa aku tak mampu. Bagai kayu yang ditekan pada batu, sampai kapan pun kita sulit menyatu.

Ini sudah tahun ke-2, dan aku masih sama kepadamu.



Bandung, 20 April 2016.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar