16 April 2016

#KORORkisahorror bagian 4 - Pintu mematikan dimensi lain




"Selalu seperti yang kubayangkan. Aroma roti jagung, mengepul memenuhi atmosfer dapur rumahku. Manisnya selalu terbayang menelusup hingga ke sukma. Dan cintaku, sangat suka dengan roti jagung ini."


----


"Rizka sayang, aku sudah lapar." Sosok pria tampan dengan senyum buah leci serta tatapan legit coklat karamel, menghampiri dapur hanya dengan bercelana dalam saja. Tubuhnya—terutama bagian perut—sangat indah, bak tembok Cina dengan beberapa lekukan kokoh, selalu meminta untuk diberi jilatan selamat pagi.

      "Sebentar lagi ... Mandilah dulu, Bim ... Aku tak sempat untuk menjilat perutmu," ucap Rizka masih fokus dengan roti hangat yang baru saja dia keluarkan dari oven. Rizka sempat menguap beberapa kali karena rasa kantuk hasil begadang semalaman.

       "Aku malas ... Udara pagi ini terlalu damai jika harus dihujani riak air dari shower kamar mandi." Lelaki itu pun duduk di kursi meja makan, sembari membetulkan CD-nya yang sedikit melorot.

       "Selalu saja begitu ... Ok, rotinya sudah siap. Selamat makan! Aku ke kamar dulu, ya?" ucap Rizka sembari memberikan roti jagungnya kepada Bima. Setelahnya, Rizka pun bergegas menuju kamar.

       Rizka sangat menyukai musik. Setiap pagi, dia rutin menonton acara musik di TV. Meski dewasa ini tak banyak acara musik berbobot, untuk acara musik amazing, Rizka sulit untuk melewatinya. Jika para host sudah menyanyikan jingle song mereka, seketika itu juga dia menggila. Kemarin, kaki kasurnya patah akibat kerasnya dia melompat-lompat sembari menyanyi "lalala, yeyeye" di atas kasur. Hari ini, entah apalagi yang akan rusak ....

        Sesampainya di kamar, Rizka pun segera menyalakan TV. Tapi ternyata, kasur kamar terlihat melambai-lambai seakan membujuk Rizka untuk melanjutkan tidurnya yang tak puas. Rizka pun tak bisa berkutik lagi, karena kini, matanya terasa berat dan mulai mengantuk. Tanpa berpikir apa-apa lagi, dia pun bergegas menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur, tanpa memperdulikan lagi acara musik kesayangannya.

       Kurang lebih baru dua menit Rizka terpejam, tiba-tiba saja matanya terasa panas akibat cahaya yang sangat menyilaukan. Cahaya itu sukses mengusik tidurnya yang baru saja dimulai, membuatnya terjaga dalam seketika. Karena penasaran, Rizka pun membuka matanya, lalu segera bangkit untuk mencari tahu sumber cahaya tersebut.

      Sungguh terkejutnya dia ... Dilihatnya pintu kamar yang semula kusam, berubah menjadi indah berwarna kuning dengan cahaya yang sangat terang menghiasinya! Seketika itu juga udara kamarnya berubah menjadi panas. Tanpa diminta, kaki-kaki Rizka pun melangkah mendekati pintu tersebut, dengan lengan yang ia gunakan sebagai penghalang untuk melindungi matanya dari serangan cahaya.

      Semakin dekat, udara pun terasa semakin panas. Tanpa pandang buluh lagi, Rizka pun segera membuka pintu tersebut, dan ... "AAAAA!" terdengar suara teriakan yang ramai dan juga menyeramkan, keluar dari dalam sana. 

      Gelap ... Di dalam sana sangat gelap! Rizka sempat ragu untuk melanjutkan langkahnya. Tiba-tiba ...

       "Batu, tunggu aku! Jangan cepet-cepet." Terdengar suara anak kecil dari dalam sana.

       "Kamu lama banget, sih ..." suara lain juga ikut menyusul untuk didengar. Hal ini membuat Rizka semakin penasaran. Dia pun memberanikan diri untuk masuk ke dalam pintu itu, dengan jantung degup tapak kuda, serta hati yang semakin tak karuan. Setelah langkahnya sampai di dalam sana, ternyata pintu itu membawa Rizka ke sebuah lorong kamar, dan beberapa cahaya pun mulai menyala. —Cahaya itu berasal dari lilin-lilin yang menempel di tembok kiri dan kanan—Tanpa dia sadari, pintu itu menutup dengan sendirinya ...

       "Tempat apa ini?" tanya Rizka dalam hati.

        "Hahahaha, Ayo cepat batu!" suara anak kecil tadi terdengar lagi. Sumber suara itu terdengar jelas berada di belakang Rizka. Karena panik dan juga takut, Rizka pun segera membalikan tubuhnya. Tiba-tiba saja, dua anak perempuan berlari saling berkejaran keluar dari kegelapan, menerobos tubuh Rizka hingga Rizka pun terdorong, lalu jatuh.

        "Awww!" teriak Rizka kesakitan. Kedua anak perempuan itu yang ternyata kembar, berhenti dan menoleh ke arah Rizka. Salah satu dari mereka mengulurkan tangannya untuk membantu Rizka berdiri.

       "Maaf Kak," ucapnya. Ternyata, mereka berdua sangat lucu! Rambutnya keriting kepang dua, dengan mata belo yang sangat indah. Gaun merah muda di atas lutut yang mereka kenakan, terlihat indah dan juga serasi.

       "Ka-kalian siapa?" tanya Rizka dengan tangan yang masih terasa sakit, akibat terbentur sesuatu yang tak ia ketahui apa itu.

      "Aku Batu, ini Adikku, Bata." Anak yang membantu Rizka berdiri pun mengenalkan dirinya disertai senyuman hangat. Bisa Rizka tebak jika Batu adalah kakak dari adiknya Bata, yang terlihat lebih pemalu dibandingkan Batu. Karena sedari tadi, Bata hanya diam bersembunyi di balik tubuh Batu, sembari memeluk boneka beruang kecil.

       "Oh iya, saya Rizka," Rizka pun ikut memperkenalkan dirinya. "ini tempat apa, ya?" tanya Rizka penasaran. 
Bukannya menjawab, Batu dan Bata malah berlari sembari tertawa meninggalkan Rizka.

        "Hei, tunggu!" teriak Rizka sembari mengejar kedua anak kembar itu, tapi ternyata, dengan cepat mereka hilang ditelan kegelapan.

        "Ke mana mereka? Bata? Batu? Kalian di mana?" tanya Rizka berteriak. Tiba-tiba saja, Rizka mendengar suara teriakan yang disertai tangisan histeris dari salah satu pintu kamar. Karena takut hal buruk terjadi kepada Batu dan Bata, Rizka pun segera mendekati sumber suara itu dengan tergesa-gesa. Setelah sampai, Rizka langsung membuka pintu itu.

       Dan ... Dari dalam sana, ada sesuatu yang sangat mengejutkan Rizka! Dilihatnya Batu sudah terbaring di atas kasur dengan bermandikan darah. Dan Bata, hanya menangis sembari memeluk boneka beruangnya di samping Batu.

       Rizka bertanya kepada Bata dengan panik, "Apa yang terjadi?!" namun, Bata tak menjawab apa-apa. Dia hanya menangis histeris, sembari menatap kembarannya yang sudah tak bernyawa.

       "Siapa yang melakukannya?!" tanya Rizka sekali lagi. Namun tiba-tiba, Bata berteriak, diikuti tubuhnya yang terjatuh dari atas kasur. Rizka yang panik pun segera mendekati Bata, dan lagi-lagi Rizka dibuat terkejut! Bata sudah terbaring di lantai, dengan tambang yang tiba-tiba saja sudah melingkar di lehernya! Dengan cepat, seseorang telah menarik tambang itu yang langsung membuat tubuh Bata terseret ke dalam sisi gelap kamar ini.

        "AAAAAKKK!" Rizka pun berteriak dengan histeris. Nafasnya terengah-engah, seakan sudah berlari 10 KM jauhnya.

        "Wah, cuma mimpi ternyata?!" ucapnya tak percaya. Rizka terduduk di atas kasur,  dengan keringat dingin yang membasah di segala bagian tubuhnya.

       "Roti jagungmu kali ini tidak enak." Tiba-tiba saja Bima masuk ke dalam kamar, mengejutkan Rizka yang masih shock akibat mimpi tadi.

       "Maaf sayang ..." jawab Rizka singkat. Ditariknya nafas dalam-dalam, lalu dihembuskan secara perlahan. Rizka memejamkan matanya dengan harapan bisa merasa lebih tenang. Saat dia membuka mata lagi, dia pun terkejut! Tepat di belakang Bima, ada Batu dan Bata yang berdiri kaku sambil memandang kosong ke arah Rizka! Wajahnya sangat pucat ... Dihiasi lebam di beberapa bagian, serta darah kering yang menghiasi baju mereka!

        Batu dan Bata pun mengarahkan telunjuknya ke arah Bima. Tanpa Rizka sadari, Bima sudah berdiri tepat di samping dirinya yang masih duduk di atas kasur. Belum sempat memahami apa maksud dari ini semua, sebilah pisau sudah menggorok leher Rizka hingga nafasnya tercekik. Semua terjadi dengan cepat tanpa Rizka tahu apa penyebab pasti mengenai hal ini.

        Rizka kini terjebak dalam kegelapan. Mati tanpa ketenangan, terikat di dalam pintu indah yang tak bisa dilihat oleh semua orang. Jika kalian merasa tersadar dari tidur yang tak lelap, lalu melihat satu pintu yang sangat indah, jangan masuk ke sana! Karena nyatanya, kalian terjaga dalam mimpi! Sekali masuk ke sana, jiwa kalian "mungkin" akan tersesat, atau sesuatu yang buruk akan terjadi kelak.




"Aku Rizkayanto Purmono. Bima si lelaki berparas tampan itu ternyata jahat. Jangan dekati dia!"




-tamat-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar