"Masa lalu adalah kenangan. Buruk atau tidaknya memori masa lalu, tetap akan terkenang dalam ingatan. Meskipun kita berhasil melupakan sejenak, jika ada hal yang mengingatkan lagi akan hal tersebut, kenangan itu akan muncul kembali."
1-a. MANA ANGKOTNYA?
Suara kereta yang melaju cepat, terdengar sangat nyaring hingga membuat kuping siapa pun yang mendengarnya berdarah, enggak. Suara kereta yang melaju cepat, terdengar sangat nyaring di telinga Senin pagi ini. Berjalan malas dengan kaki yang sengaja ditendangkan pada kerikil di jalanan, seorang pria berjalan dengan penampilan yang terliihat berantakan. Dia memang tipikal pria yang cuek dengan penampilan. Tapi justru, itu yang membuat banyak wanita menaruh perhatian kepadanya. Ini adalah hari pertama Masa Orientasi Sekolah untuk siswa baru di sekolahnya, salah satu SMA Negeri ternama di Bandung. SMA D0a PaPh4 terSh4yaNkk namanya ... bukan. SMA Negeri 610.
Dia memang salah satu panitia. Jadilah pukul lima pagi lewat tiga menit ini dia sudah berangkat sekolah. Rambutnya yang hitam ikal, selalu terlihat berantakan membuat sebuah gelombang ke arah kanan. Bibirnya yang merah segar, selalu terlihat basah dan berwarna merah menggoda, cocok untuk dijadikan cap bibir pada surat cinta anak SMA. Kulitnya putih, dengan hidung yang tak begitu mancung tapi tak pesek juga, namun terlihat sangat pas di wajahnya. Alis mata yang hitam tebal, serta tatapan mata coklat setajam elang, bisa membuat banyak perempuan mendesah terpana pada pandangan pertama. "Ughh ..."
Pagi ini, dia terpaksa berangkat sekolah menggunakan kendaraan umum. Motor kesayangannya rusak, akibat ulah sang papa yang marah tempo hari karena kelakuan sang anak sematawayangnya di sekolah. Rumahnya ada di salah satu kawasan padat penduduk di kota Bandung, yang sangat dekat dengan jalur kereta api. Ya, ada rel kereta api yang membelah jalan raya di dekat belokan rumahnya. Maka dari itu, rumahnya tak pernah terasa benar-benar sepi. Terkadang bising dengan suara kereta yang hampir 25 menit sekali terdengar.
"Harusnya nggak perlu kaya gini! Pengap deh nanti naik angkot bareng emak-emak bauk ketek yang abis pulang dari pasar, ah!" sembari terus berjalan, Aries berbicara pada angin. Padahal, dulu dia sangat suka berjalan kaki di kawasan rumahnya. Tapi sekarang, dia sangat membenci hal ini. Sudah tak ada kawan yang menemaninya berjalan. Dulu, dia punya teman sepermainan semasa dia kecil. Mereka sangat dekat dan selalu terlihat berjalan bahkan berlarian bersama seperti anak kembar yang tak bisa dipisahkan. Dengan girangnya, mereka saling berlarian diiringi canda tawa saat akan berangkat maupun saat pulang sekolah. Kedua bocah lelaki itu, adalah bocah paling terkenal di kawasan mereka. "Duo kurcaci ganteng" sebutan dari ceu Enah si penjaga warung dekat rumahnya. "Eceu/Ceu" merupakan panggilan di tanah sunda untuk ibu-ibu kepada ibu-ibu lainnya.
"Mana pula angkotnya? Sepi banget ini jalan. Kayanya, gue senam lantai di tengah jalan juga nggak akan mati ketabrak becak!" katanya dengan kesal. Sampailah dia di jalan raya tepat di depan beberapa bangunan, di sebelah rel kereta. Langit saja masih gelap, mungkin sopir angkot masih terlelap. Lalu datang ibu peri berukuran kotoran kuku, dan merubah lampu stopan menjadi angkot gaul lengkap dengan speaker dan lampu disko kerlap-kerlip yang mendendangkan lagu sambalado remix, enggaklah.
Entahlah ... Terlalu banyak berbicara pagi ini, dia terlihat sangat aneh dan kacau. Pasalnya, dia dikenal dengan sikap yang sangat pendiam serta dingin, sedingin es. Bukan tanpa alasan dia menjadi pendiam. Semenjak terpisah dari kawan semasa kecilnya, dia pun berubah menjadi orang yang memiliki kepribadian ganda. Jika di depan banyak orang, dia akan menjadi sesosok pendiam yang sangat dingin dan cuek. Tapi jika dia sedang sendiri, tanpa sadar dia akan berubah menjadi seseorang yang cerewet. Seperti kali ini, dia sangat cerewet terhadap dirinya sendiri ....
Daripada terlambat, dia memilih menunggu angkot sembari berjalan. "Woy Aries! panitia harus ada di sekolah paling lambat pukul enam pagi ya!" katanya, sambil berjalan dengan menirukan ucapan ketua OSIS di sekolahnya, full dengan ekspresi mulut yang meledek.
Sekolah, bisa ditempuh 15 menit jika dia menggunakan motor. Tapi kemarin, semenjak dia tak menggunakan motor, dia harus menempuh perjalanan selama 25 menit dengan angkot. Itu pun jika dia pergi pukul lima pagi ... Entahlah jika dia berangkat pukul 6. Tapi sekarang? Berapa waktu yang dia perlukan untuk sampai di sekolah jika keadaan seperti ini? Ah, bukan waktunya untuk membahas soal matematika!
"Tiiiittt besar panjang!" Bukan!. "Tiiittt!" suara klakson motor berbunyi berulang kali dari arah belakang. Lampu depannya menyilaukan mata saat dia membalikan badan untuk melihat si empunya motor. "Siapa sih? Tolol kali ya? Jalanan kosong gini ngapain mepetin gue sih!" batinnya. Tak mau merespon lebih banyak, dia terus berjalan meninggalkan motor itu hingga si empunya motor langsung melesat meninggalkannya. "Bangke!" umpatnya kesal.
~*~
"Duh Gusti ... Telat nih kayanya? Ah paling apel pagi dulukan ya ...?" kelewatan santai, salah satu perempuan berseragam putih biru ini duduk manja di dalam angkot yang kosong. Ini sudah pukul lima pagi lewat 13 menit, dan dia masih stuck di stopan ini. Wajahnya cantik tipikal gadis asian. Kedua mata indahnya dengan iris berwarna coklat, dibalut oleh bulu mata yang lentik. Rambutnya dikuncir sebelah dengan pita berwarna hijau. Satu sisinya sedang disisir paksa hingga rambutnya rontok. Percis seperti "neneng Pe-ak."
"Elah ... kusut banget rambut aing. Ribet ah acara MOS harus kaya ondel-ondel beginian ya!" dengan susah payah, akhirnya dia berhasil menyisir rambut kusutnya, lalu menguncirnya menjadi dua di kiri dan kanan.
"Ah! Name tag aing ketinggalan lagi ... Duh Gusti ...kenapa nggak ngingetin sih ah!" dengan santainya dia mengeluh sendiri sembari mengacak-acak isi tasnya, membuat mata si sopir angkot melirik heran dari kaca spion.
Mata indahnya menangkap sesosok pria yang sedang berjalan dengan frusasi, di pinggiran jalan yang jaraknya tertinggal di belakang angkot. "Widih rajin juga jam segini uda berangkat sekolah. Apa dia ikut MOS juga ya?" Perempuan ini berbicara sendiri lagi.
Dan lagi-lagi, mata si sopir angkot melirik dari kaca spion, namun ketahuan oleh si perempuan aneh. "Liat apa?! Kalau nyetir, fokus mang!!" Ucapnya dengan tegas.
"Duh si eneng, judes banget deh." Si sopir mengeleng-gelengkan kepalanya, ckck. Perempuan ini pun hanya merespon dengan mata melotot dan lidah yang menjulur, lalu berpaling lagi ke arah pria di pinggir jalan yang sekarang jaraknya sudah semakin dekat dengan angkot yang dia tumpangi.
Mereka saling beradu tatap ...
"Ganteng ..." lirihnya tanpa sadar saat melihat wajah tampan si pria di pinggir jalan itu. Dia pun tersipi malu sembari terus menerus melihat ke arah pria yang kini bertingkah aneh. "Lah ... kenapa dia nari-nari gitu sih?" raut wajah kaget bercampur bingung pun dia tunjukan.
Lalu angkot pun melaju lagi ...
~*~
1-b. MENTOR DADAKAN
"Bangke! Gue jadinya harus lari-lari gini deh. Sekalinya ada angkot, eh malah nggak mau berenti. Cape juga lari-lari ke sekolah kaya tadi." Aries tiba di sekolah dengan bermandikan keringat dingin di pagi hari yang masih terasa sejuk tanpa matahari ini.
"Wehh kenapa baru sampe jam segini kang?! Masa pantia baru sampe sih?! Lari cepet!" Baru dia sampai di gerbang, sudah disambut dengan teriakan salah satu anak paskibra yang menjadi keamanan di acara MOS ini. Dia pun langsung berlari menuju ruang panitia.
Sesampainya di sana, semua panitia sudah bersiap-siap. "Assalamualaikum ..." ucap Aries memberi salam.
"Aries. Kenapa baru dateng hah?" si ketua OSIS menyambut dengan tak ramah.
"Orang mah lagi ngucap salam, aturannya tunggu sampe beres terus jawab, baru deh tanya kaya gini kang ..." Aries merespon dengan datar. Si ketua OSIS pun diam.
"Eh Rie ... Tadi diklaksonin kenapa diem aja? Padahal saya mau ajak bareng tuh tadi," belum sempat Aries duduk untuk beristirahat, salah satu panitia bernama Renaldy menyapanya.
"Oh itu elu?" jawab Aries datar, "Lagian lo bukannya turun atau panggil nama gue, malah klaksonin gue kaya PDPJ aja ..." tambahnya. (PDPJ adalah Pria Di Pinggir Jalan). Dia menutupi fakta bahwa dia kecewa karena ternyata yang tadi berada di motor itu adalah Renaldy. Jika dia tahu itu Renaldy, sudah pasti dia tak perlu bersusah payah berlarian menuju sekolah.
Renaldy hanya "hehehe" saja karena malas dengan respon Aries yang dingin. "Rie ... Lo bimbing kelas 10-2 ya? Solanya kita kekurangan mentor buat bimbing calon siswa nih. Ga masalahkan?" ketua OSIS bernama Sam itu langsung meminta Aries untuk menjadi Mentor dadakan. Aries pun menyanggupi itu meskipun setengah hati. Dia pun segera merapihkan pakaiannya, menggunakan topi, dan berlari ke luar ruangan untuk briefing dengan mentor lainnya.
~*~
Di tempat lain, tepatnya di tempat photocopy dekat sekolah, si perempuan aneh sedang sibuk menggunting kertas karton berwarna hijau. Dia sedang membuat name tag untuk melengkapi perlengkapan MOS yang tertinggal. Padahal, waktu sudah menunjukan pukul enam pagi, dia sudah terlambat!. "Aihh uda maen jam 6 aja! Duh Gusti ... Gimana dong?!" Perempuan ini mulai panik. Saat terburu-buru menggunting karton, tangannya tak sengaja menyenggol sesuatu.
SYWERRRZZZSSS *anggap aja suara air tumpah*
"Aduh ... basah kan jadinya!" pria dengan suara kesal terdengar mengaduh. Dengan panik, perempuan ini pun segera berbalik badan dan mendapati sesosok pria berseragam SMA yang sedang memegang botol minuman.
"Aduh ... kang, maaf maaf! Nggak sengaja soalnya saya buru-buru!" dia mengira bahwa pria itu adalah kakak kelasnya karena menggunakan seragam putih abu.
"Basah baju gue jadinya! Lagian ribet banget sih lu ah!" botol minum yang tadinya akan diminum oleh si pria, ternyata tersenggol tangan si perempuan aneh ini tanpa disengaja.
"Maaf atuh kang kan nggak sengaja saya ... maaf sekali lagi ya! Saya buru-buru kang, mau ikutan MOS! Assalamualaikum!" dia langsung memberi salam kepada si pria, disusul dengan ciuman tangan, lalu segera berlari menuju gerbang sekolah yang sudah tertutup.
"Dasar cewek sedeng! Gue juga mau ikutan MOS tapi gak ribet kaya dia tuh!" si pria mengomel sendiri.
~*~
TOK TOK TOK ... suara pintu diketuk kasar. "Kang Aries, keluar sebentar." Suara salah satu keamanan di acara MOS memanggil Aries untuk keluar dari ruang kelas. Setelah mengikuti apel pagi bersama para calon siswa baru, Aries yang susah payah menggiring para casis (Calon Siswa) menuju kelas degan berbaris rapih penuh aturan, tak bisa merasa santai sedetik pun. Baru dia duduk di kursi kelas, dia sudah harus keluar lagi.
Ini bukan keinginannya untuk ikut andil dalam acara MOS. Tapi mau bagaimana lagi? daripada dia mendapatkan nilai jelek di mata pelajaran IPS, mau tak mau dia harus menuruti permintaan wali kelasnya Bu Marni yang merupakan guru mata pelajaran IPS. Aries sudah tak menggumpulkan tugas sebanyak 3x dan itu membuat nilai di raport kenaikan kemarin ditulis palsu. Beginilah cara Aries untuk menebus hutang nilainya ... untung saja walikelasnya baik, sehingga dia masih bisa naik kelas.
"Kenapa?" tanya Aries datar. "Oh iya jangan panggil gue kang dong, nggak suka." Tambahnya lagi. Salah satu keamanan sekolah yang tak Aries kenal ini, menggunakan name tag kecil bertuliskan "Bunga Pratimi" di dadanya yang membuat Aries mendengus sinis.
"Saya disuruh Kang Sam buat panggil kamu. Tuh kamu di suruh ke lapangan depan, ada casis yang belum tau kelasnya dimana. Mungkin beberapa dari mereka masuk ke kelas kamu. Sekalian bawa kertas absennya!" dengan tegas dan tak kalah jutek, priaini mengutarakan maksudnya. "Cepetan!" tambahnya dengan membalikan badan untuk pergi meninggalkan Aries.
Ya ... Namanya Aries ... Siapa pun orang yang tak mengenal dirinya dengan baik, jika harus terlibat percakapan dengannya, pasti saja menjadi emosi dan seketika itu suasana pun berubah menjadi tegang. "Siap Kang Bunga!" jawabnya datar.
Pria itu pun membalikan badannya lagi "Bunga? Apa maksud kamu hah?!" suasana semakin memanas, pria itu emosi! Namun, Aries tetap terlihat tenang sedingin es. Dia tak menjawab, hanya menunjuk dada si pria dengan dagunya. Pria itu pun segera mengikuti petunjuk Aries dan dia kaget mendapati name tag-nya bertuliskan nama orang lain. Wajahnya kini memerah karena malu... "Ehh anu ... ketuker ini he he he ..." sembari melepaskan name tag-nya.
Aries pun segera masuk ke dalam ruangan lagi untuk membawa kertas absen. "Gue keluar sebentar" katanya memberikan penjelasan kepada pasangan mentornya, Hanggiani.
Sembari mengusap peluh yang terasa kian membasah di jidatnya, Aries segera berlari ke lapangan luar. Mata para casis perempuan di kelasnya pun terus memperhatikan gerak-gerik Aries hingga sosoknya menghilang di balik pintu. Sudah menjadi hal yang wajar jika Aries menjadi pusat perhatian banyk orang ....
Setelah sampai di lapangan depan, Aries mendapati Sam dan beberapa casis sedang berbaris di sana. Menyadari kedatangan Aries, Sam segera melayangkan pandangan ke arah Aries. Begitupun para casis, terutama para casis perempuan ...
Untuk gambaran, sekolah ini memang memiliki dua lapangan. Siapa pun yang datang ke sekolah ini, setelah memasuki gerbang depan atau gerbang utama, akan melihat parkiran sekolah yang sangat luas. Setelah masuk sedikit lebih ke dalam, akan disuguhi oleh pemandangan lapangan depan yang biasa digunakan untuk basket, dengan suasana yang teduh oleh pepohonan yang dilengkapi oleh kursi tribun di sekelilingnya.
Setelah itu, ada ruang piket yang di lindungi oleh gerbang dalam. Gerbang itu yang menjadi patokan untuk para siswa yang bersekolah di sini, apa mereka datang tepat waktu atau tidak. Jika gerbang itu tertutup, tandanya mereka sudah terlambat. Biasanya, akan ada guru piket yang berjaga di sana. Guru itu akan menggiring siswa dan siswi yang terlambat datang menuju ke lapangan basket untuk dikenai hukuman. Jika kebetulan guru piket itu guru yang baik hati, gerbang itu akan terbuka hingga pukul setengah delapan pagi.
Jika sudah berhasil masuk dari gerbang dalam, akan disuguhi oleh taman dengan kolam ikan dan berbagai tanaman cantik yang ada di sana. Jika belok kiri, akan ada kandang jeruji besi berukuran besar yang ditinggali oleh banyak kelinci. Di situ, para siswa dan siswi bebas bermain bersama kelinci-kelinci yang ada di sana dengan syarat tidak menyakiti dan membawanya keluar dari kandang.
Tapi, jika belok ke kanan, kita akan disuguhi oleh pemandangan water fall dinding yang di dindingnya bertuliskan "WELCOME TO 610 SENIOR HIGH SCHOOL" dengan lampu putih yang bersinar di sisi kiri dan kanan. Di depanya, ada lemari kaca yang berisi banyak piala yang berjejer memanjang sebagai tanda bahwa murid di sini sangat berprestasi. Setelah itu, akan ada tiga belokan. Jika ke kiri akan membawa kita ke ruang guru dan masjid sekolah. Jika belok kanan, akan membawa kita ke berbagai lab, koperasi, dan juga taman.
Jika memilih jalan lurus, akan membawa kita ke lapangan bagian dalam atau lapangan utama yang berada di sisi kiri. Biasanya, di sana itu dijadikan tempa upacara atau apel pagi. Di sekeliling lapangan ada bangunan dua tingkat yang terdiri dari banyak kelas yang biasa dihuni oleh kelas 10 hingga 12, perpustakaan, kamar mandi, ruang bilas dan ruang ganti, serta ruangan lainnya. Dan jauh lebih ke dalam lagi, ada kantin utama yang menjual beraneka ragam makanan, ruang OSIS, berbagai sanggar ekskul, dan juga gudang sekolah. Di sana ada gerbang belakang yang biasa digunakan oleh siswa yang ingin mingat kelas. Kuncen gerbang itu adalah penjual siomay yang jika diberi rokok satu bungkus saja sudah mau membukakan pintu untuk orang yang memberi rokok tersebut.
"Aries ... coba kamu cek nama mereka satu-satu, apa ada salah satu dari mereka yang berada di daftar absen kelas kamu?" Sam mendadak berbahasa formal jika di depan para casis. Aries hanya mengangguk. Setelahnya, Aries segera menghampiri satu per satu casis yang sedang berbaris rapih yabg berjumlah tujuh orang itu, dan membaca satu-satu name tag-nya.
~*~
"Loh, itukan cowok yang tadi nari-nari di jalankan ya? Oh dia kakak kelas aing ternyata!" si perempuan aneh berbicara pelan dengan gemas. Dia mengigit bibir bawahnya, dan menarik-narik rok biru yang dia kenakan karena gemas sekaligus senang mendapati pria ganteng tadi yang ternyata adalah kakak kelasnya. Dia salah tingkah!.
"Ladiesa Geminian Senja" Aries mengejah salah satu nama dengan datar.
"Aduhh dia wangi banget!" makin tak karuan, si perempuan aneh bernama Gemini ini pun menjadi semakin salah tingkah saat Aries menghampiri dirinya. "duh Gusti ... tinggi banget, hot pisan!" tambahnya pelan, sembari menahan pergerakan mulutnya agar tak terbuka lebar. Aries hanya mendelik heran dengan tingkah laku cewek ini yang sedang berbicara sendiri. "Duh Gusti ... matanya!" Gemini terus berdialog sendiri dengan menekan-nekan giginya gemas.
"Yang masuk kelas gue Cuma satu, Ladiesa Geminian Senja aja." Aries berbicara kepada Sam dengan nada datar.
"Yauda, mana orangnya? Langsung ikutin Kakak ini ya!" sahut Sam. Gemini pun mengacungkan tangannya dengan girang, dan segera mengikuti Aries yang sudah mendahuluinya berjalan masuk ke dalam sekolah.
Selama membuntuti Aries, Gemini senyum-senyum sendiri. Dia juga terus berdialog sendiri dengan memuji-muji Aries.
"Duh ganteng banget! Mirip James Reid!"
"Aduh matanya nggak nahan!"
"Mana wangi banget ini cowok!" "Kenapa aing jadi kaya gini sih? Bukan aing banget ah!" dan dialog lainnya dengan suara pelan tertahan.
"Awas tong sampah!" suara cempreng entah siapa pemiliknya, menggelegar membuat Gemini tersadar. Namun dia terlambat, dia sudah menabrak tong sampah yang tak berdosa hingga dia tersungkur tepat di samping tong sampah yang kini sampahnya berserakan.
"Anjrit! Sakit banget!" reaksi yang terdengar dari Gemini. Suara tawa pun menghiasi kejadian ini. Banyak kakak kelas panitia MOS yang melihat kejadian ini. Tapi tidak untuk Aries, dia hanya diam dengan wajah datar melihat Gemini terjatuh.
"Lo nggak apa-apa?!" salah satu panitia MOS, perempuan, menghampiri Gemini. Perempuan ini cantik, dengan rambut semi merah panjang. Namanya Lea. "Kalian malah ngetawain dia ya! Lo lagi Rie, bukannya bantuin dia eh malah ngeliatin doang!" dengan kesal Lea pun meluapkan amarahnya kepada semua orang yang ada di tempat kejadian. Aries pun mendekat dan menggulurkan tangannya tanpa seucap kata pun.
Gemini yang wajahnya memerah karena malu, kini semakin menjadi-jadi hingga wajahnya terasa panas saat Aries menyodorkan tangan untuk membantu berdiri. "Ma-mmm-aak kasih Kang ... ma-m-a kasih Teh! Hehe" Gemini menggaruk rambutnya yang tak terasa gatal ... Awkward!. Namun, Aries hanya menaikan sebelah alis matanya dengan senyum tipis yang manis.
"Duh, bajunya jadi kotor tuh ... pasti bau sampah! Bersihin dulu pake air gih" sahut Lea perhatian, sembari mengarahkan jari telunjuknya ke arah keran air yang tak jauh dari tempat mereka berdiri. "Ii-iiya teh. Punten ..."
Setelah selesai membersihkan bajunya yang kotor, Gemini masih merasa risih karena bajunya memang ternyata bau sampah. Dia pun segera mengeluarkan parfume dari tasnya.
"Wihhh mau sekolah apa maen ke mall? Bawa parfume segala kamu dek!" sahut salah satu keamanan wanita yang tak sengaja lewat di belakang Gemini dengan nada seniornya. Gemini hanya menunduk dan berniat memasukan lagi parfume yang belum dia pakai ke tasnya. Namun, ada tangan yang menahan tangan Gemini. Saat Gemini menoleh, ternyata itu Aries!. Dia memberikan komando tanpa kata dengan menganggukan kepalanya saja. Gemini mengerti, lalu segera menyemprotkan parfum itu sekali, ke bajunya.
Setelahnya, mereka segera berjalan ke arah kelas. Saat sampai dan masuk ke dalam kelas, Aries berkata "Duduk" kepada Gemini. Tanpa menunggu komando kedua kalinya, Gemini langsung duduk di kursi kosong yang ada di barisan paling depan.
"Sorry, tadi gue ada urusan sebentar." Kata Aries kepada semua casis di kelasnya.
Pasangan mentornya segera mendekat ke arah Aries dan berbisik "Ngomongnya formal Rie."
Aries pun segera meralat ucapannya. "Maksudnya, saya ..." mereka berdua kini berdiri di depan kelas percis seperti guru yang sedang mengajar.
"Oh iya, kenalin, saya Aries. Ini Hanggiani," kemudian diam satu detik.
"Hanggiani apa sih?" sambil berbisik ke arah kirinya.
"Amaniah Putri" jawab Hanggiani.
"Ya itu, dengerkan?" tanya Aries kepada semua casis.
"Denger kang!" jawab mereka kompak. Semua mata tertuju ke arah Aries. Tak sedikit yang terlihat mencuri senyuman saat memandang Aries, terutama para casis perempuan.
"Oh iya, jangan panggil saya 'Kang' ya, Kakak aja" sahut Aries sekali lagi, dengan senyum yang sangat manis. Gemini yang duduk tepat di hadapan Aries pun hampir pingsan hingga masuk rumah sakit akibat senyuman mematikan itu, enggak. Gemini yang duduk tepat di hadapan Aries pun menjadi salah tingkah karena senyuman itu.
"Kak Aries gantengku..." gumam Gemini pelan.
Bersambung....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar