28 Maret 2016

From: Aries, to: Gemini, with susu coklat bagian 2

"Untuk sebagian orang: Terkadang, rumah di mana keluarga berada, terasa bukanlah rumah. Beberapa orang lebih suka berkeliaran di luar rumah untuk mendapatkan kebahagiaan serta ketenangan yang tak bisa mereka dapati di rumah tempat mereka tinggal."




2-a. KELUARGA?


Matahari menyinari kota Bandung dengan sangat "nangung".  Pukul setengah empat sore, Aries baru bisa pulang ke rumah. Ini baru hari pertama, tapi kakinya serasa lepas dan kabur berlarian entah ke mana. Nggak gitu juga sih ... Tapi sumpah, hari pertama ini sangat melelahkan dan super pegal! Untuk enam hari kedepan, Aries masih harus menjalani hari-hari seperti ini. Di saat kawan-kawan kelas 11 dan 12 lainnya sedang libur sekolah, dia sudah masuk sekolah mendahului yang lainnya dengan kegiatan yang melelahkan seperti MOS ini.

        Tak mau menunggu tugas lainnya datang dari sang Ketua OSIS, Aries segera pulang dengan pintu ke mana sajanya Doraemon. Ya, seandainya ada, dia pasti akan menggunakan pintu itu agar segera sampai ke rumahnya. Untuk berjalan saja, dia sudah tak mampu jika bukan karena terpaksa mengesot sepanjang jalan. Apa pun dia lakukan, asal dia bisa segera sampai di rumah –di kamar tidur kesayangan lebih tepatnya.– meski kakinya tak mampu lagi menopang bobot tubuh penuh dosanya itu.

       Ah, dia harus naik angkot! Mengingat itu, Aries kesal bukan main. Kalau saja papanya tak berbuat aneh terhadap motor kesayangannya itu, dia pasti tak perlu repot-repot naik angkot untuk berangkat ke sekolah. Hubungan Aries dengan sang papa memang tak harmonis. Tiga hari lalu, tepatnya hari Jumat, mereka bertengkar. Papanya mengamuk karena Aries berbuat ulah di sekolah. 

         Dia makan nasi kuning di kelas saat jam pelajaran pertama sedang berlangsung. Kalian tahu? Jam pelajaran pertama itu adalah jamnya guru paling killer di sekolah! Dengan cueknya Aries memakan nasi kuning di atas meja. Saat ditanya kenapa dia berani makan di kelas oleh gurunya Bu Tika, dengan datar dia menjawab "Laper, belum sarapan Bu. Nanti kalau tiba-tiba stroke gara-gara kelaperan, gimana?" sontak satu kelas tertawa mendengar alasan Aries. Akhirnya dia dikeluarkan dari kelas dan dihukum berdiri di koridor hingga jam pelajaran pertama selesai.

        Tapi, bukannya melakukan hukuman, Aries malah pergi ke perpustakaan. Hampir semua guru tahu jika Aries paling suka diam di perpustakan. Bukan, bukan untuk baca buku pelajaran. Dia sangat nyaman diam di perpustakaan karena di sana, wifi sekolah selalu kencang! Sehingga dia bisa internetan gratis dengan cepat. Salah satu kegemarannya adalah streaming film di youtube. Jika kebetulan wifi mati, ya Aries akan menumpang tidur di perpustakaan. Karena bu Tika tak kuat dengan tingkah laku dari murid nakal tapi ganteng melebihi Aliando ini, dia segera menelpon papanya Aries dan melaporkan kelakuan Aries. 

         Papanya yang terkenal sangat tempramental pun langsung tersundut emosinya. Saat bertemu Aries di rumah, beliau langsung mengamuk. Dirusaklah motor anaknya itu hingga body dan lampunya rusak. "Jupe!" panggil Aries terhadap motor kesayangannya yang memiliki body "besar" sama seperti Jupe. Karena tak mau ambil resiko ditilang polisi, dia pun membiarkan si Jupe istirahat di rumah. Dia tak punya cukup uang untuk membawa si Jupe berobat.

         Masalahnya tak begitu fatal dan "Nakal", tapi papanya tetap saja mengamuk. Sebenarnya, Aries tahu jika selama ini dia selalu dijadikan pelampiasan amarah papanya jika sedang kesal atau mumet karena satu masalah. Dia yakin, saat itu papanya sedang ada masalah, dan saat mendapati laporan dari bu Tika, menjadikan papanya berubah segalak hulk.

         Tiba-tiba saja, Aries malas untuk pulang ke rumah saat mengingat kejadian tentang papanya yang merusak si Jupe. Dia pun segera berjalan ke luar sekolah dengan kaki yang diseret paksa karena pegal. Dia memilih duduk di salah satu kantin yang menjual beraneka ragam jajanan khas kaki lima. Dia membeli satu kotak susu coklat kemasan, dan segera meminumnya hingga habis. Ya, dia sangat suka susu coklat, apalagi jika susunya ada dua ....

Tiba-tiba ...

         GEDUBRAK! Raisa jatuh dari langit tepat di depan matanya!Enggaklah. Tiba-tiba saja, Aries mendengar suara orang terjatuh. Saat dilihat, ternyata embak-embak pelayan yang lagi bawa susu dua, –eh apa empat ya? Pokoknya lagi bawa susu soda!– terjatuh di depan matanya hingga gelasnya pecah! Ini pasti karena efek kegantengan Aries yang membuat embak-embak pelayan itu tak konsentrasi ... Bukannya membantu, Aries malah bergegas pergi meninggalkan kantin.

       "Ganteng, bayar dulu!" teriak si embak pelayan, namun Aries tetap berjalan cuek.



                              ~*~



"Maneh kuduna dengekeun mun aing ngomong teh!" PLAKKK!

       Terdengar suara ribut dari dalam rumah. Baru saja Aries sampai, sudah disuguhi oleh pertengkaran. Itu pasti papa dan mamanya Aries yang bertengkar. Yang tadi berbicara adalah papanya. Dia berkata "Kamu harusnya mendengarkan perkataan saya!" dalam bahasa Sunda. Memang, keadaan rumah mereka selalu seperti ini. Belum lagi selalu ada suara kereta yang semakin memperparah keadaan. Sudah hampir 3 tahun Aries hidup dalam lingkungan yang tak sehat ini. Dia mencoba bertahan, meski seringkali merasa tak tertekan.

          "Assalamualaikum ..." Aries mengucap salam seraya menampakan wajahnya di depan sang papa dan mama. Dilihatnya sang mama sedang menangis dengan terduduk di lantai, sambil memegangi pipinya. "Pasti KDRT nih." Dalam hati Aries berbicara.

      "Kenapa baru pulang hah? Kerjaan maneh teh keluyuran weh terus nyak!" sambil melayangkan tangannya, papanya Aries hendak menampar namun berhasil Aries tahan.

      "Saya baru pulang sekolah, capek habis jadi panitia MOS. Nanti aja marah-marahnya, saya mau istirahat." Dengan datar tanpa ekspresi, Aries segera berlalu meninggalkan papanya menuju kamar milik Aries yang berada di lantai atas. Sebelum naik tangga, Aries sempat melirik ke arah Mamanya yang kini sedang berdiri dengan senyum dipaksakan. Mamanya berbicara "Uda, masuk kamar" tanpa suara, namun Aries bisa mengerti dengan pergerakan mulut mamanya itu.

       Sakit ... Sakit sekali. Hati Aries sangat hancur melihat keadaan keluarga, terutama mamanya yang selalu menjadi korban KDRT sang papa. Dia menahan sesak yang kian menjalar, lalu masuk ke kamarnya untuk segera terlelap. Didengarnya lagi suara ribut-ribut dari lantai bawah. Papanya pasti merusak sesuatu lagi seperti biasa. Karena tadi, yang terdengar adalah suara benda pecah belah.



                               ~*~



Bintang berkelip mempercantik malam yang dingin. Gemini baru saja selesai menyiapkan perlengkapan MOS besok. Sejak hari ini, dia berubah menjadi lebih semangat untuk mengikuti MOS. Alasannya sudah jelas, karena ingin bertemu dengan kak Aries. Saat dia mencoba untuk tidur, bayangan akan wajah Aries terus tergambar nyata di pikirannya. Dia tersenyum gemas mengingat kejadian demi kejadian di sekolah tadi. "Duh Gusti, dia mirip banget James Reid tapi versi lebih gantengnya!" ucapnya dalam lamunan.

        Gemini merupakan salah satu penggemar aktor, sekaligus model, sekaligus penyanyi asal Filipina, Jemes Reid. Dan semenjak bertemu dengan Aries, sepertinya resmi menggeser posisi James Reid di hati Gemini. Ini memang gila, tapi ini nyata. Gemini belum pernah berpacaran! Sejak dia remaja, dia bersumpah tak mau berpacaran jika bukan dengan James Reid. Dan dia, tak pernah menganggap bahwa di dunia ini ada pria yang kadar ketampanannya melebihi James Reid. Maka dari itu, dia tak pernah tertarik dengan pria di sekolah ataupun di mana-mana.

         "Kak Aries, mulai malam ini, kamu resmi jadi idolaku ..." gumamnya sebelum dia tertidur.

         Keesokan harinya, pukul empat pagi lebih 35 menit Gemini sedang bersiap untuk acara MOS hari ke-2. Tak seperti biasanya, kali ini dia tak banyak mengulur-ngulur waktu seperti kemarin. Semua tertata rapih dan teratur. Dia yang cuek, untuk pertama kalinya mulai memperhatikan penampilan. Berkali-kali dia melihat bayangannya di cermin hanya untuk memastikan apa rambutnya sudah terlihat rapi atau belum. Berulang kali juga dia memoleskan wajahnya dengan bedak dan beberapa alat make-up yang kemarin sore dia ambil secara diam-diam dari kamar Ibunya.

         "Nah, aing siap sekarang!" dengan senyum sumringah, Gemini menatap bayangannya sekali lagi di cermin kamar. Dia segera membawa tas dan perintilan-perintilan MOS lainnya yang tak ingin dia lupakan seperti kemarin. Saat dia ke ruang makan, ternyata ibunya belum memasak apa pun. Saat dia hendak berpamitan ke kamar Ibunya, ternyata ibunya masih mengaji sehabis tadi salat subuh bersama.

         Gemini adalah anak tunggal. Ayahnya sudah meninggal saat Gemini baru menginjak umur tujuh tahun. Gemini tak pernah tahu apa penyebab ayahnya meninggal dunia. Jika dia bertanya, sang Ibu hanya menjawab "Lebih baik kamu berdoa saja nak buat Ayah kamu ..." hingga akhirnya Gemini pun tak ingin mencari tahu lagi tentang hal itu.

        "Bu ... Gege pamit sekolah dulu ya? Nanti pulangnya langsung bantu Ibu kok! Gege pergi dulu, takut telat! Assalamualaikum Bu!" dengan terburu-buru, Gemini berbicara dari pintu kamar ibunya, lalu segera pergi tanpa menunggu ibunya selesai mengaji. (Gege merupakan panggilan Gemini di rumah.)

         Langit gelap tak menyurutkan semangat Gemini untuk sampai di sekolah tepat waktu. Meski langit masih gelap, beberapa orang yang berlalu-lalang di jalanan terlihat jelas sedang melayangkan tatapan aneh dan tidak suka kepada Gemini. "Apaan sih pada ngeliatin aing gitu? ewh!"

        Tanpa ambil pusing, Gemini langsung menaiki satu angkot yang berhenti di pinggirian jalan. Di dalam sana, sudah ada tiga orang wanita, EH BUKAN. Mereka bukan waniya tulen, tapi mereka ... Begitulah, pasti kalian tahu, kan?. Posisinya, satu orang yang berbadan semok dengan baju super ngetat berwarna perak dengan belahan dada hingga ke perut, duduk di sebelah kanan angkot, tepat di depan pintu keluar. Jadi saat Gemini naik, yang pertama dia lihat adalah gundukan gunung yang hampir terlepas dari sangkarnya. Maka dari itu Gemini sempat mengira bahwa yang duduk di dalam angkot itu adalah perempuan.

        Satu orang lainnya duduk di sebelah kanan si semok, tepat di belakang sopir angkot. Dia tak menggunakan pakaian wanita seperti yang lainnya, tapi, dia menggunakan celana jeans dengan jaket hitam yang kupluknya hampir menutupi semua wajah. Tapi saat Gemini naik ke dalam angkot, si dia pun membuka kupluknya dan terpampanglah wajahnya yang full make-up dengan kepala botak.

         Satu orang lagi yang duduk di sebelah kiri dekat pintu, memiliki badan kurus kering dengan rambut pirang yang diikat percis seperti Jinny oh Jinny. Dia menggenakan pakaian India yang bagian belakangnya terbuka hingga ke pinggang. Terpampanglah garis merah bekas kerokan di punggungnya. Dan satu lagi, dia bau ketek! BANGET.

        Gemini memilih duduk di pojokan sebelah kanan sambil menutup hidungnya dengan jaket yang dia pegang. Sumpah, bau banget! Sampai tertelan dan mengendap di tenggorokan baunya! Hweekkk.

       "Mau ngelenong di mana, Neng?" tanya si semok, disusul suara tawa dari yang lainnya. Tak menjawab, Gemini hanya mendelikan matanya dengan sangat tak bersahabat. Gemini yang semula duduk mengarah ke depan, kini berbalik ke belakang. Sepertinya, pemandangan jalan di belakang lebih menarik dilihat daripada arah depan yang sangat-sangat merusak mata.

       "Mereka kali yang mau ngelenong ... ewh!" Gemini berdialog sendiri.



                            ~*~



2-b. DEWA CINTA PENOLONG


Singkat cerita, akhirnya Gemini sampai di sekolah. Karena masih pukul setengah enam pagi, Gemini belum diperbolehkan masuk ke dalam kelas oleh keamanan yang berjaga di gerbang depan. Dia dan beberapa casis yang sudah datang pun diminta untuk berbaris di lapangan dengan atribut MOS yang lengkap. "Anjrit ketek si cungkring masih kerasa banget di tenggorokan aing ..." gumam Gemini pelan. 

        Semakin lama, semakin banyak casis yang sudah datang. Lapangan depan hampir penuh oleh para casis. Beberapa keamanan berjaga di sekeliling barisan percis seperti  menjaga tahanan yang sedang senam pagi. Hanya di Indonesia ya, Masa Orentasi Sekolah tetapi seperti ini? hahaha.

        "Yang atributnya nggak lengkap, langsung memisahkan diri dari barisan ya! Langsung baris di sebelah kanan saya." Sebagian casis yang tak menggunakan atribut lengkap pun menurut dan segera memisahkan diri. Wajah cemas tergambar nyata di wajah mereka. Gemini yang semula berada di tengah barisan pun terpaksa harus maju beberapa langkah hingga dia berada di bagian paling depan barisan, karena para casis yang ada di depannya harus berpindah posisi.

        "Kamu, iya kamu! Maju ke depan!" keamanan wanita yang kemarin menegur Gemini karena membawa parfume pun memanggil Gemini ke depan, jauh di dekat mimbar yang digunakan ketos untuk berbicara menggunakan microphone.

        Gemini yang kebingungan pun menurut dan segera berlari ke depan. "Balik kanan! Menghadap ke temen-temen kamu!" dengan tegas keamanan itu berkata. 

       "Kamu mau sekolah atau main ke mall hah?! Kemarin uda ketauan bawa parfume, sekarang dateng ke sekolah pake make up! Mau tebar pesona kamu?!" dengan kasar, keamanan itu pun membuka paksa topi yang digunakan Gemini. Terpampanglah wajahnya dengan jelas. Puluhan pasang mata memandangnya dengan terkejut. Sebagian ada yang menahan tawa, sebagian lagi ada yang memandang khawatir. "yang lain diam!" tambah beberapa keamanan lain kepada semua casis.

         Merasa dipermalukan, tiba-tiba saja air matanya jatuh tanpa permisi. Bukannya kasihan, si keamanan yang belum diketahui namanya itu malah membentak Gemini. "Nggak usah nangis dek! Manja banget kamu ya!" Gemini hanya menunduk menahan tangisnya agar tak semakin pecah.

         Merasa sudah kelewatan batas, satu pria yang sedari tadi memandang dari kejauhan pun mendekat. "Udah woy, lo kelewatan!" dengan nada tegas, berbeda dari biasanya. 

        Semua orang yang berada di lapangan kaget dengan kedatangan pria ini, termasuk Gemini yang langsung membuat jantungnya berdegup cepat. Aries datang untuk menyudahi drama bodoh yang dilakukan keamanan ini.

        "MOS itu harusnya ngenalin lingkungan sekolah, bukan mengintimidasi junior kaya gini. Gue tau lo pengen balas dendam gara-gara dulu lo ngerasa disiksa senior makannya lo ikut jadi keamanan kan? Tapi lo salah besar kalau lo kaya gini!" bagai superhero penyelamat, Aries berbicara dengan ucapan tajam namun sedingin es. Si keamanan pun hanya bisa diam. Para casis pun mulai terdengar ribut dengan opininya masing-masing yang tak terdengar jelas oleh Gemini, Aries atau orang-orang yang ada di depan lapangan.

         "Sudah-sudah, mentor-mentor yang putra langsung bawa casisnya ke lapangan dalem ya, sebentar lagi apel pagi mulai. Ayo, dari barisan paling kiri dulu, tertib!" mengambil alih agar keadaan tak semakin memanas, Sam yang merupakan Ketua OSIS pun berbicara demikian. Si keamanan wanita ini pun memberikan perintah untuk Gemini agar kembali ke barisan. Sambil mengusap air matanya, Gemini kembali ke barisan dengan kepala tertunduk.

        Sepanjang apel pagi, Gemini hanya melamunkan kejadian tadi. Kejadian saat dia dipermalukan senior, hingga saat dia dibela oleh Aries slash dewa cinta penolong. Dia merasa malu dan sakit hati, meskipun sedikit senang karena tadi Aries membantunya. Tapi tiba-tiba, tatapannya kabur. Dia pingsan!



                             ~*~



Tiba-tiba saja keadaan berubah menjadi panik. Setelah mengetahui Gemini pingsan, orang pertama yang sadar akan kejadian itu adalah Lea yang kebetulan sedang berdiri di barisan Gemini, di barisan paling belakang. Lea segera memanggil tim medis dan mereka membawa Gemini ke UKS. Dengan sabar Lea menunggu Gemini di UKS hingga dia sadar.


        "Eh Dek ... kamu uda sadar ya, kamu kenapa bisa pingsan?" tanya Lea sembari mengelus rambut Gemini yang sedang terbaring lemas di kasur UKS. Kaget mendapati dirinya ada di sebuah ruangan, Gemini langsung berusaha bangkit dari posisi awalnya.

         "Eh jangan dipaksain kalau masih lemes ..." ucap Lea sambil membantu Gemini duduk.

         "Teh, kenapa saya di sini, Teh?" tanya Gemini heran, dengan mimik wajah ketakutan.

         "Kamu pingsan, ih! Belum sarapan ya?" tanya Lea perhatian. Gemini hanya menganggukan kepalanya. Sudah Lea duga, kebanyakan casis yang pingsan saat apel pagi memang karena mereka belum sarapan. Sisanya karena sakit, atau pura-pura saja agar mereka tidak ikut apel pagi. Kalian yang mana?



                            ~*~



Di lapangan depan, kebetulan sekali Aries sedang memperhatikan casis yang kena hukuman akibat terlambat atau tidak membawa atribut lengkap. Tapi lama-lama, Aries muak juga dengan pemandangan itu. Sangat kentara bahwa para senior terlalu berlebihan memberikan hukuman. Lagipula, atribut yang harus casisi bawa juga sangat tak masuk akal dan terkesan "gak penting" untuk Aries. Daripada dia emosi dan menonjok satu-satu senior yang bertingkah seenaknya itu, dia memilih untuk pergi ke luar sekolah –tepatnya ke kantin depan– untuk membeli susu coklat kemasan.

        Namun tiba-tiba, saat dia sampai di gerbang depan, dia dihadang oleh sekelompok preman yang memiliki badan kekar dan besar, dengan mengenakan singlet yang membuat bulu ketiak mereka yang panjang berterbangan. Tapi ternyata itu tidak benar-benar terjadi guys! Saat dia sampai di gerbang depan, dia melihat seorang pria berseragam SMA sedang duduk menyendiri di kursi kayu yang ada di dekat gerbang. Dia terlihat sangat gelisah. "Apa dia anak baru, ya?" tanya Aries dalam hati.

        Dengan setengah hati, Aries pun mendekat ke arah pria itu. Saat menyadari ada seseorang yang sedang berjalan mendekat, pria itu pun langsung berdiri dan menunjukan wajahnya. 

DEG.

        Tiba-tiba saja Aries menghentikan langkahnya. Keringat dingin mulai bercucuran. Pria itu tersenyum ramah kepada Aries. Namun, Aries hanya diam tanpa menunjukan ekspresi apa pun. Setelah hening untuk beberapa saat, akhirnya Aries pun bertanya.

        "Anak baru?" tanya Aries dengan nada datar dan tatapan yang sulit diartikan. 

        Pria itu tersenyum semakin lebar dan menjawab, "Iya. Tapi baru tau kalau masih MOS. Kemarin aku ke sini juga, gara-gara masih MOS, jadi aku nunggu di sini sampe jam 10 an. Eh sekarang juga masih MOS ya hehehe" tawanya dipaksakan.

         "Malah curhat. Kelas berapa?" tanya Aries masih dengan intonasi datar namun menusuk.

         Lelaki itu mengangkat kedua tangannya dan menunjukan sepuluh jarinya sembari cengengesan "10 hehhe" jawabnya.

       "Oh casis. Kenapa diem di sini? Kenapa langsung pake seragam SMA? Kan harus ikut MOS dulu. Kelas 10 apa?" Mendadak Aries menjadi cerewet–Meskipun masih dengan intonasi datar dan wajah tanpa ekspresi ... Dingin banget men!

        "Soalnya nggak tau ... nggak tau juga kelas mana. Soalnya baru pindah lagi ke Bandung, Hehe" jawabnya polos. Aries tak berkata apa pun lagi. 

         Dia langsung membalikan badannya dan berkata "ikut gue" yang langsung dituruti oleh si pria.

       Aries membawa si pria ke lapangan depan. Di sana ada Hesti yang merupakan sekertaris dalam acara MOS ini. Dia pasti punya lembaran absensi yang bisa digunakan untuk mencari tahu dimana kelas pria ini. "Casis, nggak tau kelas mana dan di mana. Dia juga nggak tau kalo lagi MOS. Coba lo cek, gue mau masuk dulu". Aries langsung mengutarakan maksudnya kepada Hesti yang bahkan tak menyadari kehadiran Aries karena terlalu sibuk dengan berkas yang dia pegang. Beberapa pasang mata dari casis yang sedang di hukum pun mencuri pandang ke arah Aries yang memang mencolok dan selalu menjadi pusat perhatian.

        "Loh ... tunggu! Kalian kembar?!" Tiba-tiba saja Hesti berteriak hingga membuat Aries yang semula sudah mau pergi, menghentikan langkahnya. Sontak para casis yang sedang di hukum pun memperhatikan Aries dan si pria yang ada di dekatnya seperti ingin membandingkan.

        Aries menggeleng dan melanjutkan langkahnya. Setelah sampai di dekat ruang piket, dia berhenti dan membalikan tubuhnya untuk melihat sekali lagi ke arah lapangan luar. Dilihatnya si pria sudah sibuk berbicara dengan Hesti. Aries menghembuskan nafasnya panjang ....



                             ~*~



"Yauda nih makan roti dulu, Dek. Ini minumnya." Sibuk membawa roti dan air putih untuk diberikan kepada Gemini, Lea tak menyadari bahwa Gemini tak memberikan reaksi apa pun. Saat Lea melihat wajah Gemini, dia terkejut mendapati Gemini yang pucat dengan mata melotot hampir menggelinding ke luar dari kelopak matanya.

       "Dek ... Dek! Kamu oleng, ya? Enggaklah ... "Dek ... Dek! kamu kenapa Dek?" tanya Lea sembari mengguncang tubuh Gemini pelan. Namun, Gemini tetap mematung. Karena panik, Lea segera berlari ke luar ruangan dan memanggil teman-teman medisnya. "Medis ... medissss!" dengan panik, Lea berteriak. Semua tahu suara Lea itu sangat tak enak didengar. Sudah pasti kuping orang-orang yang mendengar suaranya itu akan kesakitan. Tapi sialnya, anak medis tak ada di dekat UKS. Lea pun segera berlari ke lapangan di mana para casis sedang apel pagi. Untung ada Bagus di sana, salah satu tim medis yang memang ramah.


       "Gus! Tolong gue gus! Itu ... yang tadi pingsan, maa-ma ssa aneh banget! Cepet ke UKS!" dengan panik Lea menjelaskan maksudnya. Mereka berdua segera berlari menuju UKS yang jaraknya lumayang jauh dari lapangan karena ada di sisi pojok kanan sekolah.

       Hampir sampai di UKS, mereka mendengar suara perempuan yang sedang menjerit-jerit. Saat sampai di UKS dengan nafas tercekik karena lelah berlarian, Lea dan Bagus menemukan Gemini yang sedang mengamuk percis seperti orang yang kerasukan! Keadaan kasur sudah berantakan. Sprei putih yang digunakan untuk membalut kasur pun sudah terjatuh ke lantai. Gelas yang tadi Lea bawa untuk diberikan ke Gemini pun sudah pecah di lantai. Posisi Gemini kini berjongkok percis seperti Tarzan, dengan mata melotot dan jeritan yang tak terhentikan.

       Karena sangat panik, Lea mematung mendapati pemandangan seperti ini. Untuk pertama kalinya dia melihat orang kerasukan secara langsung. Bagus juga ikut panik, "LE... PANGGIL GURUUUUU!"

        Setelah tersadar, Lea segera berlari ke lapangan lagi dan berteriak dengan suara cemprengnya. "PAK, BUK, ADA YANG KERASUKAN DI UKS! ADA YANG KERASUKANNNN!" sontak suaranya yang menyamai suara guru pembina yang sedang memberi arahan di mimbar menggunakan microphone pun membuat hampir semua orang yang ada di lapangan menolehkan pandangannya ke arah Lea.

        "Eh ... eh ... kok pada ngeliatin gue sih? Aduh ... gue cantik ya? Aduh ... gue malu jangan diliatin ah!" dengan salting, Lea bergerak-gerak seperti menahan kencing dengan memainkan roknya. Pipinya memerah dan beberapa bulu pun berterbangan dari rok abunya ...

        "Siapa yang kerasukan?!" suara pak Tur yang merupakan guru PAI menyadarkan Lea dari aksi tebar pesonanya. Lea menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Anu em ... i ... Itu Pak di UKS ada casis kerasukan!" Setelahnya, beberapa guru dan keamanan –termasuk Sam si ketua OSIS– pun ikut berlari menyusul pak Tur dan Lea ke UKS. Untuk sementara, lapangan diambil alih oleh bu Sulis agar kondisi para siswa bisa tenang kembali. Karena saat mendengar ada yang kerasukan, semua casis langsung heboh.



                             ~*~



2-c. SI MATA ELANG



"HAHAHA! Kocak banget kalo inget tingkah laku Teh Lea waktu panik, sampe diliatin sama semua orang di lapangan gitu," Syeril berbicara.

        "Iya bener! Dia malah tebar pesona tuh! Hahaha," Riskiya menambahkan.

       "Lagian maneh sih ngapain pake kerasukan juga? Hhahaha," Beby mendorong pundak Gemini.

        "Ih katanya serem siah maneh kerasukan kaya maung (baca:Harimau) gitu, rawrr!" tambah Derryl sambil menirukan tangan harimau.

         "Yaudasih jangan dibahas ah malu aing!" Gemini mulai sebal dengan teman-temannya.

       Sepulang acara MOS hari ke dua ini Gemini dan teman-teman sekelasnya berkumpul di kantin depan sekolah sembari membahas apa yang baru terjadi terhadap Gemini tadi pagi.

1. Gemini jadi korban senior keamanan, kena marah dan dipermalukan

2. Gemini ditolong serta dibela oleh Aries yang merupakan bintang SMA 610 Bandung.

3. Gemini pingsan saat apel pagi.

4. Gemini kerasukan di UKS.

          Lengkap sudah, Gemini akan mendadak terkenal di sekolah karena kejadian ini. Entahlah, dia harus berbangga hati atau tidak jika menjadi sorotan banyak orang. Nama dia akan terus terkenang akibat kejadian ini.

      "Lagian kamu kenapa pake make-up menor segala ke sekolah?" tanya Andre meminta penjelasan. Andrew merrupakan cowok keturunan Chinese yang memiliki postur tubuh tinggi dan badan yang berotot. Tipikal pria perkasa deh dia itu! Bahkan, Gemini sempat mengira jika perutAndrew itu sixpack!.

        "Aing sih ... em ... apaan ah, nggak menor kok!" Gemini mengelak.

        "Nggak menor kumaha? Jelas banget bibir sama pipi maneh merah banget tau! Muka maneh juga kaya tepung, putih pisan!" tambah Derryl dengan gaya centilnya. Anak yang satu ini, Derryl, memang sangat rusuh. Suaranya serupa dengan toa jika sedang berbicara, kenceng banget!. Dia centil, dan sudah pasti sangat heboh melebihi emak-emak yang rebutan beha diskonan di mall. Meski terlihat memiliki kepribadian menyerupai perempian, tapi dialah sumber tawa di kelas.

       "Iya ih, kaya mau ngelenong lo!" tambah Beby yang merupakan cewek tomboy, yang memiliki keberanian melebihi Derryl. Semua curiga jika jiwa mereka tertukar ...

       "Makannya, jangan kebanyakan melamun Ge!" kata Riskiya yang merupakan cewek islami dengan kerudung berbentuk segi tiga khas anak pesantren. Dia yang paling santai dan kalem di antara semua anak di kelas. Kesukaannya membaca komik dan menggambar manga. Suaranya bagus! Mirip suara-suara di film anime!.

        "Lain kali, kalau mau dandan tuh minta ajarin ke gue kali Ge!" sahut Syeril menyombongkan diri, sambil tatapannya tetap fokus ke cermin yang dia bawa. Syeril merupakan cewek yang diprediksikan akan menjadi primadona sekolah. Dia berasal dari Jakarta, dan dia sangat cantik! Baru dua hari di sekolah, sudah banyak orang yang minta untuk kenalan.

         Keadaan mendadak hening, karena Gemini tak merespon perkataan teman-temannya. Dia memilih untuk melamun sambil memandang sesuatu yang belum teman-temannya sadari apa itu.

        "Yeh malah ngelamun! Liatin apa sih?!" tanya Syeril. "Itukan kak Aries! OH MY GOD, SI GANTENG KALEM! SI MATA ELANG!" Syeril mulai heboh. Begitupun dengan Derryl.

        "IYA ... GANTENG BANGET ASTAGA!" tambah Derryl.
 
       "Heee? Lo suka cowok?" tanya Andrew kaget. Tapi Derryl hanya berkata "Kepo" lalu kembali memandang Kak Aries dengan wajah berseri. Sedangakan Riskiya hanya senyum-senyum malu sembari sesekali melirik ke arah kak Aries. Hanya Beby yang santai meskipun dia mengakui kegantengan Kak Aries.

       "Alah ... masih gantengan aku juga! Badannya juga bagusan aku ah!" Andrew mulai kesal dengan sikap teman-temannya yang terlalu berlebihan memandang Kak Aries.

       "Kenapa dia ganteng banget, sih? Tapi kenapa dia sendirian di situ? Apa perlu aing temenin dan pijetin gitu?? Aihh lucu banget minum susu ultra gitu ... pengen deh disedot-sedot juga! Uhh James Reidku!" gumam Gemini penuh penghayatan. Semua langsung memandang kaget ke arah Gemini.

       "Ehh ... em anu ... EH itu apaan sih si Derryl malah deketin Kak Aries!" tak bisa memberikan pernyataan apa-apa, Gemini langsung mengalihkan perhatian teman-temannya. Dilihat oleh semua bahwa Derryl tiba-tiba sudah ada di dekat Kak Aries bahkan hingga dia duduk di sebelahnya Kak Aries! Wajahnya terlihat seperti singa yang menemukan mangsa. Dia sangat agresif sekaligus genit!.

      Derryl terlihat sedang mengajak bicara Kak Aries dengan antusias. Namun Kak Aries hanya diam menutup mata tanpa menunjukan reaksi risih atau tertarik dengan kehadiran Derryl. "Kayanya, Kak Aries lagi tidur deh? Si Derryl maen ganggu aja lagi ya! Dasar banci gatel!" umpat Gemini kesal.

        Namun tiba-tiba, Derryl menyentuh wajah Kak Aries yang membuat para cewek heboh dan histeris.

"ANJRIT APAAN SIH PEGANG-PEGANG GITUUU!"

"YA ALLAH, BUKAN MUHRIMMMM!"

"DASAR BENCONG KEGATELANNNN!"

"WOY JANGAN CUBIT TETEK GUE WOY SAKIT!"

Yang terakhir itu suara Andrew yang teteknya dicubit paksa oleh Syeril tanpa sadar karena kesal. 

        Namun tiba-tiba, Kak Aries melayangkan pandangannya ke arah dimana Gemini berada. Derryl juga sama, tapi dia sambil menunjuk ke arah Gemini dan yang lainnya. Merasa kaget dan malu karena ketahuan sedang menatap Kak Aries, Gemini pun langsung senyum dan melambaikan tangannya. Begitupun Syeril dan Riskiya.

       "Anjir dia ngeliatin aing dong!" Gemini bersuara denga mulut tertahan karena gemas. 

       "Apaan, dia ngeliat gue tau!" Syeril ikut bersuara sambil terus tersenyum dan melambaikan tangannya. Mereka berdua pun terlibat debat yang tak penting. Namun justru Riskiya lah yang mencuri start dengan berjalan menuju meja Kak Aries mendahului yang lain.

       "Astagfirullah Ummi deketin Kak Aries! Bukan muhrim ih, dosa!" kata Syeril dengan nada sebal, lalu segera berlari menyusul dan disambut tawa oleh Andrew. Akhirnya, sore itu pun mereka habiskan bersama dengan Kak Aries.






Bersambung....

.


.


.


.


Asik uda bagian 2 nih! Terima kasih buat para readers! Terima kasih juga yang uda kasih kritik dan saran ke akun ask.fm aku ask.fm/Monyet_TAMPAN .


Jangan lupa vote+share kalau kalian suka sama story ini.

Aku sangat mengharapkan kritik dan saran serta komentar dari kalian semua, di sini loh!

Maaf bila ada salah kata, kalimat, typo dan sebagainya. Aku nulis ini jam 11 malam dan baru selesai sekarang, jam 1:45 pagi, jadi, Ya... pasti ada salah-salahnya he he he.

Aku kasih jarak antar paragraf sedikit lebih jauh karena ada yang komentar kalau dibuka via mobile, paragraf-nya jadi nyatu. Jadi, aku lebihin deh. Semoga gak nyatu lagi ya... cukup aku dan kalian semua aja yang bersatu dalam ikatan susu coklat. :))

21 Maret 2016

From: Aries, To: Gemini, with susu coklat

"Masa lalu adalah kenangan. Buruk atau tidaknya memori masa lalu, tetap akan terkenang dalam ingatan. Meskipun kita berhasil melupakan sejenak, jika ada hal yang mengingatkan lagi akan hal tersebut, kenangan itu akan muncul kembali."




1-a.  MANA ANGKOTNYA?


Suara kereta yang melaju cepat, terdengar sangat nyaring hingga membuat kuping siapa pun yang mendengarnya berdarah, enggak. Suara kereta yang melaju cepat, terdengar sangat nyaring  di telinga Senin pagi ini. Berjalan malas dengan kaki yang sengaja ditendangkan pada kerikil di jalanan, seorang pria berjalan dengan penampilan yang terliihat berantakan. Dia memang tipikal pria yang cuek dengan penampilan. Tapi justru, itu yang membuat banyak wanita menaruh perhatian kepadanya. Ini adalah hari pertama Masa Orientasi Sekolah untuk siswa baru di sekolahnya, salah satu SMA Negeri ternama di Bandung. SMA D0a PaPh4 terSh4yaNkk namanya ... bukan. SMA Negeri 610.

           Dia memang salah satu panitia. Jadilah pukul lima pagi lewat tiga menit ini dia sudah berangkat sekolah. Rambutnya yang hitam ikal, selalu terlihat berantakan membuat sebuah gelombang ke arah kanan. Bibirnya yang merah segar, selalu terlihat basah dan berwarna merah menggoda, cocok untuk dijadikan cap bibir pada surat cinta anak SMA. Kulitnya putih, dengan hidung yang tak begitu mancung tapi tak pesek juga, namun terlihat sangat pas di wajahnya. Alis mata yang hitam tebal, serta tatapan mata coklat setajam elang, bisa membuat banyak perempuan mendesah terpana pada pandangan pertama. "Ughh ..."

           Pagi ini, dia terpaksa berangkat sekolah menggunakan kendaraan umum. Motor kesayangannya rusak, akibat ulah sang papa yang marah tempo hari karena kelakuan sang anak sematawayangnya di sekolah. Rumahnya ada di salah satu kawasan padat penduduk di kota Bandung, yang sangat dekat dengan jalur kereta api. Ya, ada rel kereta api yang membelah jalan raya di dekat belokan rumahnya. Maka dari itu, rumahnya tak pernah terasa benar-benar sepi. Terkadang bising dengan suara kereta yang hampir 25 menit sekali terdengar.

          "Harusnya nggak perlu kaya gini! Pengap deh nanti naik angkot bareng emak-emak bauk ketek yang abis pulang dari pasar, ah!" sembari terus berjalan, Aries berbicara pada angin. Padahal, dulu dia sangat suka berjalan kaki di kawasan rumahnya. Tapi sekarang, dia sangat membenci hal ini. Sudah tak ada kawan yang menemaninya berjalan. Dulu, dia punya teman sepermainan semasa dia kecil. Mereka sangat dekat dan selalu terlihat berjalan bahkan berlarian bersama seperti anak kembar yang tak bisa dipisahkan. Dengan girangnya, mereka saling berlarian diiringi canda tawa saat akan berangkat maupun saat pulang sekolah. Kedua bocah lelaki itu, adalah bocah paling terkenal di kawasan mereka. "Duo kurcaci ganteng" sebutan dari ceu Enah si penjaga warung dekat rumahnya. "Eceu/Ceu" merupakan panggilan di tanah sunda untuk ibu-ibu kepada ibu-ibu lainnya.

          "Mana pula angkotnya? Sepi banget ini jalan. Kayanya, gue senam lantai di tengah jalan juga nggak akan mati ketabrak becak!" katanya dengan kesal. Sampailah dia di jalan raya tepat di depan beberapa bangunan, di sebelah rel kereta. Langit saja masih gelap, mungkin sopir angkot masih terlelap. Lalu datang ibu peri berukuran kotoran kuku, dan merubah lampu stopan menjadi angkot gaul lengkap dengan speaker dan lampu disko kerlap-kerlip yang mendendangkan lagu sambalado remix, enggaklah.

            Entahlah ... Terlalu banyak berbicara pagi ini, dia terlihat sangat aneh dan kacau. Pasalnya, dia dikenal dengan sikap yang sangat pendiam serta dingin, sedingin es. Bukan tanpa alasan dia menjadi pendiam. Semenjak terpisah dari kawan semasa kecilnya, dia pun berubah menjadi orang yang memiliki kepribadian ganda. Jika di depan banyak orang, dia akan menjadi sesosok pendiam yang sangat dingin dan cuek. Tapi jika dia sedang sendiri, tanpa sadar dia akan berubah menjadi seseorang yang cerewet. Seperti kali ini, dia sangat cerewet terhadap dirinya sendiri ....

           Daripada terlambat, dia memilih menunggu angkot sembari berjalan. "Woy Aries! panitia harus ada di sekolah paling lambat pukul enam pagi ya!" katanya, sambil berjalan dengan menirukan ucapan ketua OSIS di sekolahnya, full dengan ekspresi mulut yang meledek.

          Sekolah, bisa ditempuh 15 menit jika dia menggunakan motor. Tapi kemarin, semenjak dia tak menggunakan motor, dia harus menempuh perjalanan selama 25 menit dengan angkot. Itu pun jika dia pergi pukul lima pagi ... Entahlah jika dia berangkat pukul 6. Tapi sekarang? Berapa waktu yang dia perlukan untuk sampai di sekolah jika keadaan seperti ini? Ah, bukan waktunya untuk membahas soal matematika!

           "Tiiiittt besar panjang!" Bukan!. "Tiiittt!" suara klakson motor berbunyi berulang kali dari arah belakang. Lampu depannya menyilaukan mata saat dia membalikan badan untuk melihat si empunya motor. "Siapa sih? Tolol kali ya? Jalanan kosong gini ngapain mepetin gue sih!" batinnya. Tak mau merespon lebih banyak, dia terus berjalan meninggalkan motor itu hingga si empunya motor langsung melesat meninggalkannya. "Bangke!" umpatnya kesal.


                            ~*~


"Duh Gusti ... Telat nih kayanya? Ah paling apel pagi dulukan ya ...?" kelewatan santai, salah satu perempuan berseragam putih biru ini duduk manja di dalam angkot yang kosong. Ini sudah pukul lima pagi lewat 13 menit, dan dia masih stuck di stopan ini. Wajahnya cantik tipikal gadis asian. Kedua mata indahnya dengan iris berwarna coklat, dibalut oleh bulu mata yang lentik. Rambutnya dikuncir sebelah dengan pita berwarna hijau. Satu sisinya sedang disisir paksa hingga rambutnya rontok. Percis seperti "neneng Pe-ak."

           "Elah ... kusut banget rambut aing. Ribet ah acara MOS harus kaya ondel-ondel beginian ya!" dengan susah payah, akhirnya dia berhasil menyisir rambut kusutnya, lalu menguncirnya menjadi dua di kiri dan kanan. 

           "Ah! Name tag aing ketinggalan lagi ... Duh Gusti ...kenapa nggak ngingetin sih ah!" dengan santainya dia mengeluh sendiri sembari mengacak-acak isi tasnya, membuat mata si sopir angkot melirik heran dari kaca spion.

           Mata indahnya menangkap sesosok pria yang sedang berjalan dengan frusasi, di pinggiran jalan yang jaraknya tertinggal di belakang angkot. "Widih rajin juga jam segini uda berangkat sekolah. Apa dia ikut MOS juga ya?" Perempuan ini berbicara sendiri lagi.

          Dan lagi-lagi, mata si sopir angkot melirik dari kaca spion, namun ketahuan oleh si perempuan aneh. "Liat apa?! Kalau nyetir, fokus mang!!" Ucapnya dengan tegas.

        "Duh si eneng, judes banget deh." Si sopir mengeleng-gelengkan kepalanya, ckck. Perempuan ini pun hanya merespon dengan mata melotot dan lidah yang menjulur, lalu berpaling lagi ke arah pria di pinggir jalan yang sekarang jaraknya sudah semakin dekat dengan angkot yang dia tumpangi.

Mereka saling beradu tatap ... 

        "Ganteng ..." lirihnya tanpa sadar saat melihat wajah tampan si pria di pinggir jalan itu. Dia pun tersipi malu sembari terus menerus melihat ke arah pria yang kini bertingkah aneh. "Lah ... kenapa dia nari-nari gitu sih?" raut wajah kaget bercampur bingung pun dia tunjukan.

Lalu angkot pun melaju lagi ...



                          ~*~



1-b. MENTOR DADAKAN


 "Bangke! Gue jadinya harus lari-lari gini deh. Sekalinya ada angkot, eh malah nggak mau berenti. Cape juga lari-lari ke sekolah kaya tadi." Aries tiba di sekolah dengan bermandikan keringat dingin di pagi hari yang masih terasa sejuk tanpa matahari ini.

      "Wehh kenapa baru sampe jam segini kang?! Masa pantia baru sampe sih?! Lari cepet!" Baru dia sampai di gerbang, sudah disambut dengan teriakan salah satu anak paskibra yang menjadi keamanan di acara MOS ini. Dia pun langsung berlari menuju ruang panitia.

       Sesampainya di sana, semua panitia sudah bersiap-siap. "Assalamualaikum ..." ucap Aries memberi salam.

      "Aries. Kenapa baru dateng hah?" si ketua OSIS menyambut dengan tak ramah. 

      "Orang mah lagi ngucap salam, aturannya tunggu sampe beres terus jawab, baru deh tanya kaya gini kang ..." Aries merespon dengan datar. Si ketua OSIS pun diam.

      "Eh Rie ... Tadi diklaksonin kenapa diem aja? Padahal saya mau ajak bareng tuh tadi," belum sempat Aries duduk untuk beristirahat, salah satu panitia bernama Renaldy menyapanya. 

       "Oh itu elu?" jawab Aries datar, "Lagian lo bukannya turun atau panggil nama gue, malah klaksonin gue kaya PDPJ aja ..." tambahnya. (PDPJ adalah Pria Di Pinggir Jalan). Dia menutupi fakta bahwa dia kecewa karena ternyata yang tadi berada di motor itu adalah Renaldy. Jika dia tahu itu Renaldy, sudah pasti dia tak perlu bersusah payah berlarian menuju sekolah.

       Renaldy hanya "hehehe" saja karena malas dengan respon Aries yang dingin. "Rie ... Lo bimbing kelas 10-2 ya? Solanya kita kekurangan mentor buat bimbing calon siswa nih. Ga masalahkan?" ketua OSIS bernama Sam itu langsung meminta Aries untuk menjadi Mentor dadakan. Aries pun menyanggupi itu meskipun setengah hati. Dia pun segera merapihkan pakaiannya, menggunakan topi, dan berlari ke luar ruangan untuk briefing dengan mentor lainnya.



                             ~*~



Di tempat lain, tepatnya di tempat photocopy dekat sekolah, si perempuan aneh sedang sibuk menggunting kertas karton berwarna hijau. Dia sedang  membuat name tag untuk melengkapi perlengkapan MOS yang tertinggal. Padahal, waktu sudah menunjukan pukul enam pagi, dia sudah terlambat!. "Aihh uda maen jam 6 aja! Duh Gusti ... Gimana dong?!" Perempuan ini mulai panik. Saat terburu-buru menggunting karton, tangannya tak sengaja menyenggol sesuatu.

SYWERRRZZZSSS *anggap aja suara air tumpah*

       "Aduh ... basah kan jadinya!" pria dengan suara kesal terdengar mengaduh. Dengan panik, perempuan ini pun segera berbalik badan dan mendapati sesosok pria berseragam SMA yang sedang memegang botol minuman. 

       "Aduh ... kang, maaf maaf! Nggak sengaja soalnya saya buru-buru!" dia mengira bahwa pria itu adalah kakak kelasnya karena menggunakan seragam putih abu. 

       "Basah baju gue jadinya! Lagian ribet banget sih lu ah!" botol minum yang tadinya akan diminum oleh si pria, ternyata tersenggol tangan si perempuan aneh ini tanpa  disengaja.

       "Maaf atuh kang kan nggak sengaja saya ... maaf sekali lagi ya! Saya buru-buru kang, mau ikutan MOS! Assalamualaikum!" dia langsung memberi salam kepada si pria, disusul dengan ciuman tangan, lalu segera berlari menuju gerbang sekolah yang sudah tertutup.

       "Dasar cewek sedeng! Gue juga mau ikutan MOS tapi gak ribet kaya dia tuh!" si pria mengomel sendiri.



                            ~*~



TOK TOK TOK ... suara pintu diketuk kasar. "Kang Aries, keluar sebentar." Suara salah satu keamanan di acara MOS memanggil Aries untuk keluar dari ruang kelas. Setelah mengikuti apel pagi bersama para calon siswa baru, Aries yang susah payah menggiring para casis (Calon Siswa) menuju kelas degan berbaris rapih penuh aturan, tak bisa merasa santai sedetik pun. Baru dia duduk di kursi kelas, dia sudah harus keluar lagi. 

       Ini bukan keinginannya untuk ikut andil dalam acara MOS. Tapi mau bagaimana lagi? daripada dia mendapatkan nilai jelek di mata pelajaran IPS, mau tak mau dia harus menuruti permintaan wali kelasnya Bu Marni yang merupakan guru mata pelajaran IPS. Aries sudah tak menggumpulkan tugas sebanyak 3x dan itu membuat nilai di raport kenaikan kemarin ditulis palsu. Beginilah cara Aries untuk menebus hutang nilainya ... untung saja walikelasnya baik, sehingga dia masih bisa naik kelas.

      "Kenapa?" tanya Aries datar. "Oh iya jangan panggil gue kang dong, nggak suka." Tambahnya lagi. Salah satu keamanan sekolah yang tak Aries kenal ini, menggunakan name tag kecil bertuliskan "Bunga Pratimi" di dadanya yang membuat Aries mendengus sinis.

      "Saya disuruh Kang Sam buat panggil kamu. Tuh kamu di suruh ke lapangan depan, ada casis yang belum tau kelasnya dimana. Mungkin beberapa dari mereka masuk ke kelas kamu. Sekalian bawa kertas absennya!" dengan tegas dan tak kalah jutek, priaini mengutarakan maksudnya. "Cepetan!" tambahnya dengan membalikan badan untuk pergi meninggalkan Aries.

      Ya ... Namanya Aries ... Siapa pun orang yang tak mengenal dirinya dengan baik, jika harus terlibat percakapan dengannya, pasti saja menjadi emosi dan seketika itu suasana pun berubah menjadi tegang. "Siap Kang Bunga!" jawabnya datar.

      Pria itu pun membalikan badannya lagi "Bunga? Apa maksud kamu hah?!"  suasana semakin memanas, pria itu emosi! Namun, Aries tetap terlihat tenang sedingin es. Dia tak menjawab, hanya menunjuk dada si pria dengan dagunya. Pria itu pun segera mengikuti petunjuk Aries dan dia kaget mendapati name tag-nya bertuliskan nama orang lain. Wajahnya kini memerah karena malu... "Ehh anu ... ketuker ini he he he ..." sembari melepaskan name tag-nya.

      Aries pun segera masuk ke dalam ruangan lagi untuk membawa kertas absen. "Gue keluar sebentar" katanya memberikan penjelasan kepada pasangan mentornya, Hanggiani.

      Sembari mengusap peluh yang terasa kian membasah di jidatnya, Aries segera berlari ke lapangan luar. Mata para casis perempuan di kelasnya pun terus memperhatikan gerak-gerik Aries hingga sosoknya menghilang di balik pintu. Sudah menjadi hal yang wajar jika Aries menjadi pusat perhatian banyk orang ....

         Setelah sampai di lapangan depan, Aries mendapati Sam dan beberapa casis sedang berbaris di sana. Menyadari kedatangan Aries, Sam segera melayangkan pandangan ke arah Aries. Begitupun para casis, terutama para casis perempuan ...

        Untuk gambaran, sekolah ini memang memiliki dua lapangan. Siapa pun yang datang ke sekolah ini, setelah memasuki gerbang depan atau gerbang utama, akan melihat parkiran sekolah yang sangat luas. Setelah masuk sedikit lebih ke dalam, akan disuguhi oleh pemandangan lapangan depan yang biasa digunakan untuk basket, dengan suasana yang teduh oleh pepohonan yang dilengkapi oleh kursi tribun di sekelilingnya.

        Setelah itu, ada ruang piket yang di lindungi oleh gerbang dalam. Gerbang itu yang menjadi patokan untuk para siswa yang bersekolah di sini, apa mereka datang tepat waktu atau tidak. Jika gerbang itu tertutup, tandanya mereka sudah terlambat. Biasanya, akan ada guru piket yang berjaga di sana. Guru itu akan menggiring siswa dan siswi yang terlambat datang menuju ke lapangan basket untuk dikenai hukuman. Jika kebetulan guru piket itu guru yang baik hati, gerbang itu akan terbuka hingga pukul setengah delapan pagi.

       Jika sudah berhasil masuk dari gerbang dalam, akan disuguhi oleh taman dengan kolam ikan dan berbagai tanaman cantik yang ada di sana. Jika belok kiri, akan ada kandang jeruji besi berukuran besar yang ditinggali oleh banyak kelinci. Di situ, para siswa dan siswi bebas bermain bersama kelinci-kelinci yang ada di sana dengan syarat tidak menyakiti dan membawanya keluar dari kandang. 

        Tapi, jika belok ke kanan, kita akan disuguhi oleh pemandangan water fall dinding yang di dindingnya bertuliskan "WELCOME TO 610 SENIOR HIGH SCHOOL" dengan lampu putih yang bersinar di sisi kiri dan kanan. Di depanya, ada lemari kaca yang berisi banyak piala yang berjejer memanjang sebagai tanda bahwa murid di sini sangat berprestasi. Setelah itu, akan ada tiga belokan. Jika ke kiri akan membawa kita ke ruang guru dan masjid sekolah. Jika belok kanan, akan membawa kita ke berbagai lab, koperasi, dan juga taman. 

         Jika memilih jalan lurus, akan membawa kita ke lapangan bagian dalam atau lapangan utama yang berada di sisi kiri. Biasanya, di sana itu dijadikan tempa upacara atau apel pagi. Di sekeliling lapangan ada bangunan dua tingkat yang terdiri dari banyak kelas yang biasa dihuni oleh kelas 10 hingga 12, perpustakaan, kamar mandi, ruang bilas dan ruang ganti, serta ruangan lainnya. Dan jauh lebih ke dalam lagi, ada kantin utama yang menjual beraneka ragam makanan, ruang OSIS, berbagai sanggar ekskul, dan juga gudang sekolah. Di sana ada gerbang belakang yang biasa digunakan oleh siswa yang ingin mingat kelas. Kuncen gerbang itu adalah penjual siomay yang jika diberi rokok satu bungkus saja sudah mau membukakan pintu untuk orang yang memberi rokok tersebut.

        "Aries ... coba kamu cek nama mereka satu-satu, apa ada salah satu dari mereka yang berada di daftar absen kelas kamu?" Sam mendadak berbahasa formal jika di depan para casis. Aries hanya mengangguk. Setelahnya, Aries segera menghampiri satu per satu casis yang sedang berbaris rapih yabg berjumlah tujuh orang itu, dan membaca satu-satu name tag-nya.



                             ~*~



"Loh,  itukan cowok yang tadi nari-nari di jalankan ya? Oh dia kakak kelas aing ternyata!" si perempuan aneh berbicara pelan dengan gemas. Dia mengigit bibir bawahnya, dan menarik-narik rok biru yang dia kenakan karena gemas sekaligus senang mendapati pria  ganteng tadi yang ternyata adalah kakak kelasnya. Dia salah tingkah!.

      "Ladiesa Geminian Senja" Aries mengejah salah satu nama dengan datar. 

      "Aduhh dia wangi banget!" makin tak karuan, si perempuan aneh bernama Gemini ini pun menjadi semakin salah tingkah saat Aries menghampiri dirinya. "duh Gusti ... tinggi banget, hot pisan!" tambahnya pelan, sembari menahan pergerakan mulutnya agar tak terbuka lebar. Aries hanya mendelik heran dengan tingkah laku cewek ini yang sedang berbicara sendiri. "Duh Gusti ... matanya!" Gemini terus berdialog sendiri dengan menekan-nekan giginya gemas.

      "Yang masuk kelas gue Cuma satu, Ladiesa Geminian Senja aja." Aries berbicara kepada Sam dengan nada datar.

     "Yauda, mana orangnya? Langsung ikutin Kakak ini ya!" sahut Sam. Gemini pun mengacungkan tangannya dengan girang, dan segera mengikuti Aries yang sudah mendahuluinya berjalan masuk ke dalam sekolah.

       Selama membuntuti Aries, Gemini senyum-senyum sendiri. Dia juga terus berdialog sendiri dengan memuji-muji Aries.
 "Duh ganteng banget! Mirip James Reid!"
 "Aduh matanya nggak nahan!"
 "Mana wangi banget ini cowok!" "Kenapa aing jadi kaya gini sih? Bukan aing banget ah!" dan dialog lainnya dengan suara pelan tertahan.

       "Awas tong sampah!" suara cempreng entah siapa pemiliknya, menggelegar membuat Gemini tersadar. Namun dia terlambat, dia sudah menabrak tong sampah yang tak berdosa hingga dia tersungkur tepat di samping tong sampah yang kini sampahnya berserakan. 

     "Anjrit! Sakit banget!" reaksi yang terdengar dari Gemini. Suara tawa pun menghiasi kejadian ini. Banyak kakak kelas panitia MOS yang melihat kejadian ini. Tapi tidak untuk Aries, dia hanya diam dengan wajah datar melihat Gemini terjatuh.

       "Lo nggak apa-apa?!" salah satu panitia MOS, perempuan, menghampiri Gemini. Perempuan ini cantik, dengan rambut semi merah panjang. Namanya Lea. "Kalian malah ngetawain dia ya! Lo lagi Rie, bukannya bantuin dia eh malah ngeliatin doang!" dengan kesal Lea pun meluapkan amarahnya kepada semua orang yang ada di tempat kejadian. Aries pun mendekat dan menggulurkan tangannya tanpa seucap kata pun.

        Gemini yang wajahnya memerah karena malu, kini semakin menjadi-jadi hingga wajahnya terasa panas saat Aries menyodorkan tangan untuk membantu berdiri. "Ma-mmm-aak kasih Kang ... ma-m-a kasih Teh! Hehe" Gemini menggaruk rambutnya yang tak terasa gatal ... Awkward!. Namun, Aries hanya menaikan sebelah alis matanya dengan senyum tipis yang manis.

       "Duh, bajunya jadi kotor tuh ... pasti bau sampah! Bersihin dulu pake air gih" sahut Lea perhatian, sembari mengarahkan jari telunjuknya ke arah keran air yang tak jauh dari tempat mereka berdiri. "Ii-iiya teh. Punten ..."

       Setelah selesai membersihkan bajunya yang kotor, Gemini masih merasa risih karena bajunya memang ternyata bau sampah. Dia pun segera mengeluarkan parfume dari tasnya. 

       "Wihhh mau sekolah apa maen ke mall? Bawa parfume segala kamu dek!" sahut salah satu keamanan wanita yang tak sengaja lewat di belakang Gemini dengan nada seniornya. Gemini hanya menunduk dan berniat memasukan lagi parfume yang belum dia pakai ke tasnya. Namun, ada tangan yang menahan tangan Gemini. Saat Gemini menoleh, ternyata itu Aries!. Dia memberikan komando tanpa kata dengan menganggukan kepalanya saja. Gemini mengerti, lalu segera menyemprotkan parfum  itu sekali, ke bajunya.

       Setelahnya, mereka segera berjalan ke arah kelas. Saat sampai dan masuk ke dalam kelas, Aries berkata "Duduk" kepada Gemini. Tanpa menunggu komando kedua kalinya, Gemini langsung duduk di kursi kosong yang ada di barisan paling depan.

     "Sorry, tadi gue ada urusan sebentar." Kata Aries kepada semua casis di kelasnya. 

      Pasangan mentornya segera mendekat ke arah Aries dan berbisik "Ngomongnya formal Rie."

      Aries pun segera meralat ucapannya. "Maksudnya, saya ..." mereka berdua kini berdiri di depan kelas percis seperti guru yang sedang mengajar.

     
      "Oh iya, kenalin, saya Aries. Ini Hanggiani," kemudian diam satu detik. 

       "Hanggiani apa sih?" sambil berbisik ke arah kirinya. 

       "Amaniah Putri" jawab Hanggiani. 

       "Ya itu, dengerkan?" tanya Aries kepada semua casis. 

       "Denger kang!" jawab mereka kompak. Semua mata tertuju ke arah Aries. Tak sedikit yang terlihat mencuri senyuman saat memandang Aries, terutama para casis perempuan.

       "Oh iya, jangan panggil saya 'Kang' ya, Kakak aja" sahut Aries sekali lagi, dengan senyum yang sangat manis. Gemini yang duduk tepat di hadapan Aries pun hampir pingsan hingga masuk rumah sakit akibat senyuman mematikan itu, enggak. Gemini yang duduk tepat di hadapan Aries pun menjadi salah tingkah karena senyuman itu.

       "Kak Aries gantengku..." gumam Gemini pelan.





Bersambung....

16 Maret 2016

#EnamSepuluh bagian 4 - Mata tuli, telinga terpejam.

Untuk edisi #EnamSepuluh bagian 4


Aku masih kerap bertanya, untuk bisa bahagia, apa selalu butuh seseorang untuk membahagiakan? Jika kujalani hidup ini sendiri, apa masih ada kebahagian yang didapat?

###

Kesepian selalu asyik untuk aku jamah. Uluran tangannya terasa menari, memberikan kenyamanan dalam lamunan sendu bak embun di pagi hari. Sebenarnya, aku kehilangan arah tentang pagi dan malam. Aku tak tahu jalan tentang rumah dan juga tujuan. Bahkan, aku sudah kehabisan kata untuk memperjelas setiap maksud dari langkah kaki ini. Aku hanya ... Ingin terlelap dalam dekapan mama. Dekapan yang hampir berbelas tahun tak kurasa, semakin hari semakin tak nyata.

Mama, bila di suatu tempat yang nyaman kauterlelap, ingatlah aku yang selalu ingin memelukmu. Meski ego selalu melumuri hati hingga kuku kaki, selalu kusertakan doa agar kau senantiasa bersama kedamaian hati dan juga pikiran. Aku hanya ... Ingin berkata cinta kepadamu. Tapi kelu, selalu membeku pada lidahku. Sungguh sulit untuk mengatakan apa yang ada dalam pikiranku, Ma ....

Maafkan aku yang pergi melepas gundah tanpa permisi. Kepalaku seakan pecah karena sebuah nama yang terus membayang pada setiap tembok yang aku sandari. Jika boleh jujur, aku takut. Aku sangat takut untuk memandang matahari, Ma ... Selalu ada ketidak percayaan diri yang meletup hingga ragaku jatuh. Aku hanya ... Kehilangan arah. Tentang tujuan matahari, hingga langkah kakiku di setiap hari. 

Ini tepat bulan ketiga aku pergi. Tak satu pun kerabat dan kawan yang mencari. Tak ada yang sadar mengapa aku pergi. Luka yang melukis topeng di wajahku, terlalu apik hingga menipu siapa pun yang melihat. Hingga semakin hari, aku semakin nyaman dengan keadaan ini. Keadaan saat aku hanya ditemani dedaunan kering, atau ranting yang berdenting. Aku sangat bersyukur, bahwa aku bisa merawat diriku sendiri yang semakin hari kian kuat untuk melawan segala penyakit yang ada.

Jika kau sempat bertanya tentang cinta kepadaku, aku tak bisa banyak bercerita, Ma ... Karena aku sedang tak ingin berurusan dengan cinta. Dia yang pergi, memang penyebab terbesar dari lunturnya perasaan sukaku terhadap siapa pun. Luka yang dia buat terlalu sempurna. Meski dia sempat datang lagi, tapi aku paham bahwa dia hanya datang untuk menepi, bukan untuk menetap. Jadi, saat dia pergi kembali, aku sangat siap untuk menerimanya. Kutebalkan rasa ikhlas dalam diri ini, agar luka yang ada bisa mengering.

Kau tahu, Ma? ini sudah bulan keempat semenjak dia sempat hadir, lalu pergi lagi. Aku hampir terbiasa, Mah ... Meski rindu kerap hadir melumuri malam hariku, meski mimpi bertemu dengannya masih tersimpan apik untuk dijamah, aku tetap berusaha untuk nyaman dengan keadaan ini. Entah kapan itu terwujud, tapi sangatlah cukup menyenangkan saat dia menelusup hadir di sela mimpi tidurku. 

Ma, aku belum mau pulang. Aku tak siap melihat wajah letihmu yang kian menua, meminta kebahagiaan dari anak-anakmu yang tak jua. Entah kapan aku bisa melakukan satu hal dengan benar, agar rasa bangga siap hadir dalam hari-harimu. Aku masih berjuang, menggapai bintang untuk dibawa pulang. 

Tunggu aku, Ma. Hidupku pasti indah! Lebih indah dari mimpi dalam tidurku. Agar aku lebih rajin lagi untuk membuka mata, lalu segera berlari menggapai bintang.

Sudahlah Ma, aku harus melupakan bagian ini. Meski mimpi untuk mengunjungi hidupnya masih ada, aku tak begitu berharap agar terwujud.

Ada satu kunci yang aku temukan saat aku berjalan pada malam dengan rintikan hujan. Ternyata, aku bisa bahagia meski aku sendiri. Tak ada alasan apa pun untuk seseorang tidak bisa bahagia. Saat tak satu pun yang ada untuk membahagiakan kita, masih ada kita yang bisa membuat diri ini bahagia. Dan aku, berhasil membuat bahagia menjadi teman sejati sepi. Meski terkadang, tetes air mata masih setia terselip pada malam-malam larutku ....

#KororKisahorror bagian 3 - Koki rahasia si anak prajurit


"Jika seseorang butuh cinta agar hidupnya penuh warna, aku hanya butuh kompor dan juga kulkas agar bisa melanglang buana."

-----


Perkara mudah bila harus berjalan di antara percikan hujan. Hanya perlu payung untuk menghadang, atau jas hujan untuk menerjang. Semua akan aman terkendali. Terlebih bila kalian menyukai hujan. 

         Hujan memang berkah Tuhan. Tapi, hujanlah salah satu masalah terberat dalam hidupku. Hujan yang turun akan membawa mereka kepadaku, para pejalan kaki beda dimensi, yang 'ada' namun tak hidup, serta membutuhkan tempat singgah untuk berteduh. 

        Papaku adalah batu. Dia tegas, disiplin, dan juga keras. Lingkungan hidupnya jarang sekali disentuh seorang wanita. Karena beliau merupakan prajurit angkatan Laut, –berbintang tiga– jadilah hidupnya jauh dari kata bebas. Beliau jarang ada di rumah, karena selalu bertugas di tempatnya. Hal ini membuat papa tak memiliki banyak waktu untuk berkumpul bersama keluarganya, apalagi mencari seorang wanita untuk dijadikan pendamping hidup yang baru. Karena sudah hampir 10 tahun sejak mamaku meninggal dunia, beliau tak pernah terlihat memiliki calon untuk dijadikan istri.

        Aku tinggal di rumah yang cukup besar bersama kedua saudara lelakiku, Leo dan Virgo. Meski kami orang berada, papa tak membiarkan kami bermanja ria. Tak satu pun asisten rumah tangga yang papa pekerjakan di rumah kami. Sebagai seorang Lelaki sejati, papa melatih kedisiplinan kami semua sejak kami masih kanak-kanak.

       Jika papa adalah batu, akulah guntingnya. Aku lemah, aku tak pernah bisa melakukan satu hal yang papa mau dengan benar. Aku hanya bisa memasak, memasak, dan juga ... tidur. Tapi, akulah sumber energi keluarga kami. Sebagai kakak tertua, sudah menjadi tugasku untuk bertanggung jawab dengan perkembangan dan juga kehidupan adik-adikku, beserta asupan gizi yang mereka makan sehari-hari. 

         Tapi ternyata, aku salah besar. Papa tak benar-benar sibuk dengan urusannya. Seminggu yang lalu, papa pulang dengan memperkenalkan wanita cantik sebagai calon istrinya kepada kami semua. 

       "Prajurit, saya perkenalkan kepada kausemua, seorang wanita cantik yang akan kaupanggil Mama, dan seorang wanita tak kalah cantik yang akan kaupanggil Kakak nanti." Setelah memberikan aba-aba agar kami semua berdiri dengan sikap sempurna, papa memperkenalkan dua orang wanita yang memang cantik sebagai calon ibu dan juga kakak untuk kami bertiga.

         Semua berjalan dengan cepat. Beberapa hari selanjutnya, –tepatnya dua hari yang lalu– pernikahan pun berlangsung. Dan setelah sekian lama, akhirnya rumah ini dihuni oleh seorang wanita lagi. Ini terasa sangat aneh ... Kami sudah terbiasa tinggal tanpa seorang wanita, dan hidup dalam aturan yang papa buat. Setelah mereka datang, banyak sekali perbedaan yang terjadi di rumah ini. Selain kondisi rumah yang menjadi jauh lebih bersih dan rapih, mama baruku juga memiliki aturan lain. Yaitu ... Kami harus makan makanan sehat dan juga rajin berolahraga bersama. WOW PERFECT!.



~*~



BRUG BRUG BRUG! Suara ketukan pintu yang sangat kencang terdengar.

        "Bangun prajurit!" teriak papa dengan suara lantang yang langsung membuat seisi rumah bangun dengan terkaget-kaget.

        "Ya Allah Pah ... Ada apaan ini?!" Gemini keluar dari kamarnya yang ada di depan kamarku, dengan wajah kesal dan juga mata yang masih sulit untuk dibuka lebar. Ya, Gemini adalah kakak perempuan baruku. 

         Aku dan kedua adikku sudah berdiri tegap di depan kamar masing-masing. Mereka berdua sudah membawa handuk yang mereka lingkarkan di pundaknya. "Astaga, anduk!" ucapku pelan, namun terdengar oleh papa.

       "Aries?!" papa berteriak sembari mendekat ke arahku.

       "Yes, Sir!" jawabku dengan badan tegap, sikap sempurna.

       "Kapan kaubisa disiplin? Kenapa kauselalu lupa dengan handukmu sendiri? Lihat adik-adikmu ... Mereka jauh lebih disiplin dibandingkan dirimu! Push up 50 kali!" ucap Papa dengan tegas.

       Aku pun segera melakukan hukuman yang papa berikan. Sekilas kusempatkan untuk melihat, kedua adikku sedang menahan tawa dengan wajah puas. Begitu pun dengan Gemini yang ikut tertawa dengan berdecak pinggang. Dasar, adik dan kakak kurang ajar!.

        Sedikit informasi, kamar kami semua ada di lorong lantai dua yang pintunya berderet menghadap satu sama lain, sangat mirip dengan hotel. Alasannya? Sudah jelas, agar papa mudah mengontrol kami semua.

        "49... 50 ... Siap, sudah Sir!" setelah selesai melakukan hukuman, aku langsung berdiri lagi dengan badan tegap, sikap sempurna. Ini terlihat tak adil ... Kenapa hanya para lelaki yang harus menjalankan aturan ini? Maksudku, sekarangkan ada Gemini? Dia juga bagian keluarga ini. Kenapa papa taj memarahi Gemini yang kini berdiri seenaknya dengan berdecak pinggang? Jika aku protes, papa pasti akan marah. Sungguh terlalu!

        Kalian semua bersiap untuk mandi. Waktu mandi hanya 10 menit, dimulai dari ... SEKARANG!" ucap Papa dengan tegas, lalu pergi menuruni anak tangga. Aku pun segera berlari ke kamar untuk membawa handukku.

        Setelah membawa handuk, aku dan kedua adikku langsung berlari menuju kamar mandi yang letaknya tak jauh dari kamarku. Karena kamar mandi di lantai atas hanya ada satu, kami bertiga sudah terbiasa mandi bersama bila papa ada di rumah. Hanya papalah yang bisa membuat kami bertiga damai dan juga kompak.  

        Jam sudah menujukan pukul setengah enam pagi. Aku sudah siap dengan seragam rapih dan juga rambut yang ditata mirip Ariana Grande, Loh(?). Sudah menjadi kebiasaan bagiku memasak sarapan pagi di rumah ini. Baru kulangkahkan kakikku menuju tangga, tiba-tiba saja hujan turun cukup deras. Tak mau membuang waktu lebih lama lagi, kulangkahkan kaki dengan kesal menuruni anak tangga.

     "Kenapa sih Arie?" tanya mama kepadaku.

     "Aries kesel mah ... Pagi-pagi uda ujan. Mana Papa nggak bolehin aku bawa kendaraan ke sekolah, kan? Masa aku harus ujan-ujanan?" terangku kepada mama yang sedang berdiri kaku di dapur.

      "Yauda ujan-ujanan aja Arie." Mama terlihat sangat pucat, rambut dan sekujur tubuhnya basah, seperti baru kehujanan.

      "Mah ... Masak yuk?" tawarku kepada mama.

      "Kamu aja yang masak. Memang mau bikin apa?" dengan mulut bergetar sebagai tanda bahwa beliau kedinginan, mama bertanya.

       "Em ... Aku mau bikin sandwich sehat sama jus pisang mix jeruk aja mah!" jawabku penuh semangat.

        Untuk beberapa menit selanjutnya, aku sudah sibuk membuat sandwich. Sandwich kali ini kubuat dengan berbeda. Tak ada daging di dalamnya. Hanya ada sayur selada, tomat, dan juga acar. Hahaha tak apalah, mama baruku memang menginginkan ini, kan?

       Akhirnya, sandwich penuh sayuran selesai aku buat sebanyak 14 buah dengan variasi bentuk yang berbeda-beda. Ada bentuk naga, burung, kucing, singa, harimau, anak jalanan, ggs, bentuk bulat, kotak, beraksi, masih cinta, perhatian, kasih sayang, dan juga pengorbanan. :') 

       "Mah? Ini jeruknya berapa banyak ya?" tanyaku kepada mama, saat aku tersesat dan tak tahu arah jalan pulang. 

       "Jeruk apa Rie?" tiba-tiba saja mama baruku menyahut. Beliau baru saja masuk ke area dapur sembari membawa gelas.

      "Eh ... Em ... Ini jeruk buat jus! Hehehe ..." aku sempat kehabisan kata-kata saat menjawab pertanyaan itu.



~*~



"Aries, tungguin gue! Jangan cepet-cepet kek!" teriak Gemini dari arah belakang. Gemini berjalan sangat lambat. Huh, menyebalkan! Beginilah nasib punya saudara perempuan ...

        Kuhentikan langkah kakiku dengan kesal. "Ayo cepat! Lu jalannya lama banget sih?" ucapku hampir murka.

        "Pelan-pelan dong ... Nanti roll rambut gue lepas! Sambil bawa payung tuh ribet tau!" Gemini terlihat kesulitan melewati jalanan yang penuh dengan kubangan air. Rambutnya masih penuh dengan roll rambut. Astaga ... Apakah perempuan selalu serumit ini, ya?

         "Gue tunggu di depan aja ya? Uda jam en–" ucapanku terpaksa terhenti. Tiba-tiba saja, ada sesuatu yang ikut berteduh di bawah payungku. Sesuatu itu ... Terlihat sangat menyeramkan!

       Tepat di samping kiriku, berdiri seorang wanita berambut panjang hingga ke pingang, dengan gaun putih lusuh yang kini basah karena hujan. Sekujur tubuhnya pun basah ... Kulitnya pucat pasih, terutama bibirnya yang terlihat membiru hampir beku. Kondisinya sangat mengenaskan! Meski kini kepalanya tertunduk, aku bisa melihat dengan jelas ada luka dibagian atas kepalanya, dan juga di pelipis kirinya. Hal ini membuat sekujur tubuhku meremang hingga aku tak bisa berkata-kata lagi.

       Inilah hal yang aku benci saat hujan. Mahluk-mahluk sepertinya akan bersikap seenaknya dan juga menyebalkan! Karena kesal, aku pun memaksakan diri untuk bertanya.

      "Ka-kam ... Kamu mau apa?" tanyaku dengan terbata-bata.

       "Mas ...?" tanya wanita itu dengan suara kecil yang hampir tak terdengar karena tertimpa hujan.

       "Iiy ... iya?" jawabku mulai ketakutan.

       "Antar saya mas ke warung depan ... Pembalut saya habis Mas ..." ucapnya sembari mengarahkan telunjuknya ke arah sepatuku. Aku pun mengarahkan pandanganku ke tempat yang ia tuju.

        Astaga! Tepat di bawah sepatuku, air hujan yang mengalir di jalanan pun berubah menjadi merah seperti darah! Dan ... Ternyata benar, wanita itu kehabisa pembalut! Dari kakinya, mengalir banyak darah segar yang kini bercampur dengan air hujan!

        "AAAAAAKKK!" aku pun berteriak ketakutan dengan melempar payung yang kupegang. Hampir saja tubuhku terhempas ke belakang, namun ada tubuh Gemini yang berhasil menahan tubuhku.

        "Awww! Lo kenapa teriak-teriak sih? Aneh," tanya Gemini keheranan. "Ahhh roll poni gue lepas! Lo sih Rie rese abis!" tambahnya.

       "Gu-gu-gue ... Lo liat itu deh!" jawabku sembari menunjuk ke arah air yang mengalir di jalanan. "Loh kok? Tadi itu darah loh yang ngalir! Sumpah deh gue ga boong tadi itu ada darah di sana!" aku pun panik karena darah itu tiba-tiba saja menghilang.

         "Darah apaan sih? Aneh lo! Ayo cepet ah nanti telat. Rok gue entar basah lagi. Lo ga akan pake payung?" tanya Gemini.

         "Oh iya! Anjrit basah gini jadinya ..." aku baru sadar, ternyata aku melepaskan payungku tadi. 



~*~



Singkah cerita kita pun sudah berada di pinggir jalan raya.  "Duh, baju gue basah nih tar masuk angin lagi ..." keluhku pada Gemini dengan kesal.

        "Salah lo sendiri kenapa aneh kaya tadi? Lo ga liat, gara-gara lo, poni gue jadi ancur gini?" ucap Gemini tak kalah kesal. Hampir saja aku akan mencakar wajahnya. Untung saja angkot yang akan membawa kami ke sekolah sudah berhenti di depan kami. 

         "Udah ah, yuk! angkotnya uda ada." Kami berdua segera masuk ke dalam angkot. Sungguh terkejutnya aku! Di dalam angkot, sudah ada tiga wanita ... (maaf) setengah pria yang duduk menyebar! Aku langsung tak enak hati melihat keberadaan mereka yang tak mau sedikit pun menggeser posisi duduknya. Aku pun terpaksa duduk di pojok kanan angkot dekat jendela belakang, begitu pun Gemini yang ikut duduk di sebelahku. Ketiga pasang mata dari 'wanita' itu pun langsung mengarah kepada kami berdua. Jantungku tiba-tiba saja berdegup dengan cepat.

        "Arie ... Lo yakin kita nggak salah angkot?" tanya Gemini dengan berbisik. Salah satu 'wanita' yang berpakaian India dengan rambut diikat satu –percis seperti pemain Jinny oh Jinny– merapatkan duduknya ke arah Gemini.

        "Ssttt uda diem aja kalo mau selamat!" ucapku setengah panik, namun berusaha kututupi.

         Dua 'wanita' lainnya yang berpakaian kurang bahan, duduk di kursi depan kami sembari melihat sinis ke arah Gemini. "Sok cantik!" ucap salah satu dari mereka sembari membetulkan kembennya yang melorot. 

         Si Jinny oh Jinny pun mengangkat tangannya untuk membetulkan rambut ala-ala buntut kudanya itu, dengan wajah angkuh nan anggun. Dan ... Tereksposlah ketiaknya yang lebat itu, tepat di depan wajah Gemini. Bau semerbak pun langsung memenuhi seisi angkot ini.

          Perjalanan ditembuh sekitar 20 menit. Namun, itu terasa seperti 20 jam karena ada 'wanita' ajaib di dalam angkot yang aku dan Gemini naiki. Hampir saja kami berdua pingsan karena kehabisan udara segar. Untung saja, kami sudah sampai di tempat tujuan. Tak mau membuang waktu lebih lama, kami berdua pun segera turun dari angkot.

         "Ahhhh akhirnya sampe juga! Udara pagi yang sejuk, hujan yang mulai surut, rerumputan yang masih basah karena hujan, Eummmm seger banget!" terangku bak Syahrini yang sedang berlibur manja.

       "Palalu seger! Apanya yang seger heh? Gue hampir mati gara-gara bau ketek si Jinny oh Jinny KW itu! Lo tau? Baunya tuh terus nempel di idung gue! Dan lo tau? waktu dia angkat tangan tadi, bertepatan sama gue yang lagi buka mulut. Baunya langsung ketelen sama gue ... Dan baunya tuh kerasa sampe sekarang di tenggorokan gue! Ini gaada seger-segernya tau!" Gemini pun murka.

        "Hahhaha, ngakak abis coy! Nggak apa-apa kali, anggap aja vitamin buat sekolah di sekolahan baru" kataku santai.

        "Ihhhh! Dasar cowok, nggak ada pengertiannya banget!" Gemini semakin murka.

        "Idih, dasar cewek, ribet banget!" ucapku tak mau kalah.

         "Idih ngeselin lo ya! Males banget punya sodara kaya lo!" Gemini mendorong tubuhku.

         "Siapa juga yang mau punya sodara kaya lo? Ribet kali yang ada! Lelet, nggak disiplin, alay, cerewet lagi! Kok mau ya Bokap gue punya anak lagi kaya lo?" karena tak mau kalah, aku pun mengatakan sesuatu sekasar itu.

          "Lo... Ngeselin banget sumpah!" Gemini mulai meneteskan air mata. Hal ini mengundanh perhatian orang-orang yang berseliwengan.

          "Gemini ... Sorry ya kalo ucapan gue tadi terlalu sadis. Gue nggak maksud buat bikin lo nangis kok ... Gue cuma ... Nggak ngerti aja cara buat bersaudara sama cewek" ucapku penuh penyesalan.

         "Arie, kita sekarang tuh bersaudara, gue cuma pengen punya saudara cowok yang pengertian, perhatian dan juga bisa jagain gue. Bukan kaya gini ... Malah debat, ujung-ujungnya berantem. Ini tuh hari pertama gue sekolah di sekolah baru, tapi lo malah bikin mood gue rusak!" Gemini mengusap air matanya.

        Untuk beberapa saat, aku hanya bisa diam sembari berusaha mencerna perkataan Gemini tadi. 

       "Sorry ya kalo gue nggak bisa jadi sosok saudara kaya yang sering lo bayangin ... Kita baru dua hari jadi keluarga, masih banyak hal-hal yang harus kita pelajari satu sama lain. Kita juga masih butuh beradaptasi sama kehidupan masing-masing. Gue cuma kesel dan belum terbiasa aja sama lu yang lelet, ribet dan cerewet. Hampir 10 tahun gue nggak serumah sama cewek, jadinya gue ngerasa ada yang aneh aja gitu ..." kataku terus terang.

        "Iya gue juga sama ... Gue belum terbiasa sama pola hidup cowok-cowok kaya kalian yang keras dan tegas itu. Gue berharap, kedepannya keluarga kita bisa kompak dan baik-baik aja ya Rie?" Gemini berusaha tersenyum dengan tulus kepadaku, meski air matanya masih belum kering seutuhnya.

        "Walaupun ini pertama kalinya kita ngobrol saling jujur dan terbuka, gue uda dapet beberapa pelajaran dari lo. Iya, semoga kedepannya keluarga kita baik-baik aja ya? Semoga kita bisa semakin deket dan gue bisa jadi saudara yang mirip bayangan lo selama ini," aku pun tersenyum.

       "Iya Rie, pokoknya harus! Kita damai nih?" Gemini mengangkat jari kelingkingnya.

       "Damai dong," kuangkat juga jari kelingkingku sebagai tanda perdamaian. "kita kan keluarga! Hahah, uda masuk yuk! Muka lo jelek kalo nangis kaya tadi. Tar anak-anak pada takut lagi kenalan sama lo." Kutarik lengan Gemini untuk masuk ke dalam sekolah.

        "Pelan-pelan ih!" Teriak Gemini.



~*~


 
Langit berwarna jingga sore ini terlihat menawan. Angin yang bertiup sangat damai, membuat tubuh terasa nyaman. Semua pikiran negatif tentang perempuan pun, seperti hilang terbawa arus angin sore. Lambat laun, aku semakin nyaman dengan keluargaku yang sekarang. Meski baru 3 minggu tinggal bersama, aku sudah merasa kerasan dengan keadaan kami semua.

         Kupasang earphone yang selalu aku bawa ke mana-mana. Jika benda ini tak ada, aku tak tahu lagi harus melakukan apa. Hanya earphone inilah yang bisa menjauhiku dari bisikan-bisikan aneh jika aku sedang sendirian.

        "Woy! Lagi apa luuuu?" tiba-tiba Gemini muncul mengejutkanku yang sedang duduk di kursi taman belakang rumah.

        "Rese lu ya make ngagetin gue segala. Liatkan gue lagi apa? Lagi menikmati udara sore sambil dengerin lagu enak tau!" ucapku penuh ekspresi.

       "Emang dengerin lagu apa sih?" Gemini merebut ponselku. "Anjrit, lagu duo serigala? Apa enaknya gila!" satu cubitan mendarat di bahuku.

        "Hahah enak tau! Eh laper ga?" tanyaku mencoba perhatian.

        "Banget! Lo mau masak? Ikut!" Gemini terlihat sangat antusias.

        "Yauda ayo!" ajakku.

        Aku dan Gemini segera menuju dapur. Kedua adikku, Leo dan Virgo, terlihat sedang bermain playstation di ruang keluarga. Begitulah mereka, jika papa tak ada, mereka akan membunuh waktu dengan bermain playstation. Papa sudah kembali bertugas sejak kemarin pagi. Begitu pun mama baruku, beliau harus memeriksa butiknya yang berada cukup jauh dari rumah. Jadilah semua anak lucu nan imut ini ditinggal sendirian.

         "Masak apa Rie? Yang enak terus pedes dong!" setelah sampai di dapur, Gemini langsung menyodorkan cabe rawit ke arahku.

         "Em pedes? Kentang sambalado sama ayam goreng pake sambel aja yuk!" tawarku penuh semangat.

        "Mau, mau banget! Apa aja nih bahannyaaa?!" Gemini tak kalah semangat. Dia langsung membuka kulkas, bersiap membawa bahan-bahan.

        "Tuh di kulkas ada kentang di keresek item, bawa aja semua. Ayamnya ada di freezer. Lu kupasin kentangnya, terus potong-potong dadu ya? Gue mau blender bumbunya dulu," terangku dengan jelas.

        Kami pun terlarut dalam udara panas dari kompor di dapur ini. Ditemani canda dan tawa, dalam waktu satu jam lebih saja makanan sudah selesai dibuat. 

        "Yey uda jadi!" teriak Gemini kegirangan.

        "Bawa ke meja makan gih! Gue siapin piring sama minumnya dulu yap," aku bergegas membawa piring dan juga gelas. Jam sudah menunjukan pukul enam lebih 13 sore. Azan Magrib pun berkumandang.

        "Alhamdulillah ... Leo, Virgo, sini makan!" teriak Gemini tak sabar. Leo dan Virgo pun segera berlari ke meja makan.

        "Kaya buka puasa aja ya kita? Hahaha," tanyaku dengan tawa renyah.

        "Oh iya, Mama pulang jam berapa kak?" Leo bertanya kepada Gemini.

        "Kayanya malem sih ... Biasa, orang sibuk." Sembari menuangkan air ke dalam gelas, Gemini terdengar sedang bersenandung kecil.

        "Ye, mau makan malah nyanyi!" tegurku.

       Setelah hidangan siap tersaji, kami pun berdoa bersama sebelum menyantap hidangan. Untuk beberapa saat, suasana pun hening. Semua sudah mulai fokus menyantap makanan masing-masing. Leo dan Virgo terlihat lahap menyantap hidangannya.

       "Eummmm ... Enak banget Rie!" Gemini memuji masakanku. "Belajar masak dari mana?"

        "Mama gue. Tadi dia yang kasih tau gue bumbu-bumbunya," jawabku enteng.

        "TADI?! TADI APA MAKSUDNYA?!" tiba-tiba saja Gemini menjadi panik. Dia menjatuhkan sendok dan garpuhnya dengan keras.

       "Iya tadi ... Mama gue kan ada di dapur," jawabku jauh lebih tenang.

       "Kak Aries kan bisa liat orang yang uda meninggal, Kak. Kadang Mama masih sering dateng ke sini buat ngawasin kita semua ..." Leo memberikan penjelasan. Aku hanya tersenyum saja.

        "APAAA?!" Gemini pun pingsan.





-tamat-