22 Oktober 2015

#enamsepuluh bagian 3 - Masa bodoh.

Untuk edisi #enamsepuluh bagian 3

Lenggangnya malam di kota parahiyangan seakan menusuk hati untuk mengingat kembali setiap luka yang terus terasa perih. Tapi hati, sulit tenang meski musik semakin cepat menggema, mengajak kaki untuk bergerak berdansa. Air penuh dosa itu terus melambai girang untuk mengajak bersetubuh bersama. Dalam gemerlam dunia malam, aku masih merasakan kesepian.


####

Ahh.... Hampir saja aku lupa bagaimana rasanya bisa bercengkrama hangat bersama kawan. Kapan terakhir aku berbicara dengan mereka? Tapi yang tepat, kapan terakhir aku bertemu "seseorang" dan bercerita bersama? Ahh.... Sudah lama sekali.

Aku terlalu sibuk menyendiri, meluapkan berbagai cerita kepada angin dengan harapan semua kegundahan ini akan pergi tertiup bersamanya. Tapi yang terasa nyata, memang tak ada satu pun yang bisa kuajak berjalan dan saling meluap cerita. Sangat malas untuk memikirkan orang-orang yang kini asyik dengan dunianya. Aku butuh ketenangan... Bosan rasanya terus memikirkan mereka yang tak bisa memikirkan sekitar.

Mungkin, ini pertama kalinya aku bertingkah masa bodoh terhadap hal apa pun. Mulai detik ini, tak ada lagi Aries yang peduli terhadap kebahagiaan orang lain. Yang aku inginkan sekarang hanya melepas segala penat dan kesakitan yang ada, dengan sebuah kesenangan yang mungkin sulit untuk didapatkan oleh sosokku yang sekarang.

Menyusuri jalanan kota ini sendirian ternyata sangat nikmat. Udara malam yang lembap meski hujan tak kunjung turun, bisa meredakan emosi yang sejak lama mengendap. Baru aku sadari bahwa malam di kota ini sangatlah indah. Di segala arah, manusia sibuk untuk mencari kebahagian dari hidup. Mereka berkumpul dan selalu terlihat bersama-sama. Setiap pojok kota pun, penuh dengan senyum dan gemerlap lampu jalanan. Tak terlihat sosok penyendiri selain diriku. Ah... Bodohnya aku baru menyadari akan hal ini sekarang. Aku terlalu sibuk meratapi hati yang sakit. Sehingga aku lupa bahwa waktu, bukan hanya diam membasah di mata saja....

Malam minggu selalu menjadi hari yang ditunggu oleh setiap remaja Negeri ini, tapi tidak untukku. Setiap hari, terasa sama tanpa suatu hal yang special. Semakin malam, kota ini semakin ramai. Kota tak akan mati, meski tak seperti ibu kota. Selain itu, beberapa tempat terlihat ramai dengan dentuman musik yang membuat jantung berpacu tak karuan. Sudah lama aku tak menjamah keramaian ini. Dan entah mengapa, angin malam seakan membawaku kemari. Dan ya, sekarang aku di sini memperhatikan segerombol manusia yang tertawa lepas tak sadarkan diri. Mereka menggila! seakan masalah bukanlah beban, seakan bebas bukanlah jeruji besi.

Kutertawa dalam hati, kutelan semua air mata perih. 

Aku ikut serta!

Dalam kesesatan malam, untuk sebuah ketenangan bermandikan dosa.

Dan ternyata, ini sudah bulan ke 7 kau pergi tanpa jejak. Dan aku meneruskan jejakmu untuk ikut serta menghilang, melupakan segala hal dalam kota mati di hati ini.
Seandainya ada kamu yang lain, ini pasti akan terasa mudah. Tapi mereka, tak memberi tanda bahwa kebahagiaan akan segera datang untukku. Maka dari itu, kupilih pergi menyusul teman yang kini menanti di tempat Tuhan.

Ribuan rindu terpendam rapih untukkmu. Semoga kita bertemu meski tetap dalam dunia yang berbeda.

-Aries-
###


Tidak ada komentar:

Posting Komentar