Walapun hasilnya belum kita ketahui baik atau buruk,
Hadapi rasa takut dengan keajaiban dari sebuah keberanian.
Gemercik
air hujan yang kini mereda, saling bertautan dengan desahan angin yang menyapa dedaunan.
Entah mengapa, terdengar merdu seakan menemani langit yang meluntur menjadi
gelap.
Namaku Aries, seorang pelajar kelas 11
disebuah SMA terkemuka di kota Bandung. Rutinitasku di sekolah selalu disibukan
dengan kegiatan kepengurusan OSIS dan beberapa tugas kelompok yang selalu
kelompokku kerjakan di sekolah. Sepertinya, sudah menjadi sebuah kebiasaan
untukku berada di Sekolah higga malam. Dalam satu minggu, bisa dipastikan bahwa
aku selalu berada di sekolah, bahkan di hari minggu dan hari libur lainnya
hingga malam. Dengan statusku sebagai ketua OSIS, membuatku harus mengurus
beberapa hal yang tiak mungkin di kerjakan di rumah. Sekolah, sudah menjadi
rumah kedua untukku. Bahkan, beberapa perlengkapan, baju dan buku sekolahku,
sengaja aku simpan di Sanggar OSIS untuk mempermudahku jika terjadi sesuatu
yang tak terduga.
Hari ini, lagi-lagi aku harus
menghabiskan waktuku di Sekolah untuk mengerjakan beberapa Tugas kelompok. Aku
dan beberapa teman dekatku yang bernama Gemini, Pisces dan Leo, mendapatkan
tugas untuk membuat makalah tentang perkembangan Teknologi. Sudah sedari pukul
empat sore, aku berkutat dengan laptop-ku. Mataku hampir saja sakit karena
terus menatap layar tanpa henti. Sekarang, sudah hampir Magrib. Gemini dan yang
lainnya sedang keluar mencari makanan untuk kita santap sebelum kita berdua
pulang ke Rumah.
Kini, aku sendirian disebuah kelas
yang mungkin, satu-satunya kelas yang lampunya masih menyala. Untung saja aku
ketua OSIS disini, jadi, petugas kebersihan Sekolah tidak keberatan jika salah
satu kelas harus aku gunakan untuk mengerjakan tugas. Mataku sungguh kelelahan
sekarang. Rasa kantuk tiba-tiba saja hadir menyapa kelopak mataku untuk
menutup. Dalam hitungan detik saja, aku sudah tertidur...
“Aries... Aries...” samar-samar aku mendengar
suara seorang perempuan memanggil-manggil namaku. Baru aku sadar, kini, aku
terduduk dengan tangan dan kaki yang terikat pada sebuah bangku dan
sekelilingku sangatlah gelap. Di depanku, terlihat sebuah tangga yang bagiku
sudah tak asing lagi bentuknya. Tertulis lantai 4 di tembok dekat tangga itu.
Sekarang, baru aku sadar. Ini adalah tangga Sekolahku!. Tapi entah mengapa,
keadaannya sedikit berbeda. Suara Perempuan itu kembali terdengar. Saat aku
perjelas arah pandangku, tiba-tiba saja ada sesosok Perempuan yang muncul
berdiri didekat tangga!. Wanita itu berkata “Tolong aku” dan berlari menuju
lantai empat. Bukan rasa takut yang datang menyerangku. Melainkan, rasa
penasaran yang kini mendorongku untuk terbebas dari tali yang terikat di tangan
dan kakiku dan ingin segera ikut berlari menaiki tangga tersebut.
“ARIES!!!!! BANGUN WOY!!!” suara
seseorang yang tak asing lagi terdengar sangat kencang di telingaku.
“haaaa!!!” aku tersentak karena
suara tadi. Saat aku perhatikan sekelilingku, ternyata aku masih berada di
kelas yang sedari sore tadi, digunakan untuk mengerjakan tugas oleh kelompokku.
Jam dinding menunjukan pukul 18.10 sore. Sudah Magrib ternyata!.
“Cuma mimpi toh...” saat aku melihat
siapa orang yang membangunkanku tadi, ternyata suara familiar itu adalah suara
si Gemini! Sebenarnya aku sudah menduga itu. Suaranya yang lantang namun
terkesan cempreng, memang bisa
membuat telinga siapapun yang mendengarnya terasa sakit. Dan hanya suara Gemini
lah yang seperti itu. Hampir saja aku akan mencium pipinya karena merasa kesal dibangunkan
seperti tadi–jika kesal, aku selalu ingin mencium pipi seseorang. Entahlah, ini
sangat aneh– Tapi saat aku hendak berdiri, kepalaku tiba-tiba saja terasa
sakit.
“Mimpi apaan lo? Lagian di tinggal
bentar juga langsung tidur. Mana uda magrib jugakan. Parah emang.” Leo kini
ikut bersuara, dan sukses membuat rasa kesalku bertambah satu level. Sekilas
aku lihat, Pisces membawa sebuah kantung plastik yang sudah aku pastikan isinya
adalah makanan.
“Gue tadi mimpi aneh banget.” Aku membuka
cerita dengan mimik wajah yang kubuat se-misterius mungkin agar mereka
penasaran. Kini kita semua sudah terduduk di salah satu bangku yang sudah kita susun
agar terasa nyaman untuk duduk saling berhadapan. Wangi makanan kini menyerang
indra penciumanku. Membuat perutku berdemo menuntut sebuah asupan dengan
segera.
“Mimpi apaan Ri?” Pisces bertanya
dengan wajah sejuta kebingungan. Aku tak langsung menjawab, tapi kini, aku
sibuk menyerang kantung plastik yang tadi Pisces pegang untuk segera
mengeluarkan isinya. Dan benar dugaanku, isinya makanan! Ini nasi padang loh! Wah
pasti enak...
“Yee urusan makanan aja cepet lo!”
Gemini mencubit tanganku dengan kencang. Namun, aku hanya cengengesan dan
segera melahap nasi padang yang kini terlihat semakin mengiurkan.
~*~
Singkat
cerita, selesai makan dan sholat magrib, aku langsung menceritakan tentang
mimpiku tadi. Dan entah mengapa, perasaanku mengatakan bahwa mimpiku ini
memiliki arti tersembunyi. Egoku terus menerus meronta agar kakiku melangkah menuju
lantai empat. Aku yakin, pasti aku akan menemukan sesuatu disana.
“Yakin mau naik ke sana? Bukannya apa-apa,
tapi, gue denger, di lantai empat emang angker Ri! Bahkan, petugas kebersihan
sekolah aja nggak berani kesana malem-malem gini” Leo mempertanyakan perihal
aku yang mengajak mereka semua untuk menaiki tangga ke lantai empat. Kini,
posisi kami sudah berada tepat di depan tangga menuju lantai empat.
“Iya, uda jam 7 juga. Gue pengen
pulang ah! Ayo turun lagi guys!.”
Pisces kini terlihat ketakutan.
“Iya, gue juga pengen pulang ah. Serem
banget! Perasaan gue ga enak banget nih...” kini Gemini yang ikut merasa takut
dan meminta untuk pulang.
“Ah kalian cemen banget. Yauda gue
yang naik sendiri. Tapi, kalian tunggu disini ya!” Dengan tangan memegang
senter hasil meminjam dari petugas kebersihan sekolah, aku berlaga sudah siap
untuk naik.
Sebenarnya, aku berkata seperti
tadi, sekedar untuk menyindir mereka dan berharap mereka akan segera berkata “tunggu
gue ikut”. Namun naas, mereka tak mengeluarkan sepatah kata pun sebagai reaksi
dari apa yang aku lakukan. Sepertinya, mereka merelakanku untuk menaiki tangga
itu sendiri. Jujur saja, sebenarnya, aku sedikit takut. Apa lagi, setelah Leo
berkata seperti tadi. Tapi, kaki ini bergerak tanpa persetujuan menaiki anak
tangga demi anak tangga.
“Hati-hati Ri!” Sial! Mereka ternyata
benar-benar membiarkanku pergi sendiri. Teman macam apa?!. Mau tak mau, aku pun
memberanikan diri untuk terus fokus menaiki anak tangga menuju lantai empat. Malu
rasanya jika harus kembali turun...
Keringat dingin melucur bebas di
pelipisku. Kutenggok sekali lagi kebelakang, namun, mereka bertiga tetap tak
mengikutiku untuk naik keatas. Tenggorokoanku tiba-tiba saja terasa kering. Kakiku
bergetar bukan main saat kulangkahkan kaki diatas anak tangga. Saat kakiku
sampai di lantai atas, suasana sangat sepi dan gelap.
Aku nyalakan senter dan kuarahkan
cahayanya kesegala penjuru. Kosong, keadaan memang gelap dan kosong. Di sepanjang
lorong pun, bisa aku pastikan hanya ada aku sendiri. Bahkan kucing dan semut
saja, tak menampakan bentuk tubuhnya disini.
Tiba-tiba saja, angin dingin bertiup
kencang dipunggungku! Sentuhan angin itu, sukses membuat bulu kudukku berdiri. Tiba-tiba
saja, pintu di kelas paling pojok dari lorong ini terbuka secara perlahan. Suara
pintu itu pun sukses membuat jantungku seakan mau lepas. Sungguh, aku takut!.
Namun, lagi-lagi, kakiku terus
melangkah tanpa persetujuan menuju kelas paling pojok dari lantai empat. Suasana
sangat hening dan sepi. Hanya suara langkah kakiku yang terdengar lebih
berlebihan dari biasanya. Kakiku semakin bergetar hebat. Bahkan, tangan yang
aku gunakan untuk memegang senter pun bergetar!.
“BRUAAK!!!”
“AAAA!!!!!!” aku menjerit kaget. Sekali
lagi, angin bertiup namun lebih kencang dari sebelumnya. Membuat pintu yang
sedari tadi berusaha terbuka secara pelan-pelan, menjadi tertutup rapat. Setelah
aku sampai di kelas paling pojok, perasaanku semakin terasa tak menentu. Jantungku
berdetak lebih kencang dari sebelumnya.
Aku beranikan untuk membuka lagi
pintu kelas yang kini tertutup rapat, dengan tenaga seadanya. Aku berharap
teman-temanku ada disini dan melarangku untuk membuka pintu ini. namun,
lagi-lagi anggota tubuhku bekerja dengan sendirinya tanpa persetujuanku. Sepertinya
benar, rasa takutku kalah besar dengan rasa penasaranku.
Saat aku sampai didekat pintu kelas,
kuberanikan diri untuk masuk lebih dalam dan memperhatikan seisi kelas yang
ternyata sangat sepi dan kosong tanpa barang yang berarti. Hanya ada satu
bangku yang terletak di pojok kelas. Entah untuk apa bangku itu disimpan
disana... Terkesan sangat menyeramkan dan penuh tanda tanya. Aku arahkan cahaya
senter kearah bangku itu. Tiba-tiba saja...
ASTAGA!!! DENGAN JELAS, AKU MELIHAT
SESOSOK WANITA SEDANG DUDUK DI BANGKU TERSEBUT!! DIA... DIA... MENUNDUKAN
KEPALANYA!!
Sungguh, aku ingin berlari sekencang
mungkin untuk keluar dan turun ke lantai dasar. Namun apa daya, tenagaku habis
dan tubuhku hanya bisa mematung ketakutan. Jika saat ini bisa aku menangis,
rasanya, aku ingin sekali menangis.
Perempuan itu menunduk dengan rambut
yang menjuntai tak beraturan. Dia menggunakan seragam putih abu percis seperti
yang teman perempuanku gunakan. Tiba-tiba saja, perempuan itu berdiri dan
menunjukan wajahnya. Astaga! Dengan jelas, aku bisa lihat bahwa bagian mulutnya
hancur tak berbentuk! Tubuhnya berwarna pucat seperti mayat hidup yang memang
tak memiliki darah yang mengalir ditubuhnya! Seragam Sekolahnya dihiasi oleh
darah yang mengering!. Keringat dingin mengalir lebih banyak dari pori-pori
tubuhku. Aku benar-benar ketakutan sekarang!. Aku ingin menjerit, namun tak
bisa!.
Perempuan
itu berjalan mendekatiku dengan gontai. Dia mengeluarkan suara...
“Tolong aku....” tangannya berusaha
mengapai tubuhku. Semakin dekat dan semakin dekat!. Bau dupa bercampur bau yang
tak sedap menyeruak dari tubuh perempuan itu. Aku terjatuh. Tubuhku lemas. Untungnya,
tubuhku bisa kugerakan sekarang. Namun, tenaga untuk berdiri ternyata belum ada.
Aku merangkak hendak keluar dari
kelas sialan ini! Perempuan itu, terus mendekat dan berusaha mengapai tubuhku. Tiba-tiba
saja, perempuan itu berhenti dan menjerit keras! Darah mengalir deras dari perutnya
dan berhamburan menuruni kaki dan roknya. Perempuan itu terlihat sangat
kesakitan! dengan jelas, sesosok tubuh mungil terjatuh dari balik roknya. ITU
SEORANG BAYI! PEREMPUAN INI MELAHIRKAN!!!
Aku sungguh tak percaya dengan apa
yang aku lihat. Kini, perempuan itu mengapai bayi yang keluar dari balik roknya
dan segera mengendongnya. Kini, perempuan itu tertawa dengan kencang dan sukses
membuat diriku kembali ketakutan. Perempuan itu terus tertawa tanpa henti dan
terdengar sangat menyeramkan! Aku yang panik, berusaha bangkit dan berlari
keluar kelas. Berhasil! Aku segera berlari tanpa memperhatikan apapun. Keadaan yang
gelap, tak menjadi penghalangku untuk terus berlari menuju tangga.
Tiba-tiba, kakiku tersandung oleh
sesuatu yang cukup keras. Dengan samar tanpa penerangan, aku masih bisa lihat
bahwa itu adalah sesosok bayi! Ya, kakiku tersandung oleh sesosok bayi yang
entah dari mana datangnya! Aku menjerit, dan jeritanku berhasil membuat Leo dan
yang lainnya panik. Bisa kudengar jelas suara Leo dan yang lainnya memanggil-manggil
namaku dengan histeris. Langkah kaki terdengar berhamburan mendekat kearahku. Namun
aku yang panik, kehilangan kesadaran dan bertingkah seperti orang gila yang sangat
ketakutan.
Anehnya, aku bisa melihat diriku
sendiri yang kini sedang menaiki tembok pembatas dan melompat bebas dari lantai
empat. Dengan cepat dan setengah sadar, aku mengikuti ketiga temanku turun ke
lantai dasar. Mereka menjerit histeris dan terus menerus memanggil-manggil
namaku. Suara tangisan kini terdengar kencang saat kami sampai dan dihadapkan
oleh tubuhku yang tergeletak tak bernyawa dengan darah yang mengenang di tanah.
Beberapa orang yang mendengar suara
tangis dan jeritan dari teman-temanku yang kini meminta tolong, kini datang
mendekati kami. Mereka sama paniknya dengan kami semua saat melihat seonggok
tubuh terkapar tak bernyawa di tanah. Aku dibiarkan kebingungan sendirian
sekarang. Bisa aku lihat, bahwa itu, adalah tubuhku. Tapi aku, ada disini!
didekat teman-temanku! Aku tak mengerti dengan apa yang terjadi. Sungguh, aku
tak mengerti!!!.