22 Oktober 2015

#enamsepuluh bagian 3 - Masa bodoh.

Untuk edisi #enamsepuluh bagian 3

Lenggangnya malam di kota parahiyangan seakan menusuk hati untuk mengingat kembali setiap luka yang terus terasa perih. Tapi hati, sulit tenang meski musik semakin cepat menggema, mengajak kaki untuk bergerak berdansa. Air penuh dosa itu terus melambai girang untuk mengajak bersetubuh bersama. Dalam gemerlam dunia malam, aku masih merasakan kesepian.


####

Ahh.... Hampir saja aku lupa bagaimana rasanya bisa bercengkrama hangat bersama kawan. Kapan terakhir aku berbicara dengan mereka? Tapi yang tepat, kapan terakhir aku bertemu "seseorang" dan bercerita bersama? Ahh.... Sudah lama sekali.

Aku terlalu sibuk menyendiri, meluapkan berbagai cerita kepada angin dengan harapan semua kegundahan ini akan pergi tertiup bersamanya. Tapi yang terasa nyata, memang tak ada satu pun yang bisa kuajak berjalan dan saling meluap cerita. Sangat malas untuk memikirkan orang-orang yang kini asyik dengan dunianya. Aku butuh ketenangan... Bosan rasanya terus memikirkan mereka yang tak bisa memikirkan sekitar.

Mungkin, ini pertama kalinya aku bertingkah masa bodoh terhadap hal apa pun. Mulai detik ini, tak ada lagi Aries yang peduli terhadap kebahagiaan orang lain. Yang aku inginkan sekarang hanya melepas segala penat dan kesakitan yang ada, dengan sebuah kesenangan yang mungkin sulit untuk didapatkan oleh sosokku yang sekarang.

Menyusuri jalanan kota ini sendirian ternyata sangat nikmat. Udara malam yang lembap meski hujan tak kunjung turun, bisa meredakan emosi yang sejak lama mengendap. Baru aku sadari bahwa malam di kota ini sangatlah indah. Di segala arah, manusia sibuk untuk mencari kebahagian dari hidup. Mereka berkumpul dan selalu terlihat bersama-sama. Setiap pojok kota pun, penuh dengan senyum dan gemerlap lampu jalanan. Tak terlihat sosok penyendiri selain diriku. Ah... Bodohnya aku baru menyadari akan hal ini sekarang. Aku terlalu sibuk meratapi hati yang sakit. Sehingga aku lupa bahwa waktu, bukan hanya diam membasah di mata saja....

Malam minggu selalu menjadi hari yang ditunggu oleh setiap remaja Negeri ini, tapi tidak untukku. Setiap hari, terasa sama tanpa suatu hal yang special. Semakin malam, kota ini semakin ramai. Kota tak akan mati, meski tak seperti ibu kota. Selain itu, beberapa tempat terlihat ramai dengan dentuman musik yang membuat jantung berpacu tak karuan. Sudah lama aku tak menjamah keramaian ini. Dan entah mengapa, angin malam seakan membawaku kemari. Dan ya, sekarang aku di sini memperhatikan segerombol manusia yang tertawa lepas tak sadarkan diri. Mereka menggila! seakan masalah bukanlah beban, seakan bebas bukanlah jeruji besi.

Kutertawa dalam hati, kutelan semua air mata perih. 

Aku ikut serta!

Dalam kesesatan malam, untuk sebuah ketenangan bermandikan dosa.

Dan ternyata, ini sudah bulan ke 7 kau pergi tanpa jejak. Dan aku meneruskan jejakmu untuk ikut serta menghilang, melupakan segala hal dalam kota mati di hati ini.
Seandainya ada kamu yang lain, ini pasti akan terasa mudah. Tapi mereka, tak memberi tanda bahwa kebahagiaan akan segera datang untukku. Maka dari itu, kupilih pergi menyusul teman yang kini menanti di tempat Tuhan.

Ribuan rindu terpendam rapih untukkmu. Semoga kita bertemu meski tetap dalam dunia yang berbeda.

-Aries-
###


29 September 2015

#EnamSepuluh bagian 2 - Pada waktu malam

Untuk edisi #enamsepuluh bagian 2



Belum pernah terpikirkan–lagi–untuk bisa menjadi kelelawar yang hidup saat gelap, dan mati saat fajar tiba. Untuk menahan rasa kantuk saja, aku tak bisa. Aku patuh dan menggengam teguh sebuah aturan bahwa: sebagai pelajar yang baik, pukul 7 malam harus belajar, dan nanti pukul 10 malam harus sudah terlelap.

Aku sempat membenci malam. Karena saat dulu, pengalaman pahit tentang malam pernah aku alami. Di kala yang lain tenang dalam mimpi indahnya, aku harus dihadapkan pada situasi di mana mimpi buruk yang nyata selalu hadir di waktu malam–mimpi buruk itu tentang hal yang tak bisa semua orang lihat.

Aku sangat ingin mengubur semua hal tentang mimpi buruk tersebut. Namun ternyata, tak pernah bisa. Seberapa keras pun kucoba untuk melupakan hal itu, semakin banyak orang yang mengingatkanku tentang hal tersebut.  

Kala itu, sangat mustahil mendapatkan tidur nyenyak tanpa gangguan dari macam-macam hal. Hampir setiap malam mataku terjaga mengawasi mereka yang tak bisa dilihat oleh banyak orang. Secepat darah yang mengalir di tubuhku, muncul pula rasa takut yang teramat takut mengiringi. Setelah menempuh banyak jalan yang memerlukan banyak tenaga dan pengorbanan, akhirnya lambat-laun aku pun terbiasa dan mulai mendapati jatah tidur normal layaknya pelajar patuh terhadap aturan. Hingga lupalah aku bagaimana rasanya terjaga pada malam –pagi buta– hari. Dan aku pun bersyukur tak harus datang ke sekolah dengan wajah lesu dan rasa kantuk lagi, dan tak lagi mendapatkan julukan Aries si horor.

Namun tiba-tiba, kau datang menyapa malamku seakan memaksa untuk tetap terjaga. Aku yang kala itu tengah berusaha setengah mati untuk tidak tertidur karena sebuah keharusan dalam mengerjakan tugas pun, merasa mendapati tenaga baru untuk tak cepat terlelap. Di hari itu pun, aku merasa seperti berada di atas ranjang yang terbuat dari bulu angsa yang halus, ditemani seseorang yang sangat menarik perhatianku. Meski nyaman, namun enggan untuk menutup mata walau sejenak.

Semenjak hari itu, aku pun mencandu  sebuah kenyamanan darimu. Meski harus setengah mati menahan mata yang memberat, meski berkali-kali sempat terkantuk tak sadar, meski harus terus menatap layar ponsel untuk menunggu balasan darimu, itu tetap aku lakukan. Kita saling bercengkrama hingga fajar menampakan wajahnya. Satu hari hingga 1 bulan, kita jalani malam bersama. Percakapan tanpa henti pun kita lakukan. Berbagai hal telah kita bicarakan. Membuat kita semakin saling mengenal satu sama lain, dan membuatku serasa memilikimu.–meski tak secara langsung, sih....

Tapi, malam ini sungguh berbeda. Ini sudah bulan ke 6 sejak menghilangnya kamu dari hidupku. Aku yang sudah terbiasa dan bersahabat lagi dengan sang malam pun, merasa sangat kesepian. Canda itu telah hilang. Kebersamaan kita telah musnah. Percakapan malam telah terbang bersama angin hingga lenyap. Dan aku, tetap terjaga sembari mengenang semua memori tentangmu.

Aku ingin tahu. Sebenarnya, kamu di sana seperti apa? Baru aku sadari sekarang, bahwa aku belum benar-benar mengenalmu secara utuh. Dinginnya malam baru menyadariku tentang banyaknya pertanyaan yang belum aku lontarkan untukmu. Dulu, aku terlalu mabuk. Dengan antusiasnya, aku menceritakan semua tentangku agar tak hilang topik di antara kita. Ini sangat tak sebanding. Karena kamu, tak banyak berbicara tentang hidupmu. Dan membuatku menyimpan banyak penasaran yang besar saat ini. Hingga tak jarang, kau hadir dalam mimpiku dengan sebuah jawaban yang sangat ingin aku ketahui, namun berbanding terbalik dengan yang aku kira.

Tapi, apa kamu memikirkanku pada setiap malammu seperti aku memikirkanmu? Apa kamu pernah atau selalu menyebut namaku saat kau merindu, seperti aku merindumu?

Apa kamu baik-baik saja sekarang? Apa ada kawan yang senantiasa membantu dan menemanimu di sana? Apa mereka selalu mengingatkan dan menegurmu tentang baik dan benar?

Ini hampir setengah tahun, kujalani hidup yang monoton tanpa dirimu. Waktu memang berjalan pesat kini. Tapi ingatanku terhadap dirimu, tak mau hilang dengan cepat.

Malam menjadi teman setiaku....
Tidur bukan lagi prioritasku....
Menikmati mimpi dalam lelap, bukan lagi keinginanku....

Tak ada lagi pukul 3 pagi yang hangat bersama dirimu. Aku lupa seperti apa suaramu. Karena aku, hanya 2x mendengarnya.... Dan kini, aku sangat-sangat ingin mendengar suaramu hingga mungkin aku terlelap dan bisa memelukmu dalam kenyataan.

Kamu seperti hantu. Nyata, namun tak terlihat. Tapi aku rela dihantui olehmu hingga waktu lama seperti sekarang ini.


-Aries-

28 September 2015

#Enamsepuluh bagian 1 - Sudah berapa lama?

Untuk edisi #EnamSepuluh Bagian 1



Langkahnya kini terseok. Tanpa meninggalkan jejak yang berarti seperti dahulu, dia lebih banyak diam memperhatikan sesuatu yang tak nyata....

Namanya kini redup, dan bahkan hampir punah. Tak seperti dulu lagi saat di mana orang-orang selalu mencarinya kapan pun dengan berbagai bujuk rayu.

Rasa kehilangan yang ia rasakan sangatlah dalam. Tapi bukan hanya itu yang membuatnya berubah menjadi membosankan dan hidup bagaikan mayat. Lebih sakit lagi karena rasa kecewa. Dia mengalami rasa kecewa pada level tertinggi dengan penuh pengorbanan nyata. Menimbulkan luka yang tertimbun dalam, bersama dengan nama seseorang yang setia melekat. 

Haruskah dia membenci? Dia ingin. Tapi hatinya tak pernah mengizinkannya untuk membuang luka dan menggali hati untuk menghapus nama yang tertimbun di sana.

Sebut dia.... Aries.

#####

Tatapan tanpa semangat terpantul di cermin kamar. Sudah kali ke berapa dalam seminggu ini aku bercermin? Rasanya tak sering. Aku takut untuk melihat penampilanku kini yang sudah pasti tak karuan. Kuucapkan maaf untuk tubuhku beserta segala organ dan sel yang sudah susah payah bekerja untuk menjaga tubuhku, namun kuacuhkan karena kondisi perasaan yang meradang.

Kamar yang semula selalu rapih, kini berdebu dengan segala barang yang tersebar di sana-sini. Sebenarnya, Aku sadar jika semangatku telah pergi. Kukutuk diriku sendiri karena melakukan hal yang disadari tak berguna, namun tetap dilakukan. Hampir setiap malam kurenungi apa yang telah terjadi, dan apa yang sudah kulewati dengannya yang membuatku terpuruk jatuh dengan kepala menempel di tanah.

Satu tahun bukanlah waktu yang sebentar. Dan selama satu tahun pula, kamu berhasil merubah hidupku menjadi diam di tempat. Sebenarnya, sudah dari awal aku tahu jika mengenalmu hanya akan memberikan luka yang panjang, diselingi kebahagiaan yang semu. Aku hanya mabuk akan wajah dan pesonamu. Fokusku teralihkan jika sudah terlibat percakapan bisu dengamu. Dalam sekejap saja, dirimu berubah menjadi sosok yang wajib ada di dalam pikiranku. Kuacuhkan segala yang nyata, kutinggalkan semua yang ada, dan kupilih terjun ke dalam dunia yang maya, bersama dirimu yang tak kuketahui jelas seperti apa.

Feeling-ku sudah memperingati jika mengenalmu, hanya akan merusak segala mimpi dan kondisi di dalam hidupku. Tapi... Aku baru merasakan yang seperti ini. Dan aku, sangat penasaran seperti apa akhirnya kelak. Jika buruk dan menyedihkan, aku yakin itu bukan akhir. Karena bahagia, barulah yang namanya akhir.

Tapi ternyat benar...Mengenalmu hanya membuat luka, dan merusak segala mimpi dan kondisi dalam hidupku. Aku terlalu mabuk. Hingga kapal yang aku tumpangi untuk terjun ke dunia baru yang maya, terasa berguncang dan membuat halusinasi yang membahagiakan. 3 bulan pertama kita bersama, hanyalah kejadian palsu yang membuat kebahagiaan semu untukku. Kala itu, terlalu banyak waktu luang untuk kita tetap berkomunikasi, dan saling membuat drama dan bercerita kisah yang entah mana yang bisa dikatakan benar. Semua terasa indah dan lengkap. Membuat rasa ketergantungan perlahan hadir dan membengkak minta ditemani setiap saat. Baru aku sadari kini. Ternyata, aku hanya dijadikan pelampiasan saat sepi menerpa tubuhmu. Aku hanya tempat pelabuhan ke dua, atau mungkin ke tiga saat orang tersayang pergi dan mengacuhkanmu. Dan aku, hanya dijadikan tempat peluapan emosi dan ajang balas dendam atas perlakuannya kepadamu. 

Katakan aku salah dan buatlah alasan logis atas apa yang sebenarnya terjadi. Bisakah? Ah, aku sudah tau jika ini benar. Jadi, aku tak mengharapkan pembelaanmu lagi. Karena saat setiap masalah yang membuat pertengkaran di antara kita datang, kau tak pernah memberikan pembelaan.  Meski aku tahu itu semua, aku tetap sedia bermain peran demi memuaskanmu....–Jangan sebut aku Aries jika aku hanya memikirkan perasaanku saja. Aku Aries, dan aku rela bodoh untuk terus memikirkan perasaan dan kebahagiaan orang-orang di sekitarku.

Kau tahu? Sebenarnya tak ada kata sibuk yang benar-benar sibuk dalam hidup ini. Semua kembali lagi tentang apa yang kita prioritaskan. Dan setelahnya, kita akan menyibukan diri dengan hal pilihan kita, dan membuat sibuk menjadi sebuah alasan saat kita menjauhi sesuatu hal karenanya. Dan aku, memang bukan salah satu prioritasmu. Karena saat kemalangan dan segala rasa sakit menimpaku, kau membiarkanku merangkak sendiri mencari semangat hidup yang sebenarnya hingga saat ini pun belum aku temui. Aku tahu, sudah ada dunia baru yang lebih nyata menemanimu setiap hari disertai berbagai watak manusia barunya. Dan begitulah dirimu. Mudah sekali meninggalkan dunia kita, dan berpindah ke tempat baru dalam waktu yang singkat. Tapi... apa pantas aku sebut "kita" ?.

Bulan ke limalah kau pergi menghilang tanpa kabar. Jutaan cara kulakukan untuk mencari keberadaanmu. Dan setelah kutemui caranya, kau bertingkah seakan kau baru terbangun dari tidur di pagi hari yang cerah, bagai tak ada hal buruk yang pernah terjadi. Berkali-kali kau menghilang, berjuta-juta kali kulakukan segala cara untuk mencarimu dan membuatmu kembali. 

Hingga akhirnya aku pun lelah... 

Kubiarkan kau pergi, dan kutahan diriku untuk tidak melakukan segala cara untuk membuatmu kembali. Ini sangat sulit... Sulit sekali. Aku tak pernah bisa terbiasa tanpa dirimu. Aku sulit terbiasa untuk menerima perlakuanmu. Bahkan, Hingga saat ini pun masih terasa sulit. Terlalu banyak air mata yang kubuang untukmu. Terlalu banyak pengorbanan berupa tenaga, fisik, jam tidur, pikiran, uang, bahkan mimpi-mimpiku agar terbiasa tanpa dirimu. Rasa kecewaku sudah semakin memuncak. Tapi tetap saja tak membuatku berhenti untuk tidak menghilangkan semua rasaku kepadamu. Namamu terlanjur tertanam dalam dan mengalir bersama darah di tubuhku. Dan aku, sulit untuk tidak memikirkanmu. Meski pada waktu ini aku sudah ikhlas dan membiarkanmu pergi pun, namamu masih menjadi nama wajib yang aku sebut. Wajahmu masih saja membayang di pikiranku, dan terus menjadi hantu di setiap mimpi di tidurku. Kadang indah, kadang sebaliknya....

Mungkin ini akan terasa mudah jika aku punya teman. 
Teman untuk menopang, dan menjadi tempat berkeluh kesahku dengan berbagai cerita tentang dirimu. Tapi apa? Siapa yang aku punya? Siapa yang bisa kujadikan tempat untuk bercerita? Kupendam ini semua sendiri. Karena kini, aku memang benar-benar sendiri. Hanya terbaring di sebuah kamar pada rumah yang sangat kecil, tanpa melakukan hal-hal yang bermanfaat untukku atau orang lain.

Feeling-ku sudah malas untuk memberikan peringatan atau gambaran. Dan kini, aku benar-benar kehilangan arah. Tak ada semangat dan tujuan yang benar-benar ingin aku dapatkan. Dan aku, benar-benar mengutuk diriku yang terlalu berani mengumbar segala rasa, kisah, dan kejadian pada sebuah tulisan. Aku terlalu berdrama kini. Kuakui jika kini, aku memang sedang mencari perhatian orang-orang, karena sudah lama sekali aku ingin merasakan diperhatikan lagi.  Tapi ternyata, aku hanyalah pengecut yang kalah perang, dan bersembunyi pada tempat yang sudah banyak orang ketahui keberadaannya seperti apa, mulai saat ini.


Aku baik-baik saja. Meski aku berbohong pada diriku sendiri....

Tapi, aku berharap kau benar-benar baik sekarang. Berikan jejak sekali-kali, ya, agar aku tahu jika kamu memang baik-baik saja sekarang–meskipun kau menghilang entah ke mana.

Satu lagi, semoga kebahagian selalu bersamamu, ya. Tak ada habisnya aku berdoa untukmu, dan semua hal tentang dirimu. Meski ini terdengar klise, tapi semoga Tuhan mengabulkannya.

Kau bukan hanya sebuah nama untukku....

-Aries-

15 Juli 2015

Andori dan Gama bagian 2



 (Baca dulu bagian 1 di sini ya---> Bagian 1 )


Apa yang Andori lihat Sangatlah mengejutkan! Karena dari lantai atas, Andori bisa melihat dengan jelas bahwa Gama bersama personil JKT48 berkumpul di bawah sana. Gama berdiri paling depan. Lalu, di ikuti sejumlah personil JKT48 yang berbaris membentuk tulisan "LOVE U". Tiba-tiba saja musik berderu kencang. Para personil JKT48 pun menari sambil bernyanyi lagu Heavy Rotation untuk Andori. Yang tak diduga, Gama pun ikut andil untuk menari! Namun sayang, bukan terlihat menakjubkan, Gama malah terlihat seperti charli ST12 yang terserang stroke.Entah mendapat ide dari mana, Gama mengubah gaya rambutnya menjadi mirip Charli ST12.

            Namun, kekonyolan Gama tak menghentikan tangisan Andori. Saat melihat Gama bernyanyi, tangisan Andori semakin kencang. Tanpa diduga, Andori berteriak;

“ANJRITTT UDA BAGUS-BAGUS, SO SWEET, NGAPAIN LO IKU JOGET SIH? NYESEL AKU UDA LIAT KE BAWAH!!”. Ternyata, itu bukan tangisan haru guys...

            Karena jarak antara lantai 2 kelas Andori dan lapangan cukup jauh, Gama pun tak bisa mendengar perkataan Andori dengan jelas. Gama mengira bahwa Andori berkata
“ANJRITTT BAGUS BAGUS, SO SWEET, I LOVE YOU”. Lantas, Gama pun menjawabnya dengan “I LOVE YOU TOO!!” sembari jemarinya membentuk love percis seperti video clip SM*SH...

            Andori pun lelah. Dia kembali terduduk di lantai sembari ketakutan karena mendapati Gama yang sedang menari bersama para personil JKT48. Dia terlalu takut jika saja tadi, sebelum Gama memulai kejutan ini, Gama sempat bertukar kontak Line dengan Nabilah JKT48. Andori takut bahwa cintanya nanti akan terbagi dua. Andori tak akan siap untuk dimadu oleh Gama...

            Andori meneteskan air mata karena rasa takut yang semakin menjadi-jadi. Jika ternyata Gama hanya mempermainkan dirinya, Andori tak akan memaafkannya!. Andori kembali berdiri dan melihat ke lantai bawah melalui jendela. Ternyata, Gama sudah tak ada di sana. Tuhkan bener! Dasar cowok, emang raja PHP!! Andori kembali menangis. Tanpa disangka, terdengar suara pintu terbuka. Tapi Andori, tak menghiraukan suara pintu yang terbuka itu. Dia memillih utuk menangis sembari memainkan ingusnya yang keluar tanpa terduga.

            Tanpa Andori tahu, Gama sudah masuk ke dalam kelas. Gama berdiri tepat di belakang Andori, lalu, memegang kedua tangan Andori dari belakang, dan merentangkannya seperti adegan di film Titanic. Andori terkejut. Dia menoleh sedikit ke belakang untuk melihat siapa orang yang berani merentanan tangannya ini. “Gama?” lirih Andori sedikit serak akibat menangis tadi. Gama hanya mengangguk saja... Angin pun bertiup membuat rambut Andori berterbangan.

            “Gam... ketek kamu bau asem ya?” Andori membalikan tubuhnya, lalu menatap mata Gama. “Rambut kamu juga bauk alay Dor...” Kini, mereka saling menatap. Tatapannya penuh arti... Mereka lalu berpelukan sembari berkata “I Love You! Kita pacaran ya!” secara bersamaan. –Pasangan aneh...

            Semenjak saat itu, mereka berpacaran. Mereka menjadi satu-satunya pasangan teromantis namun mistis di sekolahnya. Semua yang mereka lakukan bersama sebagai seorang kekasih, memang terlihat aneh dan menakutkan. Namun bagi mereka, itu merupakan hal paling romantis yang tak bisa terlupakan begitu saja.

~*~

Pagi itu, suasan sekolah terlihat lebih sepi dari biasanya. Banyak siswa yang datang terlambat jika pagi hari diguyur hujan seperti sekarang ini. Tapi Gama, sudah datang di sekolah dengan wajah yang sangat bahagia. Pagi itu, Gama sedang menunggu Andori di koridor sekolah. Dia tidak bisa menjemput Andori karena dia, tak punya motor ataupun mobil. Sungguh tak mungkin jika Gama harus menjemput Andori tanpa kendaraan, lalu mereka berjalan kaki, dan Gama mengikatkan tali di leher Andori. –Emangnya Anjing...

            Cukup lama Gama menunggu sembari gelisah, namun Andori tak kunjung datang juga. Tiba-tiba, dengan ajaibnya, datang Pak pos membawa sesuatu untuk Gama. –Asal kalian tau, Pak Posnya, pake sayap kaya model di Victoria Secret! – Ternyata, itu surat. Surat itu, dari Andori.

            Kurang lebih, isinya seperti ini;

            "My baby honey, maaf ya aku nggak bilang dulu kemarin kalau aku mau pindah sekolah lagi. Aku harus pindah ke Jepang karena aku, pengen satu sekolah sama Sinchan. Papa aku juga pengen pergi ke masa depan sama Doraemon. Jadi, aku sekeluarga pergi deh ke Jepang. Sekarang, kita uda di bandara... Tapi Gam, kamu harus tahu, sejak pertama aku cium bau ketek kamu, saat pertama aku nempel di bulu dada kamu, saat pertama aku liat kamu, aku uda sayang sama kamu. Sampai sekarang pun, aku tetep sayang kamu. Inget kata Pasto, aku past kembali!”-Andoriuchuld".

            Isi surat yang sok imut ini sukses membuat Gama GEGANA (Gelisah Galau Merana) seketika. Gama yang sedih namun kesal dengan ketidak jujuran Andori, langsung meremas surat itu seperti sedang meremas susu sapi. –SUSU SAPI ya–Gama meneteskan air mata. Lantas, dia melempar surat itu ke arah belakang. Tanpa dia tahu, surat itu mengenai kepala Obama hingga Pak Obama terkena migren.

            Tanpa memperdulkan hujan yang turun, Gama berlari dengan cepat menuju bandara. Baju seragamnya kini basah. Membuat badanya yang atletis serta ditumbuhi bulu-bulu gemas, terekspos begitu saja. Orang-orang yang melihat pemandangan itu, langsung salah fokus dan saling berdesahan. Gama tak memperdulikan itu! Dia terus berlari menuju Bandara, karena takut jika Andori sudah tak ada di sana.

            Dengan keringat yang bercucuran serta hati yang tak karuan, akhirnya Gama pun sampai di bandara. Dia lekas mencari keberadaan Andori. Tapi, tidak dia temukan juga!. "DORIIII!" Tiba-tiba, Gama menjerit kencang sambil berlutut percis seperti adegan-adegan di sinetron Indonesia. Lalu, suara petir ikut menghiasi adegan lebay dan penuh drama ini. Lagu Berhenti berharap milik Sheila On 7 yang bersenandung, semakin mencabik-cabik hati Gama hingga bernanah.

            Gama pun kembali menangis dengan menutup wajahnya. "Gama!!...". Suara itu sukses membuat Gama kaget dan mencari sumber suara tersebut. Dia mencari di keteknya, tapi tak ada. Dia mencari di bawah alas sepatunya, tetap tak ada. Dia mencari di kolong bangku-bangku pun, masih tak ada juga. Saat dia berbalik badan, dia kaget! Dia melihat bidadari membawa koper dengan menenteng bungkusan nasi Padang yang sangat banyak dari kejauhan. Ternyata itu Andori!.

            Akhirnya ketemu juga!! Sahutnya. Gama pun berlari mendekati Andori dan memeluk Andori dengan erat.

Andori: "Maafin aku Gama, baru bilang sekarang.. Jangan nangis gini dong!”:'(
Gama:" “Dor, plis banget...” belum selesai berbicara, Andori sudah memotong.
Andori: “ Nggak bisa Gam! Please, ngertiin aku!” sembari menutup mulut Gama.
Gama: “wjfgab ncshcsv kcvv zx ....x” entah apa yang Gama katakan.Suaranya kurang jelas, Andori nutupin mulutnya sih!
Andori: “Ngomong apa sih?” Andori tak mengerti. Lalu, dia mengelus pipi Gama dengan harapan Gama bisa sedikit lebih tenang.
Gama: “Bagi minum Dor... aku haus banget dari tadi lari-lari kaya Tristan” :-'(*gubrakkk!!*
Andori: “dasar, kotoran kuping! Aku kira kamu sedih gara-garaa aku pergi!”

            Akhirnya, Andori memberikan segelas minuman kemasan untuk Gama. Padahal, tadinya minuman itu untuk menemani dirinya makan nasi Padang. Tapi, mau bagaimana lagi, Gama lebih membutuhkannya...

            Kedatangan Gama tak bisa membuat Andori mengurungkan niatnya. Mau bagaimanapun, mereka tetap harus berpisah. Gama terus-menerus memegang erat tangan Andori. Tapi tiba-tiba, ada yang menarik tangan Andori! Tarikannya sangat kuat! Gama yang tak ingin melepaskan pegangan tangannya, memilih untuk kembali menarik tangan Andori dan terjadilah adegan tarik menarik tangan. Saat Andori lihat, ternyata itu Papa dan adiknya yang sedang menarik tangannya!

Gama: *Dori!!....."|
Andori: "Gama!!!....."

            Mereka saling bersahutan. Bahkan, hingga Andori sudah sampai di Jepang pun mereka tetap saling bersahutan melalui skype. Sungguh, pasangan aneh!. Saat itulah, saat di mana mereka terakhir kalinya bisa bertemu secara langsung. Dengan sangat terpaksa, mereka harus menjalankan hubungan jarak jauh, seperti anak ABG kekinian.

***



20 Mei 2015

#KORORkisahorror bagian 2 - Rahasia Lantai ke empat



Walapun hasilnya belum kita ketahui baik atau buruk,
Hadapi rasa takut dengan keajaiban dari sebuah keberanian.


Gemercik air hujan yang kini mereda, saling bertautan dengan desahan angin yang menyapa dedaunan. Entah mengapa, terdengar merdu seakan menemani langit yang meluntur menjadi gelap.

            Namaku Aries, seorang pelajar kelas 11 disebuah SMA terkemuka di kota Bandung. Rutinitasku di sekolah selalu disibukan dengan kegiatan kepengurusan OSIS dan beberapa tugas kelompok yang selalu kelompokku kerjakan di sekolah. Sepertinya, sudah menjadi sebuah kebiasaan untukku berada di Sekolah higga malam. Dalam satu minggu, bisa dipastikan bahwa aku selalu berada di sekolah, bahkan di hari minggu dan hari libur lainnya hingga malam. Dengan statusku sebagai ketua OSIS, membuatku harus mengurus beberapa hal yang tiak mungkin di kerjakan di rumah. Sekolah, sudah menjadi rumah kedua untukku. Bahkan, beberapa perlengkapan, baju dan buku sekolahku, sengaja aku simpan di Sanggar OSIS untuk mempermudahku jika terjadi sesuatu yang tak terduga.

            Hari ini, lagi-lagi aku harus menghabiskan waktuku di Sekolah untuk mengerjakan beberapa Tugas kelompok. Aku dan beberapa teman dekatku yang bernama Gemini, Pisces dan Leo, mendapatkan tugas untuk membuat makalah tentang perkembangan Teknologi. Sudah sedari pukul empat sore, aku berkutat dengan laptop-ku. Mataku hampir saja sakit karena terus menatap layar tanpa henti. Sekarang, sudah hampir Magrib. Gemini dan yang lainnya sedang keluar mencari makanan untuk kita santap sebelum kita berdua pulang ke Rumah.

            Kini, aku sendirian disebuah kelas yang mungkin, satu-satunya kelas yang lampunya masih menyala. Untung saja aku ketua OSIS disini, jadi, petugas kebersihan Sekolah tidak keberatan jika salah satu kelas harus aku gunakan untuk mengerjakan tugas. Mataku sungguh kelelahan sekarang. Rasa kantuk tiba-tiba saja hadir menyapa kelopak mataku untuk menutup. Dalam hitungan detik saja, aku sudah tertidur...

            “Aries... Aries...” samar-samar aku mendengar suara seorang perempuan memanggil-manggil namaku. Baru aku sadar, kini, aku terduduk dengan tangan dan kaki yang terikat pada sebuah bangku dan sekelilingku sangatlah gelap. Di depanku, terlihat sebuah tangga yang bagiku sudah tak asing lagi bentuknya. Tertulis lantai 4 di tembok dekat tangga itu. Sekarang, baru aku sadar. Ini adalah tangga Sekolahku!. Tapi entah mengapa, keadaannya sedikit berbeda. Suara Perempuan itu kembali terdengar. Saat aku perjelas arah pandangku, tiba-tiba saja ada sesosok Perempuan yang muncul berdiri didekat tangga!. Wanita itu berkata “Tolong aku” dan berlari menuju lantai empat. Bukan rasa takut yang datang menyerangku. Melainkan, rasa penasaran yang kini mendorongku untuk terbebas dari tali yang terikat di tangan dan kakiku dan ingin segera ikut berlari menaiki tangga tersebut.

            “ARIES!!!!! BANGUN WOY!!!” suara seseorang yang tak asing lagi terdengar sangat kencang di telingaku.

            “haaaa!!!” aku tersentak karena suara tadi. Saat aku perhatikan sekelilingku, ternyata aku masih berada di kelas yang sedari sore tadi, digunakan untuk mengerjakan tugas oleh kelompokku. Jam dinding menunjukan pukul 18.10 sore. Sudah Magrib ternyata!.

            “Cuma mimpi toh...” saat aku melihat siapa orang yang membangunkanku tadi, ternyata suara familiar itu adalah suara si Gemini! Sebenarnya aku sudah menduga itu. Suaranya yang lantang namun terkesan cempreng, memang bisa membuat telinga siapapun yang mendengarnya terasa sakit. Dan hanya suara Gemini lah yang seperti itu. Hampir saja aku akan mencium pipinya karena merasa kesal dibangunkan seperti tadi–jika kesal, aku selalu ingin mencium pipi seseorang. Entahlah, ini sangat aneh– Tapi saat aku hendak berdiri, kepalaku tiba-tiba saja terasa sakit.

            “Mimpi apaan lo? Lagian di tinggal bentar juga langsung tidur. Mana uda magrib jugakan. Parah emang.” Leo kini ikut bersuara, dan sukses membuat rasa kesalku bertambah satu level. Sekilas aku lihat, Pisces membawa sebuah kantung plastik yang sudah aku pastikan isinya adalah makanan.

            “Gue tadi mimpi aneh banget.” Aku membuka cerita dengan mimik wajah yang kubuat se-misterius mungkin agar mereka penasaran. Kini kita semua sudah terduduk di salah satu bangku yang sudah kita susun agar terasa nyaman untuk duduk saling berhadapan. Wangi makanan kini menyerang indra penciumanku. Membuat perutku berdemo menuntut sebuah asupan dengan segera.

            “Mimpi apaan Ri?” Pisces bertanya dengan wajah sejuta kebingungan. Aku tak langsung menjawab, tapi kini, aku sibuk menyerang kantung plastik yang tadi Pisces pegang untuk segera mengeluarkan isinya. Dan benar dugaanku, isinya makanan! Ini nasi padang loh! Wah pasti enak...

            “Yee urusan makanan aja cepet lo!” Gemini mencubit tanganku dengan kencang. Namun, aku hanya cengengesan dan segera melahap nasi padang yang kini terlihat semakin mengiurkan.



~*~



Singkat cerita, selesai makan dan sholat magrib, aku langsung menceritakan tentang mimpiku tadi. Dan entah mengapa, perasaanku mengatakan bahwa mimpiku ini memiliki arti tersembunyi. Egoku terus menerus meronta agar kakiku melangkah menuju lantai empat. Aku yakin, pasti aku akan menemukan sesuatu disana.

            “Yakin mau naik ke sana? Bukannya apa-apa, tapi, gue denger, di lantai empat emang angker Ri! Bahkan, petugas kebersihan sekolah aja nggak berani kesana malem-malem gini” Leo mempertanyakan perihal aku yang mengajak mereka semua untuk menaiki tangga ke lantai empat. Kini, posisi kami sudah berada tepat di depan tangga menuju lantai empat.

            “Iya, uda jam 7 juga. Gue pengen pulang ah! Ayo turun lagi guys!.” Pisces kini terlihat ketakutan.

            “Iya, gue juga pengen pulang ah. Serem banget! Perasaan gue ga enak banget nih...” kini Gemini yang ikut merasa takut dan meminta untuk pulang.

            “Ah kalian cemen banget. Yauda gue yang naik sendiri. Tapi, kalian tunggu disini ya!” Dengan tangan memegang senter hasil meminjam dari petugas kebersihan sekolah, aku berlaga sudah siap untuk naik.

            Sebenarnya, aku berkata seperti tadi, sekedar untuk menyindir mereka dan berharap mereka akan segera berkata “tunggu gue ikut”. Namun naas, mereka tak mengeluarkan sepatah kata pun sebagai reaksi dari apa yang aku lakukan. Sepertinya, mereka merelakanku untuk menaiki tangga itu sendiri. Jujur saja, sebenarnya, aku sedikit takut. Apa lagi, setelah Leo berkata seperti tadi. Tapi, kaki ini bergerak tanpa persetujuan menaiki anak tangga demi anak tangga.

            “Hati-hati Ri!” Sial! Mereka ternyata benar-benar membiarkanku pergi sendiri. Teman macam apa?!. Mau tak mau, aku pun memberanikan diri untuk terus fokus menaiki anak tangga menuju lantai empat. Malu rasanya jika harus kembali turun...

            Keringat dingin melucur bebas di pelipisku. Kutenggok sekali lagi kebelakang, namun, mereka bertiga tetap tak mengikutiku untuk naik keatas. Tenggorokoanku tiba-tiba saja terasa kering. Kakiku bergetar bukan main saat kulangkahkan kaki diatas anak tangga. Saat kakiku sampai di lantai atas, suasana sangat sepi dan gelap.

            Aku nyalakan senter dan kuarahkan cahayanya kesegala penjuru. Kosong, keadaan memang gelap dan kosong. Di sepanjang lorong pun, bisa aku pastikan hanya ada aku sendiri. Bahkan kucing dan semut saja, tak menampakan bentuk tubuhnya disini.

            Tiba-tiba saja, angin dingin bertiup kencang dipunggungku! Sentuhan angin itu, sukses membuat bulu kudukku berdiri. Tiba-tiba saja, pintu di kelas paling pojok dari lorong ini terbuka secara perlahan. Suara pintu itu pun sukses membuat jantungku seakan mau lepas. Sungguh, aku takut!.

            Namun, lagi-lagi, kakiku terus melangkah tanpa persetujuan menuju kelas paling pojok dari lantai empat. Suasana sangat hening dan sepi. Hanya suara langkah kakiku yang terdengar lebih berlebihan dari biasanya. Kakiku semakin bergetar hebat. Bahkan, tangan yang aku gunakan untuk memegang senter pun bergetar!.

“BRUAAK!!!”

            “AAAA!!!!!!” aku menjerit kaget. Sekali lagi, angin bertiup namun lebih kencang dari sebelumnya. Membuat pintu yang sedari tadi berusaha terbuka secara pelan-pelan, menjadi tertutup rapat. Setelah aku sampai di kelas paling pojok, perasaanku semakin terasa tak menentu. Jantungku berdetak lebih kencang dari sebelumnya.

            Aku beranikan untuk membuka lagi pintu kelas yang kini tertutup rapat, dengan tenaga seadanya. Aku berharap teman-temanku ada disini dan melarangku untuk membuka pintu ini. namun, lagi-lagi anggota tubuhku bekerja dengan sendirinya tanpa persetujuanku. Sepertinya benar, rasa takutku kalah besar dengan rasa penasaranku.

            Saat aku sampai didekat pintu kelas, kuberanikan diri untuk masuk lebih dalam dan memperhatikan seisi kelas yang ternyata sangat sepi dan kosong tanpa barang yang berarti. Hanya ada satu bangku yang terletak di pojok kelas. Entah untuk apa bangku itu disimpan disana... Terkesan sangat menyeramkan dan penuh tanda tanya. Aku arahkan cahaya senter kearah bangku itu. Tiba-tiba saja...

            ASTAGA!!! DENGAN JELAS, AKU MELIHAT SESOSOK WANITA SEDANG DUDUK DI BANGKU TERSEBUT!! DIA... DIA... MENUNDUKAN KEPALANYA!!

            Sungguh, aku ingin berlari sekencang mungkin untuk keluar dan turun ke lantai dasar. Namun apa daya, tenagaku habis dan tubuhku hanya bisa mematung ketakutan. Jika saat ini bisa aku menangis, rasanya, aku ingin sekali menangis.

            Perempuan itu menunduk dengan rambut yang menjuntai tak beraturan. Dia menggunakan seragam putih abu percis seperti yang teman perempuanku gunakan. Tiba-tiba saja, perempuan itu berdiri dan menunjukan wajahnya. Astaga! Dengan jelas, aku bisa lihat bahwa bagian mulutnya hancur tak berbentuk! Tubuhnya berwarna pucat seperti mayat hidup yang memang tak memiliki darah yang mengalir ditubuhnya! Seragam Sekolahnya dihiasi oleh darah yang mengering!. Keringat dingin mengalir lebih banyak dari pori-pori tubuhku. Aku benar-benar ketakutan sekarang!. Aku ingin menjerit, namun tak bisa!.

            Perempuan itu berjalan mendekatiku dengan gontai. Dia mengeluarkan suara...

            “Tolong aku....” tangannya berusaha mengapai tubuhku. Semakin dekat dan semakin dekat!. Bau dupa bercampur bau yang tak sedap menyeruak dari tubuh perempuan itu. Aku terjatuh. Tubuhku lemas. Untungnya, tubuhku bisa kugerakan sekarang. Namun, tenaga untuk berdiri ternyata belum ada.

            Aku merangkak hendak keluar dari kelas sialan ini! Perempuan itu, terus mendekat dan berusaha mengapai tubuhku. Tiba-tiba saja, perempuan itu berhenti dan menjerit keras! Darah mengalir deras dari perutnya dan berhamburan menuruni kaki dan roknya. Perempuan itu terlihat sangat kesakitan! dengan jelas, sesosok tubuh mungil terjatuh dari balik roknya. ITU SEORANG BAYI! PEREMPUAN INI MELAHIRKAN!!!

            Aku sungguh tak percaya dengan apa yang aku lihat. Kini, perempuan itu mengapai bayi yang keluar dari balik roknya dan segera mengendongnya. Kini, perempuan itu tertawa dengan kencang dan sukses membuat diriku kembali ketakutan. Perempuan itu terus tertawa tanpa henti dan terdengar sangat menyeramkan! Aku yang panik, berusaha bangkit dan berlari keluar kelas. Berhasil! Aku segera berlari tanpa memperhatikan apapun. Keadaan yang gelap, tak menjadi penghalangku untuk terus berlari menuju tangga.

            Tiba-tiba, kakiku tersandung oleh sesuatu yang cukup keras. Dengan samar tanpa penerangan, aku masih bisa lihat bahwa itu adalah sesosok bayi! Ya, kakiku tersandung oleh sesosok bayi yang entah dari mana datangnya! Aku menjerit, dan jeritanku berhasil membuat Leo dan yang lainnya panik. Bisa kudengar jelas suara Leo dan yang lainnya memanggil-manggil namaku dengan histeris. Langkah kaki terdengar berhamburan mendekat kearahku. Namun aku yang panik, kehilangan kesadaran dan bertingkah seperti orang gila yang sangat ketakutan.

            Anehnya, aku bisa melihat diriku sendiri yang kini sedang menaiki tembok pembatas dan melompat bebas dari lantai empat. Dengan cepat dan setengah sadar, aku mengikuti ketiga temanku turun ke lantai dasar. Mereka menjerit histeris dan terus menerus memanggil-manggil namaku. Suara tangisan kini terdengar kencang saat kami sampai dan dihadapkan oleh tubuhku yang tergeletak tak bernyawa dengan darah yang mengenang di tanah.

            Beberapa orang yang mendengar suara tangis dan jeritan dari teman-temanku yang kini meminta tolong, kini datang mendekati kami. Mereka sama paniknya dengan kami semua saat melihat seonggok tubuh terkapar tak bernyawa di tanah. Aku dibiarkan kebingungan sendirian sekarang. Bisa aku lihat, bahwa itu, adalah tubuhku. Tapi aku, ada disini! didekat teman-temanku! Aku tak mengerti dengan apa yang terjadi. Sungguh, aku tak mengerti!!!.