4 Maret 2015

Satu titik hitam perusak Mimpi

Ada satu titik dimana seseorang merasa lelah dengan segala hal yang bergelayutan disana-sini. Titik dimana senyum kini tergambar egois karena enggan hadir walau sekedar memalsukan keadaan.
Titik dmana tawa kini membisu dicelakai rasa sedih yang kian menangis terinjak beratnya monitor kehidupan.
Ada satu ruang hampa gelap yang mengurung seseorang sehingga ia terbelenggu akan kelamnya hari-hari yang entah dimana salahnya.
Ruangan yang dulu penuh gelak tawa, ruang yang penuh akan visi dan misi kesuksesan, ruang dimana pelukan adalah kenyataan akan kebahagiaan disana-sini.

Satu titik jenuh yang mematahkan segala semangat untuk melakukan tarian disetiap  belokan jalan raya yang kini sepi tak berjiwa, satu titik melelahkan akan penuhnya sandiwara dari drama manusia berhati egois, yang terasa kian memillukan karena membebani hari dan watu.-
Aku pernah punya mimpi.  Sebelum satu titik hitam yang membuat kotor air-tenangku, mimpi  itu hampir nyata. Pernah aku teriakan dengan nada tinggi bahwa mimpi itu akan segera aku capai.
Aku peluk dan aku genggam setiap kawan yang senantiasa memberi canda antusias agar semangat terselubung rapih untuk perawakanku.

Mimpi itu rusak karena kamu..

Kamu, yang selalu pergi dan mematahkan setiap mimpi yang aku susun diatas jarum.
Kamu, yang selalu mendorong mimpi itu hingga jatuh dan membuat aku tergores oleh ketajamannya.
Kamu  pula yang kadang hadir menjahit dan menutup luka yang kamu buat sengaja, Dengan senyuman licik, dengan sadar, seolah menyatukan potongan tangan pada boneka permainanmu.


Pernah aku buang kawan baik kedasar belerang sehingga aku tak bisa mencarinya lagi. Dan kini, sepi. Raga mati di kota mati. Salahku membuang semua guratan tangan para kawan hanya untuk satu mimpi abstrak.

Satu titik hitam itu, perusak mimpi.
Dan satu titik hitam itu kamu.
Susah hilang luka, susah hadir langit cerah. Kini tertinggallah kereta semangat hidup, dan kau bawa lari hati yang menangis.
Sampai kapan kau lukiskan satu titik hitam pada setiap wajah yang menarikmu untuk diajak bercanda?. Sadis.

Sadarlah kawan, kau telah membuat hitam menjadi putih.

Dan aku benci kepergianmu yang terlihat sengaja, dan memantul untuk kembali. Jika ingin, ayo pergilah dengan konsisten. Agar aku bisa menyepi untuk menenangkan kolam yang kini hitam dan hampir mati..