Semakin
lama aku berharap, semakin nyata menghilang kau kerap. Diawali kita saling
melindungi dan saling menuntun, Dipertengahan pernah hilang rasa itu. Lalu,
diantara kita ada yang berjalan dan berusaha memulai lagi, agar rasa yang
kemarin itu datang kembali, seakan hari terulang lagi. Kau tahu? Itu berhasil.
Bukan
cinta, bukan pengisi hati. Namun kata yang mematahkan hati. Janji bukanlah
permainan, hidup bukan sebuah candaan, Tolong mengertilah bagian serius dalam
kisah ini. Kau pernah hilang seperti coretan pena, lalu kau tebalkan lagi agar
kau terlihat semakin nyata, lalu ada dan melebihiku.
Aku
tidak pernah marah, aku tidak ingin kau kecewa karenaku. Ku biarkan kau bermain
peran dengan bayanganku, menjadi aku yang kedua dalam waktu yang tak banyak.
Semakin hari kau mengerogotiku hingga habis rasa sabar ini. Tapi, aku diam
karena masih tak ingin mengecewakanmu.
Menyayangimu
bukan harus memanjakanmu. Jika jelas terlihat kau melakukan kesalahan? Tentu saja
teguranku lantang diucapkan. Walau itu memunculkan amarah, tak masalah asalkan
kau selalu dalam kata benar dimata Tuhan.
Pribadi
baik akanku Ukir dalam kebisuan. Walau kau memandang sebelah mata dengan sifat
dinginku ini, aku hanya ingin kau dewasa. Agar suatu Tahun yang baru, kau bisa
membuat peran baru yang berjalan tanpa adanya aku.
Aku
tahu kita saling merindukan. Bukan hidup namanya jika rasa rindu tidak pernah
ada. Aku tahu kau iba dengan kondisiku yang berjalan seperti tangkai bunga yang
layu, tanpa air, Tanpa tancapan untuk berdiri tegak. Tak usah khawatir, aku
menikmati kesendirian ini.
Aku
senang melihatmu mengukir senyum bersama dunia baru. Aku sadar tempat kita
masih sama, dikolong langit. Mungkin saatnya skenario Tuhan tak berpihak kepada
kita ya? Seakan satu tempat namun disekat, lalu satu pendengaran namun
tertuliskan palsu. Walau bertemu saling menatap, tapi mulut membisu tanpa
prakata.
Hai!
matamu berbicara bahwa kau ingin berbagi kata walau sepatah! Akupun sama..
Mungkin, belum waktunya telur itu pecah. Kita tunggu sampai retakan pertama
yang dapat mempertemukan kita lagi dalam satu Dialog. Kapan? Saat perpisahan
semakin nyata, saat selamat tinggal menjadi dialog pertama kita, lalu diikuti
kata maaf dan terimakasih.
Pernah
berlinang air mata hanya karena belum terbiasa tanpa sosokmu? Pernah. Pernah
merasa tak percaya diri karena langkah tanpa doronganmu?pernah. Pernah
berlebihan merasa sendiri dan terasingi? Haha aku pernah. Sebelum tabah,
negatif pernah mengalir didarah. Pertanyaan teman tentang ketidak hadiran kau,
hanya-ku jawab dengan senyuman.
Sudahlah,
saatnya masuk dunia baru yang lebih mandiri tanpa bisa menikmati masa muda
dengan bermain berbagai peran. Tenanglah, Aku akan tetap ingat siapa kamu.